Jangan ada yang nyerah, ya?

Agil berlari kencang menyusuri lorong rumah sakit, sedari tadi pikirannya kalut hingga ia hampir menabrak sebuah mobil karena melajukan motornya dengan kecepatan kencang. Tidak, mimpi itu tidak akan terjadi. Bukan ini kan pergi jalan-jalan yang dimaksud Mas Galang? Bukan, kan?

Agil menghentikan langkahnya di lorong UGD, ia melihat Bella dan Ajeng menangis disana. Secara perlahan ia melangkahkan kakinya menghampiri mereka berdua, dan terlihat disana Dokter keluar dari ruangan UGD tersebut.

“Apa ini dengan keluarganya?” tanya Dokter perempuan itu

Ajeng mengangguk, “Saya anaknya, dok. Mama saya gimana dok? Ngga kenapa kenapa, kan?”

Dokter menghela napasnya, “Keadaan pasien sangat lemah, dan untungnya kalian tepat waktu untuk mengantar beliau ke rumah sakit. Beliau terkena serangan jantung. Dan dari hasil yang saya periksa juga, terjadi benturan yang cukup keras di kepalanya, hal itu menyebabkan pembuluh darah yang berada di kepala beliau pecah. Dan saya akan mengambil tindakan operasi karena terjadi perdarahan yang cukup parah di otak beliau. Untuk itu, kalian bisa langsung membayar biaya administrasinya terlebih dahulu ya, sebelum operasi dilakukan.”

“Biaya operasinya berapa, dok?” tanya Ajeng

“Sekitar 40jt, dan itu baru operasi.”

Ajeng terdiam sejenak, lalu ia kembali menangis dan langsung memeluk Bella.

“Kalau begitu saya permisi ya,” ucap Dokter itu tersenyum lalu melenggang pergi

“Mba,” panggil Agil

Ajeng menoleh. Ia menatap Agil cukup lama, lalu ia kembali tak kuasa menahan tangisnya, ia menghampiri Agil dan memeluknya dengan erat.

“Kenapa diem aja? Ayo bayar administrasinya biar mama cepet di operasi,” ucap Agil menahan tangisnya

Ajeng menggeleng lemah, ia menangis di dalam dekapan Agil, “Agil, maafin mba....”

Agil meneteskan air matanya, “Kenapa? duit tunjangan masih ada, kan?” tanya Agil

Ajeng melepaskan pelukannya. Ia mengusap wajah adik lelakinya ini, dan ia menggeleng lemah kembali, “Ayah, Ayah bawa kabur— bawa kabur semua duit kita.”

Agil terdiam, dugaannya benar.

“Agil...” panggil Ajeng

“Duit tabungan lo juga di bawa kabur sama Ayah....” ucap Ajeng lalu setelahnya ia menangis kencang

Deg! Jantung Agil berpacu sangat cepat, ia mengerjapkan matanya berulangkali.

“Lo bohong, kan?” tanya Agil yang masih tak percaya

Bella menghampiri Agil, “Mba Ajeng ngga bohong, mas. Semua duit kita dibawa kabur sama Ayah, dan— duit tabungan mas juga diambil semua sama Ayah. Yang bikin mama kayak gini itu karena mama berusaha ngelindungin tabungan Mas Agil. Tapi mama gagal ngelindungin tabungan Mas, dari situ mama langsung kena serangan jantung dan Ayah langsung dorong mama sampe kepala mama kebentur meja.”

Agil memalingkan wajahnya kearah lain, ia meneteskan air matanya. Agil mengepalkan tangannya dan— Bugh! Agil memukul dinding rumah sakit sampai darah segar berhasil muncul di jemarinya.

“AGIL! MAS!” teriak Ajeng dan Bella

“ARRGHHHH!” teriak Agil, “Kenapa Ayah tega banget sih sama kita, KENAPA?!” ucap Agil yang detik itu juga langsung menangis kencang

Agil sudah tak kuasa menahan tangisnya lagi, duit yang susah payah ia tabung dari dulu untuk sekolah penerbangannya dirampas semua oleh Ayahnya. Ditambah lagi ia mendengar sendiri perkataan adiknya, bahwa Ola seperti ini karena melindungi tabungannya.

Agil menjatuhkan dirinya ke lantai, “Mama.... maafin Agil, ma....” ucap Agil sembari menangis

Ajeng menghampiri Agil, ia langsung membawa Agil ke dekapannya.

“Mba.... Agil capek, mba.... kenapa semuanya kayak gini? Agil mau nyerah, mba....” ucap Agil menangis dalam dekapan Ajeng

Ajeng melepaskan pelukannya, ia menghapus air mata Adiknya, “Agil.... liat mba,”

Agil masih saja menangis dihadapan Ajeng.

“Agil!” ucap Ajeng sembari menepuk pelan pipi Agil

“Agil, dengerin mba, ya? Agil inget kan kata Mas Galang? Jangan nyerah, jangan gampang nyerah. Kita harus tetep berjuang walaupun cobaan datang terus ke kita. Kita harus tetep semangat gil, kita harus tetep kuat. Kalo kita nyerah, perjuangan yang udah kita lewatin dari dulu sampai titik ini bakal sia sia, kan?” ucap Ajeng dengan nada yang sedikit bergetar

Ajeng menoleh kearah Bella yang menangis disana, “Bella, sini.”

“Agil, Bella, peran mba sekarang penting banget. Mba sekarang gantiin peran Mas Galang sebagai kakak pertama, mba selalu inget pesan pesan yang Mas Galang kasih buat mba. Katanya kalo capek itu istirahat, tapi jangan sampe nyerah. Kita harus inget rintangan-rintangan yang kita lewatin selama ini. Sampai akhirnya suatu saat kita bangga sama diri kita sendiri. Oh, ternyata gue udah berhasil lewatin semuanya, gue udah berjuang sampe di titik mana gue ngerasain hidup gue lebih bahagia daripada sebelumnya,” jeda Ajeng

Agil dan Bella masih saja menangis, tapi mereka juga mencerna kata kata yang Ajeng ucapkan.

“Untuk itu mba mohon, mba mohon sama kalian jangan ada yang nyerah, ya? Jangan ada yang nyerah dalam hal apapun.”

Ajeng menatap Agil, “Gil, mba bakal jual semua yang mba punya buat biaya sekolah penerbangan kamu sama biaya operasi mama.”

Agil menatap Ajeng dengan mata yang sembab, “Emang mba punya apa? Kita punya apa?” jedanya

“Kita udah ngga punya apa-apa, mba,” lanjut Agil penuh penekanan

Perkataan Agil membuat hati Ajeng tersayat-sayat. Memang benar, sangat benar perkataannya. Agil dan keluarganya sudah tidak mempunyai apa apa lagi sekarang.

Agil bangkit dari duduknya, “Gue bakal cari duit, cari duit buat operasinya mama. Gue ngga peduli tabungan gue ilang. Sekarang gue harus cari duit buat kesembuhan mama, biar mama bisa sama kita lagi.”