Mas, Selamat Ulang Tahun
Malam ini, pukul 23.30 malam. Agil, Ola, Ajeng, dan Bella sudah terduduk manis di kursi meja makan. Hal yang biasanya keluarga pak Danendra lakukan ketika salah satu anggota keluarganya sedang berulang tahun adalah, merayakannya di meja makan pada malam hari sebelum tanggal ulang tahun itu tiba. Iya, tiup lilin akan dilakukan tepat pada pukul 12 malam. Bersama-sama, di meja makan. Di meja tersebut sudah tersedia kue ulang tahun bewarna putih yang bertuliskan, Selamat Ulang Tahun Mas Galang.
Ola tersenyum melihat ketiga anaknya yang sedang bercanda gurau di depan sana.
“Mama ih, Mas Agil ngeselin banget!” ucap Bella kesal
“Emang gua apain lu sih, bel?”
“Ya mas ngeledekin bias aku mulu, udah tau dia ganteng, dibilang jelek mulu,” ucapnya ketus
Ajeng terkekeh, ia menggeleng-gelengkan kepalanya, “Mana coba mba liat, seganteng apa kesukaan Bella itu.”
“Ih mba… kan udah liat di kamar aku. Bella kan nempelin poster tuh di kamar.”
“Ngga boleh nempelin poster tau di kamar,” ucap Agil
Bella menatap Agil, “Kenapa gitu? Mas gausah ngelarang-larang, deh.”
“Dih, ngga percaya. Nanti kalo tengah malem dia bakal muncul, terus ngeliatin lu gitu,” ucap Agil menakuti Bella
“Mas…” panggil Ola
Agil menoleh kearah Ola, ia terkekeh pelan.
Bella terdiam, ia masih terlihat mencerna perkataan Agil. Ia tiba-tiba merinding, bagaimana jika yang dikatakan Agil benar?
“Udah ngga usah dengerin mas Agil, dia mau nakut-nakutin Bella doang,” ucap Ajeng menatap Bella
Bella langsung menatap Agil yang terkekeh di sana dengan tatapan sinis.
Tapi kayaknya emang bener sih. /batin Bella
“Udah, udah. Ini udah jam berapa? Kok mas Galang belum pulang juga ya?” ucap Ola menatap kearah pintu rumahnya
Suasana hening seketika, Agil menatap Ajeng dan Bella secara bergantian.
“Kalian udah ngabarin mas Galang, kan?” tanya Ola
Ajeng menatap Agil cukup lama, Agil hanya terdiam menunduk.
Mas… Agil harap mas dateng ya, mas pulang. /batin Agil
Suasana kali ini benar-benar hening, hanya terdengar suara jarum jam yang berdenting. Mereka berempat sama-sama terdiam sedari tadi sambil menatap kue ulang tahun yang berada di tengah-tengah meja makan.
Setelah menunggu beberapa menit, terdengar suara ketukan pintu dan terlihatlah Galang diambang pintu sana.
“Assalamualaikum….”
Agil, Ajeng, dan Bella menatap Ola yang menoleh kearah pintu.
Di sana, Galang masih lengkap mengenakan pakaian Pilotnya dan menenteng sebuah koper yang cukup besar. Ia menatap keluarganya yang menatapnya juga. Ia rindu, sangat rindu dengan keluarganya.
“Waalaikumsalam, mas….” ucap Ola
Galang menghampiri Ola, ia langsung berlutut di hadapannya.
“Ma, maafin mas…” ucap Galang mencium kedua kaki Ola
Ola tak kuat menahan tangisnya, tangannya terulur begitu saja mengelus pucuk kepala dan punggung sang anak yang sudah lama tidak menginjakkan kakinya di rumah ini.
Agil meneteskan air matanya. Sama halnya dengan Ajeng dan Bella, mereka juga tak kuasa menahan tangisnya.
“Mas… gapapa mas, gapapa. Mama seneng banget mas pulang sekarang, mas masih punya waktu buat ngerayain ulang tahun mas di sini sama mama sama adik-adik mas,” ucap Ola mengusap wajah anak pertamanya
Galang tidak tahu harus berkata apa, ia hanya menangis terus-terusan.
“Liat, adik-adik mas di sana nungguin kamu pulang. Mereka selalu kangen sama kamu, mas…” ucap Ola
Galang menatap ketiga adiknya dengan tatapan sendu. Mulai dari Ajeng, Bella, dan— Agil, sang adik kesayangannya.
Galang tersenyum getir, “Maafin mas, ya? Ini mas pulang, sesuai permintaan kalian….” ucap Galang menatap ketiga adiknya
Ajeng, Agil, dan Bella hanya terdiam. Mereka tidak membalas ucapan Galang sama sekali.
“Udah ya, sekarang mas duduk. Sebentar lagi udah mau jam 12,” ucap Ola mengelus lengan Galang
Galang menghapus air matanya, ia menghela napas sebentar lalu ia langsung duduk di kursi meja makan. Galang menatap kue ulang tahun yang sekarang tepat berada di hadapannya, ia terkekeh lalu ia menatap Agil.
