Apartment

Klea menghentikan langkahnya setelah ia berhasil keluar dari gedung ini. Ia melihat di depan sana, di dalam sebuah mobil Bugatti hitam, Dierrel sedang sibuk memainkan handphonenya. Lalu tak lama, manik mata mereka saling bertemu. Saat itu juga Dierrel langsung menyuruh Klea untuk masuk ke dalam mobilnya.

“Mau ke mana?” tanya Klea yang sudah duduk di kursi mobil Dierrel

Dierrel menyalakan mesin mobilnya, lalu saat itu juga ia langsung melajukan mobilnya untuk keluar dari gedung ini.

“Apartment.”

Klea melongo, “What?”

“Mau ke Apartment aku. Tenang, aku ngga macem macem. Aku cuma mau ajak kamu main aja,” ucap Dierrel sambil menyetir mobilnya

Suara deru mobil khas milik Dierrel berderu di kota London, hal itu membuat banyak perhatian orang-orang di sana.

Dierrel yang masih saja fokus menyetir mobilnya menoleh ke arah Klea yang sedang memainkan handphonenya. “Kamu masih mules terus?” tanyanya

“Iya masih.”

“Kamu chatan sama siapa?” tanya Dierrel

Klea memperlihatkan handphonenya ke Dierrel, “Chatan sama Ale. Dia pusing katanya tugas banyak banget,” ucap Klea sambil terkekeh

Dierrel tersenyum sekilas. “Oh iya, kamu ngga ada kegiatan kan hari ini? Aku ajak kamu main ke apart aku gapapa, kan?”

“Ngga ada. Adam sama Ale kayaknya juga pulang kuliah agak maleman, deh,” ucap Klea menatap ke arah depan sana

“Leon?”

Klea terdiam cukup lama, sampai akhirnya ia kembali bersuara. “Leon.... Leon udah jarang di rumah. Ya dia bilang ke anak-anak kalo dia sekarang sering ke luar kota, padahal dia kayaknya di Apartnya Sherin terus....”

Dierrel menghela napasnya secara kasar, lalu ia kembali fokus menyetir.

Setelah melakukan perjalanan sekitar 15 menit dari tempat pemotretan mereka berdua tadi, kini Dierrel dan Klea telah sampai di tempat tujuannya yaitu Apartment Dierrel yang letaknya tak jauh dari London Eye.

“Jelly, i’m homeee....” ucap Dierrel sembari melangkahkan kakinya melesat masuk ke apartmentnya

“Meowww.”

Mata Klea berbinar saat melihat kucing milik Dierrel, ia juga tersenyum melihat Dierrel yang langsung membopong dan mengecup kucingnya itu.

“Just left for a while i already miss you,” ucap Dierrel sambil mengelus kucingnya

“Cute,” ucap Klea

Dierrel menoleh. “Who? Aku?”

“Nope. Your cat....” ucap Klea menatap Dierrel

Dierrel menghela napasnya, lalu ia menurunkan kucingnya ke bawah lantai. “Kirain aku,” ucapnya setelah itu ia melangkahkan kakinya ke arah dapur

“Duduk sana, aku mau buatin minuman,” ucap Dierrel

Tak menuruti ucapan Dierrel, kini Klea malah bermain dengan Jelly di bawah lantai sana.

“Hey.... Kamu lucu banget, sih? Kamu gendut banget, gemes.... Pasti majikan kamu kasih kamu makanan yang mahal banget ya harganya,” ucap Klea sambil bermain dengan Jelly

“Iya lah, yang mahal. Yakali aku kasih makan kucing kesayangan aku yang murah,” ucap Dierrel yang kini menatap Klea yang masih bermain bersama kucingnya di bawah sana

Sangat asik melihat Klea bermain dengan kucingnya, Dierrel pun ikut duduk di lantai Apartmentnya bersama Klea.

“Dia umur berapa?” tanya Klea tanpa menatap Dierrel, tangannya pun masih setia mengelus kucing tersebut

“1 year,” jawab Dierrel menatap Klea

“She’s beautiful....”

“Just like you,” ucap Dierrel yang matanya tak henti menatap Klea

Tangan Klea terhenti begitu saja mengelus Jelly saat Dierrel mengucapkan sesuatu. Saat itu juga, Klea menatap Dierrel yang kini menatapnya juga.

Klea mengernyit, “Whatt?”

“She’s beautiful,” ucap Dierrel menatap Jelly. “Sama seperti kamu,” lanjutnya lalu menatap Klea

Deg! Jantung Klea benar-benar berdebar kali ini. Ia tak berani menatap mata Dierrel, sama sekali tak berani.

Dierrel tersenyum tipis, lalu ia bangkit dari duduknya. “Aku mau bersih-bersih dulu. Tunggu sebentar, ya? Duduk aja di sofa, jangan di lantai.”

Gue jadi kangen sama Cillo.... /batin Klea


Cukup lama menunggu Dierrel mandi, Klea memutuskan untuk melangkahkan kakinya untuk melihat sekeliling ruangan di Apartment Dierrel. Saat pertama kali ia tiba di Apartment Dierrel, mata Klea langsung tertuju pada studio kecil yang terletak di ujung ruangan. Benda benda di sini sangat tersusun dengan rapih, hal itu membuat Klea tersenyum melihatnya.

Klea melangkahkan kakinya untuk melihat sebuah foto yang terpajang di sebuah rak di depan sana. Ia meraihnya, lalu ia menatap foto tersebut cukup lama. Dierrel, benar-benar sangat mirip dengan Agil. Bagaimana bisa ada seseorang di dunia ini yang sangat mirip satu sama lain? Hal itu sangat aneh bagi Klea.

