Dinner
Menempuh perjalanan kurang lebih satu jam dari Oxford ke Bristol untuk Dinner, kini mereka berempat telah sampai di salah satu restoran yang letaknya cukup dekat dengan pantai. Iya, Leon sengaja untuk membawa Klea dan anak-anaknya ke sini. Karena ia juga sekalian ingin menghilangkan rasa penatnya sembari menikmati deru ombak di depan sana.
Leon menuruti permintaan Klea yang ingin makan di Italian Restaurant. Mereka berempat memesan satu Pizza berukuran besar, Nachos, dan Quesadilla.
Setelah menunggu beberapa menit, akhirnya pesanan mereka telah sampai. Dan pada saat itu juga, mereka langsung menikmatinya.
Keadaan restoran pada malam ini cukup ramai, udaranya pun untungnya tidak terlalu dingin. Mereka berempat sangat menikmati makan malam ini. Leon tersenyum gembira melihat Adam dan Alea sangat lahap menyantap makanannya, dan sesekali ia tersenyum saat melihat Klea berbincang dengan anak-anaknya.
“Kalian gimana kuliahnya? Lancar?” tanya Leon disela-sela menyantap makanannya
“Alhamdulillah lancar, pah. Wah, aku ketemu temen-temen yang baik-baik banget sama aku. Oh iya, terus mas adam juga ternyata banyak yang naksir tau. Temen-temen aku juga pada minta kenalin mas adam,” ucap Alea girang
Mereka semua terkekeh, kecuali Adam.
Leon menatap Adam yang masih saja menyantap makanannya, “Bener itu dam? Sejauh ini kamu udah pernah naksir belum nih sama cewek di kuliahan kamu?”
Adam memberhentikan aktivitasnya, lalu menatap Leon, “So far I've only focused on studying, i don't care about unimportant things.”
“Adam....” ucap Klea menatap anak lelakinya itu
Adam kembali menyantap makanannya.
“Lo kenapa sih, mas? Papah kan cuma nanya baik-baik,” ucap Alea menatap Adam
“Iya gue jawab seadanya, sejujur-jujurnya.”
Leon menunduk, lalu ia tersenyum tipis, “It’s okay. Bagus kalo kamu sejauh ini fokus belajar, papah seneng dengernya.”
Adam bangkit dari duduknya, “Mau ke toilet.”
Klea melihat Adam yang melenggang pergi, ia memijat pelipisnya.
“Are you okay?” tanya Leon khawatir
Klea mengangguk, “Aku susul Adam dulu, ya? Kayaknya harus bicara sebentar.”
“Jangan di marahin, ya?” ucap Leon
Klea tersenyum tipis, lalu ia langsung bangkit dari duduknya dan menyusul Adam.
Adam menatap deru ombak yang sangat deras di depan sana, ia juga menatap bulan malam yang menerangi tempat ini. Iya, Adam tidak ke toilet, ia ke sebuah tempat tersembunyi di belakang Restaurant ini.
Adam duduk di atas sebuah batu besar sambil menatap pantai di depan sana, ia juga mengeluarkan sebatang rokok dan korek yang tadi ia bawa.
Adam terdiam, ia menatap cukup lama sebuah rokok dan koreknya. Ia tidak pernah merokok sama sekali, tetapi entah ada dorongan dari mana tiba-tiba saja ia ingin merokok kali ini. Ia ingin merasakan rasanya menghilangkan segala masalah dengan cara merokok. Sama halnya dengan yang dilakukan Alex, teman rumah dan teman kuliahnya.
Adam menghela napasnya, lalu ia langsung menyelipkan batang rokok tersebut di bibirnya dan langsung menyalakannya. Tetapi hal tersebut gagal, Adam sangat terkejut melihat Klea yang tiba-tiba saja mengambil koreknya.
“Mah....” ucap Adam terkejut
“Kamu ngerokok mas?” tanya Klea tak percaya
Adam menghela napasnya, lalu ia menunduk.
“Sini rokoknya,” pinta Klea
Adam mendongak, ia menatap Klea sejenak. Lalu, ia membuang rokoknya begitu saja.
“Maaf,” ucap Adam menunduk
Klea terkekeh pelan, lalu ia menatap wajah anaknya, “Kamu kenapa sih, dam? Kamu kenapa....”
