Dierrel Kamaiel.

Mobil yang membawa Dierrel dan Klea lima belas menit lamanya dari tempat pemotretan, kini sudah terparkir di depan sebuah rumah besar bewarna putih yang terlihat sangat mewah dari luar. Klea masih terdiam, terduduk di posisinya sambil melihat rumah nenek Dierrel ini.

“Why?” tanya Dierrel

Klea menoleh, menatap Dierrel yang sedang melepas seat beltnya.

“Nenek kamu tinggal sendirian di rumah sebesar ini?”

Dierrel terkekeh, “Nope. Ada beberapa asisten yang nemenin nenek saya.”

Klea mengangguk paham, lalu saat itu juga Klea mengikuti Dierrel untuk langsung masuk ke dalam rumah neneknya.

Ceklek! Pintu terbuka, menampilkan seorang perempuan paruh baya yang sangat cantik terduduk di kursi rodanya.

“Cucuku....” ucap perempuan itu sambil memeluk Dierrel saat itu juga

“Kabarmu bagaimana, nak? Kamu baik-baik saja, kan?”

Dierrel melepaskan pelukannya, lalu ia menggenggam tangan neneknya, “I’m fine.... Grandma gimana? Grandma baik-baik aja, kan? Grandma makan sama minum obatnya teratur, kan?”

Hati Klea menghangat melihat Dierrel yang sangat perhatian kepada neneknya, ia tersenyum tipis.

“Grandma sedih, kamu jarang ke sini,” ucap Elina— Dierrel’s Grandma

Dierrel terkekeh, “Ini aku udah ke sini.... Nih, aku bawa....” jedanya sambil menatap Klea

“Aku bawa teman kerjaku,” lanjutnya

Elina memajukan sedikit kursi rodanya, “Oh, it’s you? Akleea?”

Klea tersenyum ramah, lalu ia mencium tangan Elina.

“Yaampun, cantik sekali.... Pantas saja Dierrel suka cerita tentang kamu, ternyata kamu secantik ini ya....”

Klea terdiam, lalu ia menatap Dierrel yang menggaruk tengkuk lehernya.

“Ah, sudah sudah. Masuk saja, yuk?” ucap Elina

Klea tersenyum, lalu mengangguk.

Hal pertama yang Klea lihat saat memasuki rumah ini adalah ada sebuah foto besar yang terpajang di dinding. Sebuah foto dua orang yang sedang tersenyum bahagia di sana, sebuah foto yang Klea kenali siapa orang itu. Iya, foto tersebut adalah foto Dierrel dan Elina.

“Itu foto kami pas Dierrel lulus kuliah waktu itu. Ganteng ya cucu grandma?” tanya Elina pada Klea

Klea menoleh ke arah Elina, lalu ia tersenyum manis.

“Saya mau bersih-bersih dulu ya sebentar,” ucap Dierrel menatap Klea

Klea mengangguk.

Klea mengalihkan pandangannya ke arah lain, ia melihat banyak foto foto yang terpajang di seluruh ruangan ini. Ia melangkahkan kakinya ke sebuah rak di depan sana, ia melihat ada beberapa foto anak kecil.

“Itu Dierrel, sekitar umur 7 tahun,” ucap Elina

Klea menatap foto foto itu cukup lama, lalu matanya beralih ke sebuah dinding yang terdapat beberapa piagam penghargaan Dierrel.

Dia.... Beneran Dierrel? /batin Klea

“Akleea.... Sini duduk....” pinta Elina

Klea menoleh, menatap Elina yang di sana sedang sibuk mengotak-atik sesuatu. Klea menghampirinya, melihat apa yang sedang Elina lakukan.

“Itu apa?” tanya Klea penasaran

“Kamera. Di kamera ini ada beberapa foto dan video Dierrel waktu kecil,” ucap Elina yang masih saja mengotak-atik kamera tersebut

“Hello, my name is Dierrel. I'm 9 years old, and it was my grandmother who recorded me. Grandma, please introduce yourself.”

Klea meneteskan air matanya saat Elina sudah berhasil memutarkan sebuah video anak lelaki yang sedang berada di taman bermain. Ia benar-benar masih tidak percaya, apakah itu Dierrel?

“Oekkk.... Oekkk.....”

“Welcome to this world Dierrel Kamaiel, our handsome son....”

Klea tiba-tiba saja langsung menangis saat Elina memutarkan beberapa video Dierrel waktu kecil, dan bahkan Elina pun memutarkan video saat Dierrel lahir ke dunia ini.

“Why are you crying, Akleea?” tanya Elina yang sangat terkejut melihat Klea menangis

Klea menghapus air matanya, ia menggeleng lemah, “No, eum.... i-i just....” jedanya cukup lama sambil mengatur napasnya

“I’m just sad.... h-he is, Dierrel?” lanjut Klea sambil menatap Elina

Elina tersenyum, “Yes. He is Dierrel Kamaiel, my grandson....”

Klea menutup mulutnya, lalu ia kembali menangis. Entah mengapa, dadanya begitu terasa sangat sesak.

“I want to go to the toilet, where is the toilet?” tanya Klea

“Daphnee, can you take Akleea to the toilet?” pinta Elina yang setelah itu langsung diberi anggukan oleh asistennya


Klea menjatuhkan tubuhnya ke lantai, lalu ia menyandarkan tubuhnya di pintu toilet. Klea menangis, ia menangis kembali. Ia memukuli dadanya yang begitu terasa sangat sesak, ia menahan tangisnya dengan kedua tangan yang membekap mulutnya.

Awalnya memang Klea masih benar-benar tak percaya bahwa Dierrel memanglah Dierrel. Tapi setelah Elina menunjukkan beberapa foto dan video Dierrel waktu kecil, seketika pun Klea langsung percaya. Klea menangis, ia tak bisa menerima semua ini. Klea masih mengira bahwa selama ini Dierrel berbohong kepadanya, Dierrel adalah Agil, tapi pada kenyataannya kali ini Dierrel memanglah Dierrel, dia bukan Agil.

Isakan tangis yang sangat sesak Klea tahan sedari tadi, ia menggigit bibir bawahnya.

“Mas.... Dierrel bukan mas, ya....?” ucap Klea dengan nada yang kecil

“Lea kira, Dierrel itu emang mas.... mas lagi nyamar, atau mas lagi amnesia.... tapi nyatanya....” ucap Klea yang setelah itu menangis kembali

Klea merogoh saku celananya, ia mengambil handphonenya dan membuka sebuah foto dirinya dengan Agil dulu. Sebuah foto dua pasangan yang sedang berdansa di tengah-tengah keramaian memakai sebuah jas dan gaun yang indah. Mereka tersenyum, tersenyum bahagia saat berdansa.

Klea masih terus menatap sendu foto kedua pasangan itu, ia tersenyum getir, “Lea masih berharap banget kalo mas masih hidup.... Mas Agil ngga meninggal kan, mas....? Mas ngga ninggalin Lea, kan? Mas Agil masih di sini, kan? Di samping Lea....?”

“Mas.... Lea kangen.... Lea harap mas masih ada di sini, di samping Lea....”