a dream: her last breath

Tw // Mention Of Death

Seorang perempuan terbaring lemas tak sadarkan diri di sebuah ranjang rumah sakit dengan banyak alat medis yang menempel pada tubuhnya. Di alam bawah sadarnya, ia seperti merasakan bahwa ia sedang melangkahkan kakinya menuju suatu tempat bersama seseorang yang ia cintai, ia dituntun untuk menuju sebuah jembatan yang sangat panjang.

Terlihat tetesan air mata yang menetes pada wajah perempuan yang sedang terbaring tak sadarkan diri itu, di alam bawah sadarnya ia berhasil menginjakkan kakinya di jembatan tersebut. Lalu, beberapa saat kemudian semuanya menjadi sangat terang benderang.

Nitttttttt.............

Di sisi lain, Leon membuka matanya secara perlahan. Ia merasakan bahwa wajahnya bercucuran keringat, jantungnya sangat berdegup dengan kencang. Baru saja, ia bermimpi sangat panjang. Ia bermimpi tentang perjalanan hidup dirinya dengan Klea. Mimpinya terasa sangat nyata, sampai ia tak sadar bahwa ia sudah meneteskan air matanya sedari tadi.

Leon terdiam, terduduk di kursi lorong rumah sakit. Kondisinya benar-benar sangat berantakan sekarang, seperti orang yang tak diurus. Klea, Adam, dan Alea, kapan mereka terbangun dari tidur panjangnya? Beberapa minggu yang lalu, saat pernikahan dirinya dengan Klea akan di gelar, tiba-tiba saja dirinya mendapatkan kabar bahwa Klea dan kedua anaknya mengalami kecelakaan dalam perjalanan. Terkejut? Tentu saja Leon sangat terkejut. Mobil yang mengangkut Klea dan anak-anaknya hancur parah, terutama di bagian tengah tempat yang mereka bertiga duduki. Dan kini selama hampir sebulan, Leon dengan setia menunggu Klea dan kedua anaknya terbangun dari tidur panjangnya.

Leon terkejut saat ada beberapa dokter dan perawat yang berlari kencang ke ruang ICU— tempat Klea dan kedua anaknya di rawat. Ia sangat panik, akhirnya ia melangkahkan kakinya ke sana.

“Dok, sus, ada apa?” tanya Leon yang raut wajahnya sangat cemas

“Pak, mohon tunggu sebentar ya?” ucap salah satu perawat

“MANGGALA ADAM, MANIKA ALEA, PUKUL EMPAT PAGI, BERHASIL MELEWATI MASA KOMANYA.”

Leon tersenyum bahagia saat mendengarkan ucapan dokter tersebut, tapi setengah perasaannya masih gelisah karena belum ada perkembangan sedikit pun dari Klea.

“SIAPKAN ALAT PACU JANTUNG! KONDISI PASIEN KRITIS, BERI TAHU KELUARGANYA.”

Deg! Jantung Leon seperti berhenti berdetak. Klea.... tidak mungkin ia kritis. Dengan cepat, Leon menghubungi seluruh keluarga Klea.

“Pak, anak-anaknya sudah sadar. Bapak mau ketemu?” tanya salah satu perawat

Leon langsung memasukan handphonenya ke dalam sakunya saat itu juga, lalu ia langsung menemui Adam dan Alea yang sudah tersadar dari komanya.

Nit.... Nit.... Nit....

Suara alat detak jantung memasuki telinga Leon, ia melangkahkan kakinya secara perlahan untuk menghampiri Adam dan Alea yang terbaring lemas di ranjang rumah sakit dengan alat medis yang menempel pada tubuh keduanya.

“Papah.... Mamah....”

Leon meneteskan air matanya saat mendengar suara lirihan dari Adam dan Alea. Leon benar-benar tak kuat, ia tak kuat melihat Adam dan Alea yang kondisinya seperti ini.

“Leon,” panggil seseorang

Leon menoleh, menatap Kala yang di sana berdiri di depan pintu. “Gue ngga kuat, kal....”

Leon melangkahkan kakinya untuk keluar dari ruangan tersebut. Ia melihat di sana sudah ada keluarga Klea, keluarga Agil, Dito, Saka, Abeng, dan juga Wawa. Leon pun juga melihat Kala yang keluar dari ruangan Adam dan Alea.

