Mas Agil
Tw // Mentioning of kill & Fight.
Klea, Adam, dan Alea melangkahkan kakinya mengikuti staff pribadi yang katanya tadi diperintahkan oleh Dierrel untuk mengantarkannya ke ruangan vip di Restaurant ini. Interior Restaurant yang terletak di London ini cukup mewah dan elegan, hal itu membuat Klea dan anak-anaknya tak berhenti menatap setiap sudut di Restaurant ini.
Klea, Adam, dan Alea menghentikan langkahnya di depan sebuah ruangan yang mempunyai pintu yang sangat besar ini.
“Mr. Dierrel is inside, please come in....” ucap staff tersebut lalu ia membukakan pintunya
Dierrel menatap ke arah pintu yang terbuka, ternyata di sana sudah ada Klea dan anak-anaknya yang memakai pakaian cukup rapih.
Mata Dierrel tak berhenti menatap Klea yang memakai dress hitam panjang dengan tangan yang menggenggam tas kecil miliknya.
“Hi?” ucap Klea menatap Dierrel yang terdiam
“O-oh, hi....” jawabnya lalu Dierrel bangkit dari duduknya
“Maaf ya lama, jalanan macet banget tadi,” ucap Klea dengan nada yang sangat lembut
Dierrel mengerjapkan matanya berulangkali, ia menenangkan jantungnya yang sedari tadi berdegup kencang. “I-iya, gapapa.”
Klea menoleh ke arah belakang, menatap kedua anaknya. “Adam, Ale, salim gih sama om Dierrel.”
Adam dan Alea saling menatap satu sama lain, sampai akhirnya mereka berdua melangkahkan kakinya untuk mendekat ke arah Dierrel.
Dierrel tersenyum, lalu ia merasakan tangannya diraih oleh Adam. Adam mengecupnya, dan Alea pun melakukan hal yang sama.
“Hai om, om Dierrel....” ucap Adam menatap Dierrel
Lagi-lagi Dierrel tersenyum. “Hai. Lama ngga bertemu kalian lagi. Gapapa kan kalo om ajak kalian Dinner gini?”
“It’s okay....” ucap Alea dengan cepat
“Yaudah, langsung duduk aja abis itu pesan makanan yang kalian mau ya,” ucap Dierrel
Suara denting garpu dan pisau yang diletakkan di piring menandakan bahwa mereka berempat telah menyelesaikan menyantap makanannya pada malam ini. Masing-masing dari mereka ada yang minum terlebih dahulu, dan ada yang membersihkan bibirnya menggunakan tisu terlebih dahulu.
Eugh! Alea melotot, ia langsung menutup mulutnya. Dierrel, Klea, dan Adam yang sedang sibuk dengan aktivitasnya masing-masing menoleh ke arah sumber suara. Iya, baru saja Alea bersendawa.
“Ale, lo kebiasaan banget,” bisik Adam
“Maaf, mas.... Sumpah, gue ngga sengaja....” bisik Alea sambil menatap Adam dengan tatapan yang sangat panik
“Ale, kamu sendawa barusan?” bisik Klea sambil memegang tangan Alea
Alea menunduk, lalu ia mengangguk kecil. “Maaf, mah.... Ale ngga sengaja....”
Dierrel terkekeh, hal itu membuat Klea dan anak-anaknya menatap Dierrel detik itu juga.
“Dierrel, i’m sorry....” ucap Klea menatap Dierrel
“It’s okay, it’s okay.... Ale, kenapa nunduk terus daritadi?” tanya Dierrel yang kini menatap Alea yang sedang menunduk di depan sana
“Ale malu, om.... Maaf, Ale ngga sopan....”
Lagi-lagi Dierrel terkekeh, lalu ia menggeleng-gelengkan kepalanya. “Gapapa, gausah minta maaf kayak gitu.... om santai-santai aja, kok.”
Klea menunduk, ia benar-benar sangat malu sekali dengan apa yang baru saja Alea lakukan.
“Kebiasaannya Ale, om. Dia kalo kekenyangan pasti langsung sendawa. Terus juga di sini dia keliatan anggun, kalo di rumah dia kalo makan kakinya di angkat satu kayak makan di warteg,” ucap Adam
Bugh! Alea memukul lengan Adam. “Lo apa-apaan sih gila.”
“I'm just speaking the facts.”
Alea mendengus kasar, ia benar-benar sangat kesal dengan Adam yang membuka aibnya. Ia memilih untuk melihat pemandangan kota London dari jendela kaca di ruangan ini.
“Udah, udah.... kok berantem sih kalian,” ucap Dierrel menatap Adam dan Alea secara bergantian
Klea benar-benar tak menyangka jikalau kondisinya akan seperti ini sekarang. Ia menatap Dierrel dengan tatapan minta maaf sebesar-besarnya, Dierrel yang paham dengan tatapan Klea hanya mengangguk sambil tersenyum.
