Mengantarkanmu ke tempat peristirahatan terakhir

Semua orang sudah berlalu lalang pergi meninggalkan sebuah rumah, rumah tempat peristirahatan terakhir Klea. Leon melihat di sana Tiff yang masih saja menangis sambil mengusap nisan yang bertuliskan Akleea Ayu Adine itu.

“Kamu kenapa ninggalin mamah, kak....”

Leon kembali meneteskan air matanya, lalu tak lama ia sedikit kehilangan keseimbangannya.

“LEON!”

Leon kembali tersadar saat Dito, Saka, dan Abeng menahan tubuhnya.

“Leon, muka lo pucet banget. Lo belum makan, ya?” tanya Kala cemas

Leon tersenyum getir. Lalu, Kala menyuruhnya untuk duduk di bawah sana.

Leon menatap rumah Klea, rumah yang di atasnya ditabur oleh bunga yang cantik. Leon kembali meneteskan air matanya, mengapa Klea meninggalkan dirinya pergi?

Leon merasakan ada yang menepuk pundaknya, ternyata itu Dito. “Sebegitu cintanya lo sama Klea?”

Lagi-lagi Leon tersenyum getir, ia menghela napas sesaknya. “Gue nyesel pernah nyia-nyiain orang sebaik dia.... Kenapa disaat dia masih ada, gue ngga memperlakukan dia dengan baik....”

Dito hanya menepuk pundak Leon secara perlahan.

“Mamah.”

Manik mata Leon langsung menatap ke arah depan sana, ia bisa mendengarkan suara seseorang yang sangat ia kenali.

“Mamah mana....”

Adam dan Alea, mereka berdua datang ke tempat peristirahatan terakhir Klea dengan kondisi mereka yang duduk di sebuah kursi roda.

Alea menarik sedikit kursi rodanya agar dapat melihat dengan jelas makam siapakah yang ia lihat di hadapannya sekarang.

Alea terdiam sejenak, jantungnya seperti berhenti berdetak. Tidak, tidak mungkin itu makam ibunya.

“Mamah mana?” tanya Alea menatap semua orang di sini

Wawa menghampiri Adam dan Alea yang terlihat sangat terkejut. “Ale, Adam....”

“Mamah pergi? Mamah ninggalin aku sama Ale?” tanya Adam yang matanya tak lepas menatap makam tersebut

Alea turun secara paksa dari kursi rodanya.

“ALE! JANGAN TURUN!” teriak mereka semua

Alea tak mempedulikan semua orang di sini. Ia menahan rasa sakitnya mati-matian agar bisa mendekat ke makam Klea.

“Mamah, mamah ngga mungkin pergi kan?” tanya Alea yang menyentuh tanah pemakaman Klea

“MAMAH MANAAA?!” teriak Alea sambil menangis histeris

Alea mengusap perlahan nisan Klea, ia melihat seluruh tanah yang menimbun tubuh Klea di bawah sana. “Mamah ngga mungkin ninggalin Ale kan mah?”

Alea menatap semua orang yang kini menatapnya. “KENAPA NGGA ADA YANG NGASIH TAU AKU SAMA MAS ADAM KALO MAMAH PERGI?! KENAPA PADA DIEM AJA?! ALE BELUM LIAT WAJAH MAMAH! KENAPA KALIAN JAHAT!” teriak Alea yang menangis sejadi-jadinya

Leon memukul-mukuli dadanya yang terasa sangat sesak saat melihat Alea menangis kencang sambil memeluk makam Klea di sana, ia juga melihat Adam yang menangis sambil terduduk di kursi roda.

“Mamah.... Ale mimpi Ale hidup bahagia sama mamah sama papah Agil dan juga Mas Adam.... Ale inget jelas semua mimpi itu.... Terakhir kita rayain ulang tahun mamah, terus kita pulang ke Indonesia.... Papah Agil, papah Agil bilang mau ajak mamah pergi.... Tapi kenapa ngga balik lagi, mah....” ucap Alea menangis sambil memeluk makam Klea

“Mamah maafin Ale.... Ale nyesel, mah.... Seharusnya waktu itu Ale ngga nyuruh apa yang ngga mau mamah lakuin.... Ale nyesel mah, Ale nyesel.... Papah Agil, tolong bawa mamah kembali....”