“Dokter, tolong bagaimana keadaan anak saya?” tanya Tiff sambil menangis

“Kami lagi berusaha semaksimal mungkin ya, bu.... Cuma di sini kabar buruknya jika semua alat medis di tubuh pasien kami cabut, maka nyawanya tak tertolongkan. Sekarang juga pasien benar-benar sangat kritis keadaannya, kita berdoa saja ya....”

Tubuh Tiff melemas saat itu juga.

“Ya Allah, Klea....” ucap Wawa yang menangis di pelukan Saka

Kala menatap Leon yang melamun sambil bersandar pada dinding rumah sakit. “Leon, lo kenapa?”

Leon terdiam cukup lama, air matanya tak berhenti menetes. “Gue mimpi panjang, gue mimpi perjalanan hidup gue, Klea, sama anak-anak. Ada Agil di sana, Klea kembali sama Agil. Dan di mimpi terakhir, Agil nitipin Adam sama Ale ke gue. Dan Agil, Agil bawa Klea pergi kal....”

Kala meneteskan air matanya.

“Mimpi gue aneh, tapi rasanya nyata banget. Setelah gue liat Agil bawa Klea pergi, gue kayak ngebawa Adam sama Ale, tapi gue ngga tau kemana.... Abis itu gue bangun, gue dikabarin perawat kalo Adam sama Ale sadar. Gue kayaknya berhasil bawa Adam sama Ale kembali, tapi gue ngga berhasil bawa Klea kembali kal....”

Kala langsung memeluk Leon saat itu juga. “Kenapa mimpinya kayak gitu, Leon....”

“Gue ngga tau, kal.... Mimpi gue aneh....”

Nitttttt........

“PACU JANTUNG SEKALI LAGI!”

Keadaan semakin menjadi tegang sekarang, pasalnya mereka semua bisa melihat apa yang dokter dan perawat lakukan di dalam sana.

“SEKALI LAGI!”

Leon bisa melihat bagaimana tubuh Klea seperti tersentak ke atas karena alat pacu jantung tersebut, Leon juga bisa melihat dengan jelas alat detak jantung yang menunjukkan garis panjang.

Agil, gue mohon jangan bawa Klea pergi.... Bawa Klea kembali, gil.... /batinnya

“Klea, Klea sayangnya mamah, cantiknya mamah, ayo bangun sayang.... Kamu hari ini ulang tahun ya, kak? Mamah mohon bangun sayang....” ucap Tiff sambil melihat keadaan Klea lewat jendela kaca yang berada di ruangan ICU ini

“Pak, mba Klea ngga ikut Mas Agil kan?” tanya Bella tiba-tiba

Danendra terdiam, ia hanya memeluk putrinya yang kini sudah tumbuh dewasa.

“SATU! DUA! TIGA!”

Nittttttttt.......

Semua orang yang berada di luar ruangan ICU ini benar-benar sangat panik, mereka mendekat ke arah pintu menunggu dokter untuk memberitahukan bagaimana keadaan Klea.

“ITU KENAPA KLEA DITUTUPIN KAIN?!” teriak Tiff sambil menangis kencang

Abram tak kuasa menahan tangisnya, ia menarik Tiff agar tak masuk ke dalam ruangan. “Tiff....”

“Mas.... Klea kenapa ditutupin kain mas?” ucap Tiff menangis sambil menggoyangkan tubuh Abram

Raut wajah Leon sudah tak bisa diartikan lagi, jantungnya benar-benar berdebar sedari tadi. Ia juga sangat terkejut, mengapa seluruh tubuh Klea ditutupi oleh kain.

Ceklek! Dokter keluar dari ruangan dengan raut wajah pasrahnya.

Saat itu juga Tiff menghampiri sang dokter dengan cepat. “Dokter, kondisi anak saya gimana? Anak saya gimana dok?! Itu kenapa anak saya ditutupi kain?! JAWAB SAYA DOK, JAWAB! SAYA IBUNYA! SAYA YANG MENGANDUNG PUTRI SAYA!”

Abram menarik tubuh Tiff, tapi Tiff tetap saja memberontak sambil menangis kencang.

Dokter tersebut menghela napas beratnya. “Kami sudah berusaha semaksimal mungkin, namun nyawanya sudah tak bisa tertolongkan. Pukul empat titik tiga puluh pagi ini, Akleea Ayu Adine telah meninggal dunia.”