Setelah melihat foto Dierrel yang terpajang di sebuah bingkai, manik mata Klea tertuju pada sebuah kotak yang terletak di bawah rak ini. Saat Klea ingin melihatnya dengan dekat, tiba-tiba saja Dierrel memanggilnya.

“Kamu ngapain?” tanya Dierrel

Klea gelagapan. “E-em.... Ini, tadi aku abis liat foto kamu, hehe,” ucap Klea sambil tersenyum kikuk

“Ganteng kan foto aku makanya kamu liatin terus daritadi.”

Klea bingung harus menjawab apa, tingkat kepercayaan diri Dierrel sangatlah tinggi. Klea hanya memilih terdiam saja.

Kini, hari sudah semakin larut, langit pun sudah semakin gelap. Cahaya lampu-lampu di kota London mulai bermunculan. Tak jauh di depan sana, manik mata Klea menatap London Eye dan Big Ben yang terlihat sangat indah dilihat dari ketinggian. Iya, kini Dierrel dan Klea memutuskan untuk berbincang kecil di balkon sambil menatap pemandangan kota London dengan jelas. Apartment Dierrel terletak pada lantai 50, jadi jangan heran jika mereka berdua bisa melihat kota London secara jelas.

“Pengen naik ke London Eye, deh,” ucap Klea yang matanya tak lepas menatap London Eye di depan sana

“Ngapain naik London Eye, kalo di balkon Apart aku aja kamu bisa liat kota London secara jelas.”

Klea berdecak. “Ya tapi kan beda. Dia kan muter, jadi kayak lebih kerasa aja gitu....”

“Lebih kerasa gimana?”

“Rel, kamu ngga pernah naik bianglala gitu? Apa kamu juga ngga pernah naik London Eye selama tinggal di sini?” tanya Klea kesal

Dierrel terkekeh saat ia melihat raut wajah Klea yang terlihat sangat kesal, lalu ia mengulurkan tangannya untuk mengacak-acak rambut Klea. “Aku sengaja aja.”

“Sengaja apa?”

“Bikin kamu kesel.”

Bugh! Klea memukul lengan Dierrel. Hal itu membuat Dierrel meringis kesakitan.

“Iya iya, aku paham maksud kamu,” ucap Dierrel menatap Klea

Mereka sama sama terdiam satu sama lain, menatap indahnya pemandangan kota London ini di malam hari.

Klea menaruh dagunya di lipatan tangannya, ia benar-benar tak berhenti menatap London Eye yang mengeluarkan lampu bewarna ungu itu.

“Dulu, waktu aku bilang ke Mas Agil pengen banget ke London, aku pengen ajak dia naik London Eye. Pengennnnn bangettttt.... Kayak romantis aja ngga sih berdua ke London, nyusurin semua tempat di kota ini, terus salah satu wishlistnya ya naik London Eye. Tapi ternyata takdir malah berkata lain, keinginan aku ngga kesampaian....” jeda Klea cukup lama

“Iya sebenernya bakal kesampaian, sih.... Kalo aja malam itu ngga terjadi. Malam di mana aku sama Mas Agil berantem, dan waktu itu adalah pertemuan terakhir kita.... Mas Agil peluk aku erat banget, tapi bodohnya aku ngga bales pelukan dia sama sekali,” ucap Klea yang kemudian ia meneteskan air matanya

Dierrel terdiam, masih fokus menatap ke arah depan sana.

“Rel,” panggil Klea

“Iya.”

“Aku cuma mau bilang ke kamu, untuk hargai seseorang selagi masih ada. Kamu bakal nyesel banget, kalo orang itu pergi dari hidup kamu, apalagi orang itu penting banget di hidup kamu.”

Dierrel menghela napasnya, lalu ia merentangkan kedua tangannya dan menghadap ke arah Klea. Klea yang melihat Dierrel seperti itu hanya kebingungan.

“Want me to hug you? I know, now you feel that pain again,” ucap Dierrel menatap Klea

Klea meneteskan air matanya. Iya, memang benar perkataan Dierrel. Klea merasakan sakit itu lagi, ditambah juga masalah rumah tangganya dengan Leon.

“Come on.”

Klea melangkahkan kakinya mendekat ke arah Dierrel, lalu secara perlahan Klea masuk ke dalam dekapan Dierrel.

“Nangis aja, keluarin semuanya.”

Saat Dierrel mengucapkan kalimat itu, Klea langsung meremas erat baju yang dipakai oleh Dierrel. Klea menangis, menangis sekencang-kencangnya dalam dekapan Dierrel. Ia kembali mengeluarkan semua rasa sesaknya di dekapan Dierrel.

Dierrel merasakan cengkraman yang sangat kuat pada punggungnya, hal itu membuat Dierrel juga semakin mengeratkan pelukannya. Ia membiarkan Klea mengeluarkan segala rasa sesaknya yang kini muncul kembali.

Klea melepaskan pelukannya. Pipinya bergelinang air mata, wajahnya juga sedikit memerah. Klea menatap Dierrel, memegang kedua tangan Dierrel yang kini berada di kedua pipinya.

“Sakit, rel.... Rasa ini ngga akan pernah bisa hilang, sebelum aku ketemu Mas Agil dan ucapin kata maaf sebanyak-banyaknya ke dia....” ucap Klea menatap Dierrel dengan mata yang berkaca-kaca

“Kamu udah bertahan sejauh ini, aku bangga sama kamu.”

Klea kembali memeluk Dierrel, memeluknya dengan sangat erat. Rasanya benar-benar sangat nyaman sekali. Cara Dierrel memeluknya benar-benar sangat persis dengan Agil. Dierrel mengusap perlahan rambut Klea, dan juga mengusap punggungnya.

“Akleea, kamu harus bahagia. Aku janji, sekarang aku akan di samping kamu terus....”