Adam terdiam sejenak.
“Bilang sama mamah, kamu kenapa?” ucap Klea menatap lekat Adam
“Can you stop all this? Adam udah ngga kuat mah, Adam ngga kuat ngeliat mamah pura-pura kuat di depan om Leon sama Ale, pura-pura nerima. Mamah terlihat baik-baik aja di depan mereka, di depan Adam. Mamah kira Adam ngga tau apa yang mamah lakuin di kamar kalo om Leon lagi kerja? Mamah kira Adam ngga pantau mamah setiap mamah keluar rumah untuk sekedar jalan atau apa. Mamah masih mikirin papah Agil, kan? Mamah masih nangisin papah. Adam tau, Adam tau mamah masih cinta sama papah. So, tolong berhenti seolah-olah mamah baik-baik aja,” ucap Adam sambil meneteskan air matanya
Klea menangis, ia sudah tak kuasa menahan tangisnya.
“Kenapa mamah nerima semua ini kalo mamah masih cinta sama papah? Mamah tau ngga, mamah ngelakuin ini juga ke depannya mamah bakal nyakitin hatinya om Leon. Mamah bingung sama perasaan mamah sendiri. Mamah sekarang udah jadi istri om Leon, tapi sejujurnya hati mamah masih untuk papah Agil, kan? Stop mah, stop. Mamah harus bahagia. Kalo mamah emang masih cinta sama papah Agil, mamah lepasin om Leon sekarang juga. Daripada semuanya terlanjur lama, mah. Semakin hari yang ada mamah semakin nyakitin hati mamah sendiri, dan tentunya hati om Leon. Mamah ngga cinta kan sama om Leon?”
Klea menggeleng lemah.
“Mah, jangan di lanjutin. Please, stop it....” ucap Adam memohon
Lagi-lagi Klea menggeleng lemah, “I can’t....”
“Whyyyy?” ucap Adam kesal
Klea mendongak, menatap Adam yang kini tingginya jauh lebih dari dirinya.
“Adam, mamah ngelakuin ini semua terpaksa.... Iya, mamah ngga cinta sama om Leon. Mamah ngelakuin ini semua karena mamah mau balas kebaikan dia ke kita selama ini. Kamu juga liat adik kamu, dia bahagia liat mamah sama om leon bersatu. Gapapa mas, gapapa.... Biar mamah yang nanggung semua rasa sakitnya. Kamu jangan khawatir sama mamah, mamah bilang kan ke kamu waktu itu? We’ll be fine, Adam....”
“Tapi caranya ngga gini, mah. Cara yang mamah lakuin salah. Harusnya dari awal mamah tinggal nolak om leon, tapi ini mamah malah terima. Semuanya jadi gini kan, rumit.”
Klea masih saja menangis, ia benar-benar tidak tahu dengan apa yang ia lakukan kali ini. Iya, memang dia menyadari juga bahwa ini caranya salah. Tapi ia lakukan ini demi Alea, dan juga ingin membalas semua kebaikan Leon. Klea sudah mengubur dalam-dalam semua kesalahan yang Leon perbuat dulu. Dan sejujurnya, memang selama ini hanya Agil lah yang masih ada di dalam hatinya. Tidak akan tergantikan dengan yang lain.
Klea menghapus air matanya, lalu ia mengusap lengan anaknya, “Percaya mamah, ya? Kita akan baik-baik aja. And please, be nice to him....”
“What if one day you fall in love with him again?”
Klea menunduk, “I don’t know....”
Adam mengusap wajahnya dengan gusar, ia sangat tidak mengerti dengan pikiran ibunya.
“Fine. Tapi aku minta sama mamah, you must be happy.”
Klea mengangguk dengan cepat, “Iya, mas....”
Dan detik itu juga Adam langsung membawa sang ibu ke dekapannya.
Mah, Adam sayang banget sama mamah. Mamah selama ini udah ngelakuin cara apapun buat ngebahagiain Adam sama Ale. Mamah rela mamah yang tersakiti, padahal Adam tau mamah ngga kuat. Mah, Adam janji, Adam janji suatu saat Adam bakal bahagiain mamah. Dan untuk sekarang, Adam akan ikutin semua kemauan mamah. /batin Adam