“Nih, untuk kalian....” ucap Dierrel sambil memberi sebuah paperbag yang ukurannya cukup besar
Adam dan Alea menoleh menatap apa yang diberikan oleh Dierrel, lalu mereka berdua langsung meraih paperbag tersebut. Mereka terkejut saat melihat apa yang berada di dalam paperbag tersebut, ternyata di dalam sana ada beberapa pakaian untuk musim dingin. Dan tentunya, ada sepasang sepatu boots.
“Woah.... sepatu boots nya bagus banget om....” ucap Alea saat melihat sepatu boots bewarna cokelat muda yang kini ia pegang
Dierrel tersenyum. “Ale suka?” tanya Dierrel
Alea mengangguk girang. “Suka, suka banget....”
“Adam, kamu suka?”
Adam menatap Dierrel, lalu ia mengangguk.
“Syukurlah, om seneng kalo kalian suka. Itu harus kalian pake ya kalo nanti musim dingin udah tiba....” ucap Dierrel
Adam dan Alea pun mengangguk.
“Makasih, ya? Tapi ngerepotin banget, deh.... Waktu itu kan kamu juga udah kasih coat sama syal ke anak-anak,” ucap Klea menatap Dierrel
“Iya sama sama. Gapapa kok, aku seneng ngasih itu buat anak-anak kamu. Kamu belum aku beliin, nanti belinya langsung sama kamu aja, ya?” ucap Dierrel
“Btw, kamu tau ukuran sepatu boots anak-anak dari mana?” tanya Klea yang sedari tadi sangat penasaran
Dierrel terdiam sejenak, lalu ia kembali menatap Adam dan Alea yang masih sibuk melihat lihat isi di dalam paperbag tersebut.
“Adam, Ale. Nanti kalo musim dingin udah tiba mau nikmatin salju sama om, ngga?” tanya Dierrel
“Ma—“ ucap Adam terpotong
“Tapi kan kita masih punya papah Leon, om. Jadi nanti paling kita nikmatin first snow ya sama papah Leon,” ucap Alea yang membuat Dierrel langsung terdiam saat itu juga
“Ale....” ucap Klea yang sangat terkejut dengan apa yang baru saja anaknya ucapkan
“Loh, bener kan mah? Kita masih punya papah. Ya masa mau nikmatin salju pertama sama om Dierrel, kan om Dierrel bukan siapa-siapa nya kita.”
Adam menoleh ke arah Alea, “Bisa ngga sih jaga ucapan lo? Maksud om Dierrel itu salju selanjutnya, bukan first snow.”
“Oh.... kirain.... Maaf ya, om?” ucap Alea menatap Dierrel yang masih saja terdiam
Dierrel tersenyum getir, lalu ia mengangguk.
“Emm.... Terus kalian kuliahnya selama ini gimana? Lancar, kan?” tanya Dierrel memecahkan keheningan
“Alhamdulillah lancar, kadang juga dibantuin papah Leon. Jadinya ya.... Lancar lancar aja sih, om....” jawab Alea
Lagi-lagi Dierrel mengangguk. Ia menghela napasnya, lalu ia menatap Klea, Adam, dan Alea secara bergantian.
“Om seneng banget bisa ajak kalian Dinner kayak gini.... Maaf ya bukannya om mau gimana-gimana, cuma ya om bener-bener pengen aja ajak kalian Dinner.”
“Seharusnya sih om tau ya.... Mamah itu udah punya suami, dan ngga sepantasnya om ngajak kita Dinner kayak gini,” ucap Alea
“Ale!” ucap Adam dan Klea secara serentak
Dierrel membenarkan posisinya, lalu ia mengangguk. “Iya.... om tau. Berarti om terlalu berlebihan, ya?”
“Rel....” ucap Klea menatap Dierrel dengan tatapan yang sangat tidak bisa diartikan
Alea memajukan tubuhnya sedikit, “Iya kalo om tau kenapa om lakuin?”
Lagi-lagi, Dierrel tersenyum getir.
Klea berdehem. “Kayaknya udah seharusnya deh aku sama anak-anak pulang sekarang. Errel, ini billnya gimana?” ucap Klea yang sekarang sudah bangkit dari posisi duduknya
Dierrel pun juga bangkit dari posisinya. “Aku yang ajak kalian Dinner, aku yang bayar.”
Klea mengangguk. “Yaudah. Makasih banyak, ya? Kalo gitu aku sama anak-anak pulang dulu.”
“Mau aku anter?”
“Ngga usah, gapapa kok.”
“Yaudah aku anter sampe bawah, ya?” ucap Dierrel
“Iya.”
Setelah itu, Dierrel melangkahkan kakinya terlebih dahulu. Entah mengapa, air matanya langsung mencelos begitu saja, dan dengan cepat Dierrel menghapusnya.
Dierrel meraih knop pintu ruangan ini, lalu ia langsung membukanya. Dan betapa terkejutnya ia, saat melihat dua orang yang sangat ia kenal terkulai lemas dengan wajah yang berdarah-darah di bawah sana.
“Hai, Agil?” ucap Leon
Klea menutup mulutnya, ia sangat kaget bukan main. “L-leon?”
Leon tersenyum. “Kaget, ya? Ternyata kalian baru aja Dinner berempat.”