Semua orang yang berada di ruangan ini menutup mulutnya tak percaya, mereka semua langsung menangis sejadi-jadinya.

“Klea....”

“Klea ngga mungkin pergi....”

“Klea ya Allah, kenapa lo ninggalin kita semua....”

“Mba Klea nyusul Mas Agil ya pak....”

Leon langsung berlari untuk masuk ke dalam ruangan tersebut. Ia melihat di sana Tiff menangis sambil memeluk Klea yang sudah terbujur kaku dengan kain yang menutupi tubuhnya.

“Anak mamah.... Cantik, bangun kak.....”

Leon meneteskan air matanya, ini semua hanya mimpi kan? Klea tidak pergi kan?

Suara rintih tangisan kini menggema di telinga Leon, ia sekarang hanya fokus menatap perempuan cantik yang sedang tertidur pulas di ranjang rumah sakit ini. Secara perlahan, ia mendekatkan tubuhnya agar dapat menatap Klea dengan sangat jelas.

Leon tersenyum getir, air matanya tak berhenti menetes. “K-klea....” panggilnya dengan nada yang bergetar

Leon menatap sekujur tubuh Klea, ia mendekatkan sedikit wajahnya ke wajah Klea. Lalu, ia beralih untuk mengusap rambutnya secara perlahan. “Kenapa, Klea? Kenapa pergi? Kenapa kamu ninggalin kita semua? Ini belum waktunya kamu pergi.... Ayo Klea, kamu harus bangun cantik.... Adam sama Ale udah bangun, kenapa kamu ngga bangun? Kenapa kamu malah pergi? Klea, mimpi yang aku alamin cukup nyata. Kamu pergi, kamu ikut Agil ya? Seharusnya tadi aku larang kamu untuk pergi, Klea.... Bangun Klea, bangun....”

“Ya Allah, Klea.... Kenapa pergi secepat ini? Lo ngga ngucapin sepatah kata apapun ke kita, kle.... Lo pergi tiba-tiba, lo ninggalin gue. Gue temen lo.... Gue temen lo dari kita masih kecil....” ucap Wawa yang menangis sejadi-jadinya di pelukan Saka sambil menatap Klea yang terbujur kaku di sana

“Ini Klea nyusul Agil, ya? Agil bawa Klea pergi?” tanya Dito menatap Klea di sana yang tertidur pulas

Kala benar-benar tak kuasa menahan tangisnya, kini ia kehilangan sahabat terbaiknya.

Leon meraih tangan Klea untuk digenggamnya. “Dingin, dingin banget.... Coba bilang ke aku kalo ini cuma mimpi. Kamu kenapa diem terus, Klea? Kamu ngga jawab ucapan aku? Kamu masih marah ya sama aku? Aku minta maaf....” ucapnya yang kembali menangis

“Leon, udah.... Klea udah ngga ada, Klea udah pergi....” ucap Kala yang menangis sambil menarik lengan Leon

Leon mengacuhkan Kala, ia tak bosan menatap perempuan yang sangat ia cintai ini. “Cantiknya Agil, Cantiknya Agil pergi ya sama Agil? Cantiknya Agil bahagia ya kalo di samping Agil? Kalo emang itu yang buat kamu bahagia, aku bisa ikhlasin kamu Klea....” Leon tak berhenti menangis, ia mengeluarkan seluruh rasa sesaknya.

Leon mengecup secara perlahan dahi Klea untuk terakhir kalinya, lalu ia kembali menatapnya dengan sangat lekat.

“Cantiknya Agil, selamat ulang tahun.... Istirahat yang tenang, ya....”

Hari ulang tahun, hari yang sangat spesial bagi seseorang. Dimana mereka tumbuh secara perlahan, bertambah umurnya, dan seiring berjalannya waktu ia menemukan apa arti kehidupan.

Klea sudah pergi, ia telah berhasil melewati masa-masa sulitnya selama ini. Ia berhasil bertahan, tak menyerah sedikit pun hanya demi anak-anaknya. Namun pada hari ini ia memutuskan untuk pergi, pergi bersama seseorang yang ia cintai. Ia berhasil menjaga hatinya untuk Agil, ia menjaga cintanya selama sisa hidupnya.

Klea sudah pergi, pergi meninggalkan kita semua. Ia menyusul Agil, untuk pergi ke pangkuan Tuhannya secara bersama-sama.