London

“Dulu tuh kita ngga deket sama sekali, kan?” tanya Kenny sambil terkekeh

Klea tersenyum singkat, “Iya, ngga sama sekali. Jarang ketemu juga. Lo kan deketnya sama Kala, ya?”

“Gue juga ngga terlalu deket sih sama Kala, haha. Cuma dulu itu pernah satu jadwal pemotretan dan dari situ kita deket deh,” ucap Kenny

Klea mengangguk.

Kini, mereka berdua berbincang-bincang sambil menyusuri kota London. Mereka berdua menghabiskan waktu dari siang mulai dari makan, shopping, dan menyusuri beberapa tempat yang terkenal di kota ini.

“Lo kayaknya seneng banget ya ke London, gue daritadi liatin lo ngga berhenti senyum sambil liat jalanan di kota ini,” ucap Kenny menatap Klea yang berjalan di sampingnya

Klea terkekeh, ia pun menatap Kenny, “Seneng banget. Iya.... dulu waktu suami gue masih ada, wishlist gue tuh ke London sama dia. Tapi, sekarang dia udah pergi ninggalin gue. Dan ya, sekarang gue seneng banget akhirnya gue bisa berkunjung ke kota ini. Walaupun ngga sama suami gue.”

Kenny tersenyum getir, “I’m sorry to hear that. Gue ngga kenal siapa suami lo dulu, tapi suami lo pasti seneng kok akhirnya wishlist lo tercapai, walaupun tanpa dia. Dan.... gue kaget. Ternyata lo nikah sama Leon.”

Klea tak membalas ucapan Kenny, ia hanya tersenyum sekilas.

Setelah jalan beberapa menit, Klea dan Kenny menghentikan langkahnya. Mereka berdua menatap jalan penyeberangan di depan sana yang cukup ramai pada sore hari ini. Mereka juga menatap menara jam di depan sana yang paling populer di Inggris, Big Ben.

“Whyyy?” tanya Kenny yang melihat pandangan mata Klea tak lepas dari Big Ben

Klea meneteskan air matanya, “Bagus banget, ken. Gue seneng banget bisa ke London, dan liat Big Ben.”

Suasana kali ini menjadi sangat haru.

Kenny mengusap pundak Klea, “Don’t cryyyy. Sumpah, di London tuh masih banyak destinasinya. Masih banyak tempat yang lebih iconic dari Big Ben. Lagian kan juga lo nanti kerja di sini, Klea. Lo bakal sering banyak jadwal di London.”

Klea tersenyum getir, “Andai Leon ngga sibuk kerja, gue bakal minta dia buat temenin gue keliling UK. Bilangnya sih bisa di hari itu, tapi ngga lama tiba-tiba bilang ngga bisa, batalin gitu aja. Dan tadi katanya dia mau jemput gue, tapi malah bilang ngga bisa.”

Kenny menghela napasnya, “Astagaaa.... Leon bener-bener, ya. Lo tenang aja, nanti gue temenin lo keliling London. Udah, tenang aja. Pokoknya lo tinggal tunggu kabar aja, lo diterima di agensi gue apa ngga. Kalo lo diterima, gue yakin lo pasti seneng banget. Lo bisa sepuasnya keliling London, bahkan keliling UK. Atau ya bahkan keliling dunia.”

Klea tersenyum hangat menatap Kenny, “Thanks ya, ken? Lo baik banget sumpah.”

Kenny tersenyum juga, lalu ia memeluk Klea sebentar, “Jangan bilang makasih. Udah pokoknya lo tenang aja, sekarang lo jadi temen gue, oke?”

Klea mengangguk senang.

“Iyaudah, sana gih nyebrang. Tunggu bus nya di depan sana.”

“Iya.”

“Tapi lo beneran nih ngga mau gue anterin aja?”

“Ngga usah, jauh.”

“Okey. Yaudah, gue balik duluan, ya?” ucap Kenny menatap Klea

Klea tersenyum manis, “Iya.”

“Okey, see you. Gue yakin lo pasti diterima.”

Klea terkekeh, lalu ia mengangguk, “Aamiin, see you.”

Setelah melihat Kenny melenggang pergi, Klea langsung membalikkan tubuhnya dan kembali menatap Big Ben di depan sana yang menunjukkan pukul lima sore. Klea menghela napas beratnya, ia merasakan dadanya terasa sesak kembali. Ia teringat sosok Agil. Andai Agil masih hidup, mungkin sekarang Agil berada di sampingnya sambil menikmati senja di kota London ini.

Klea merogoh sesuatu di saku blazernya. Ia mengambil handphonenya, dan membuka kameranya. Lalu— Cekrek! Ia mengambil gambar Big Ben di depan sana dengan langit yang masih terlihat terang dan bewarna biru muda, dan merah muda keungu-unguan. Lagi-lagi Klea tersenyum getir, lalu ia mengetikan sesuatu di handphonenya. Dan setelahnya, Klea langsung melangkahkan kakinya untuk segera pulang.