Dierrel mengepalkan tangannya cukup kuat, rahangnya pun mengeras. Lalu, ia menatap Leon yang kini berada di hadapannya. “Anda apakan teman-teman saya?”
Leon menoleh, menatap Dierrel yang kini terlihat sangat marah. “Lo ngga liat itu temen-temen lo berdarah? Untungnya masih hidup. Tadinya mau gue abisin, tapi kayaknya lebih enak kalo gue abisin di depan lo. Sekarang pilihan lo ada dua,” jeda Leon
Leon mendekatkan tubuhnya ke arah Dierrel. “Lo ngaku kalo lo itu Agil, atau lo mau gue bunuh temen-temen lo sekarang juga.”
“Oh! Apa lo mau biarinin temen-temen lo aja yang ngaku kalo mereka berdua waktu itu abis di ceritain sama lo tentang siapa lo sebenarnya?” lanjut Leon
“Bajingan,” ucap Dierrel
Leon terkekeh. “Ya, it’s me, Leonadio Aksara. Lo nunggu apa lagi, gil? Lo mau gue abisin temen-temen lo sekarang juga? Atau gue biarin mereka yang ngomong? Yah.... tapi daritadi mereka ngga mau ngomong sih, sama aja berarti harus gue habisin lagi baru mau ngomong....”
Klea menarik lengan Leon. “Maksudnya apaan, sih?! Leon, kok kamu jadi kayak gini?”
Leon menepis kasar tangan Klea sampai Klea sedikit terhuyung ke belakang, untungnya saja Adam dan Alea dengan cepat menahannya.
Dierrel memajukan tubuhnya dengan cepat dan menarik kerah Leon. “Lo kasar sama Akleea, gue bunuh lo sekarang juga,” ucap Dierrel dengan tatapan yang sangat marah
Leon terkekeh sinis, lalu ia mendorong tubuh Dierrel sampai terjatuh ke bawah.
“ERREL!” teriak Klea
“Sekarang lo ngaku aja apa susahnya?! Lo Agil, kan?!” ucap Leon dengan nada yang cukup keras
“Mas.... Ale takut....” ucap Alea sambil memegang erat lengan Adam
“Ada mas di sini.”
Dierrel bangkit dari posisinya, ia merapihkan pakaiannya. “Urusan lo apaan, sih? Kenapa masih aja kekeh maksa gue buat ngaku kalo gue itu Agil?”
Leon berdecak kesal. “Gue beneran ngga suka basa-basi! Lo ngaku sekarang juga, atau gue bunuh temen-temen lo!”
Dierrel menghela napasnya, lalu ia menatap Klea, Adam dan Alea yang terlihat sangat ketakutan di sana.
“Munduran,” pinta Dierrel ke Klea, Adam, dan Alea.
Mereka bertiga langsung menuruti perintah Dierrel.
“Gue bakal ngaku, asalkan lo biarinin Abi sama Deon pergi,” ucap Dierrel menatap Leon
Leon terdiam sejenak, lalu ia menatap kedua anak buahnya di sana. “Lepasin.”
Dierrel menatap Abi dan Deon secara bergantian, ia seperti memberikan suatu kode kepada teman-temannya. Lalu, Abi dan Deon langsung kabur saat itu juga.
“Ayo, ngaku kalo lo itu Agil.”
Dierrel mendekatkan tubuhnya ke arah Leon, ia membersihkan kotoran yang berada di jas Leon. Lalu tak lama, Dierrel pun melayangkan tinjuannya ke pipi Leon sampai Leon tersungkur jatuh ke bawah.
“ANJING!” teriak Leon
Dierrel langsung kabur, namun ia menghadapi kedua anak buah Leon terlebih dahulu. Bugh! Bugh! Bugh! Banyak tinjuan yang dilayangkan oleh Dierrel.
Klea, Adam, dan Alea benar-benar sangat ketakutan menyaksikan perkelahian di depan sana. Alea menangis, dan Klea pun tersadar. Lalu Klea segera membawa anak-anaknya ke dalam dekapannya.
“ANJING! AH!” teriak Dierrel kesakitan karena Leon menendang punggungnya cukup keras
Leon menarik tubuh Dierrel, dan menghempaskannya ke hadapan Klea dan anak-anaknya.
Klea terkejut di saat ada sebuah benda yang menggelinding di bawah kakinya, lalu ia berjongkok dan mengambil benda tersebut.
No.... /batin Dierrel
Klea menutup mulutnya tak percaya saat ia mengambil sebuah benda yang berada di bawah kakinya tadi. Ia meneteskan air matanya, lalu menatap Dierrel yang masih tersungkur di bawah sana. Iya, benda itu adalah sebuah cincin yang sama seperti miliknya. Dan yang membuat Klea terkejut adalah, di sana terdapat sebuah ukiran nama yang bertuliskan ’Lea’.
Dierrel bangkit dari posisinya, lalu ia mengambil secara paksa cincin yang berada di tangan Klea. Dierrel menatap Klea yang menatapnya juga cukup lama, lalu ia langsung membalikkan tubuhnya dan melenggang pergi dengan cepat saat itu juga.
“MAS AGILLLLL!” teriak Klea sambil menangis