Agil selalu inget apa yang gue suka. /batin Galang
“Udah?” tanya Agil
“Udah, ayo Bella nyalain lilinnya,” ucap Ola
Bella menghapus air matanya yang sedari tadi turun begitu saja, ia mengambil korek lalu menyalakan lilin tersebut.
“Makasih, dek,” ucap Galang
Ola tersenyum, “Ayo, kita nyanyi dulu.”
Mereka semua tersenyum lalu menyanyikan lagu Selamat Ulang Tahun.
Happy Birthday To You, Happy Birthday To You, Happy Birthday Happy Birthday, Happy Birthday To You…
Tiup lilinnya, Tiup lilinnya, Tiup lilinnya sekarang juga, sekarang juga, sekarang juga…..
Ajeng menghela napas beratnya, “Mas…. Make a wish dulu ya sebelum tiup lilin.”
Galang tersenyum, lalu ia langsung berdoa dalam hati untuk dirinya sendiri. Setelah berdoa cukup lama, Galang terdiam menatap lilin yang menyala di atas kuenya.
Galang menghela napasnya, “Mas berdoa juga, semoga keluarga mas selalu sehat terus, selalu bahagia terus, dan selalu dalam lindungan Allah,”jedanya
Galang menatap Ola, “Ma, mama sehat sehat terus ya ma? Galang sayang banget sama mama. Dan satu hal yang perlu mama tau, mama masih punya Ajeng, Agil, dan Bella.”
“Ajeng… peran kamu sangat penting sekarang. Mas harap kamu bisa ngedidik adik-adik kamu dengan baik, ya?”
“Bella, nurut ya sama Mama, Mba Ajeng, sama Mas Agil? Mas Agil bilang ke mas kalo kamu main hp mulu, nonton sampe lupa waktu, dan jajan album terus. Bella boleh kok minta apapun, ngelakuin apapun itu, tapi tolong tau waktu dan tau batas ya, bel? Bella juga jangan lupa sholat, jangan ditinggalin.”
“Agil….” panggil Galang
Agil menatap lilin kue yang sedari tadi sudah meleleh, ia kembali meneteskan air matanya.
Galang menatap lekat adik kesayangannya ini,“Agil, Agil harus kuat ya? Agil harus semangat. Agil boleh ngeluh capek, tapi jangan terus-terusan ya, gil? Kalo ada pikiran yang buat Agil kacau, Agil bisa cerita ke mas. Mas selalu ada buat Agil. Gil, buat masa depan kamu mas yakin nanti mama bakal izinin kamu buat jadi pilot. Agil jangan pusing pusing mikirin yang lain ya, gil? Agil fokus aja jalanin hari-hari Agil, Agil juga harus kuatin tekad buat ngeraih masa depan dan cita-cita Agil. Mas yakin, kamu pasti bakal jadi pilot nanti.”
Galang kembali meneteskan air matanya. Setelah dirasa sudah cukup memberikan kata-kata untuk orang-orang yang ia sayang, Galang menghela napasnya secara perlahan lalu ia langsung meniup lilinnya.
Jantung Agil berdetak sangat cepat. Lagi lagi Agil meneteskan air matanya, ia masih terus menatap kue dari lilin yang masih menyala sampai lilin mati tertiup.
“Aamiin,” ucap mereka serentak Agil masih saja terdiam.
“Mas! Bengong mulu kerjaannya,” ucap Bella memukul lengan Agil
“Tau nih, kalian juga. Mas nya pulang bukannya di sambut terus di peluk. Ngapain gitu, malah pada bengong aja dari tadi,” ucap Galang kesal menatap ketiga adiknya
Mereka semua terkekeh.
“Ihhhh, mas Galang ngambekkk masa…” ledek Bella
Galang memasang muka acuhnya, “Huh! Iya, mas ngambek.”
Agil berdecih, “Udah gede juga, gatau malu banget.”
“Kok songong?! Udah ah mas males,” jeda Galang
Galang mengambil sesuatu yang berada di kolong meja, lalu ia memberikan sebuah paperbag yang entah isinya apa ke Ajeng.
“Karena cuma Ajeng yang ngga ngeledekin mas, mas kasih hadiah cuma buat Ajeng aja,” lanjutnya
“KOK CURANG?!” teriak Bella dan Agil
“Sstttt, udah lo berdua diem ya,” ucap Ajeng
Ajeng membuka paperbag tersebut, dan betapa kagetnya ia melihat isinya, “Mas?! Astaga, sumpah ini lo beliin gue Skincare?!”
Galang mengangguk, “Iya, katanya lo mau Skincare itu.”
“Tapi ini kan, yaallah massss, ini mahal banget.”
Bella dan Agil penasaran, ia menghampiri Ajeng dan melihat apa itu isinya. Iya benar saja, itu adalah Skincare yang sangat diinginkan oleh Ajeng. Dan ya, harganya terbilang cukup mahal karena dari Brand ternama.
“Yang bener aja, mas? Masa cuma mba Ajeng doang yang dibeliin, Bella manaaaaa?” ucap Bella menatap Galang
Galang terkekeh, ia sangat gemas melihat tingkah laku adik kecilnya ini, “Sini, sini. Mas bercanda, mas ngga cuma beliin buat mba Ajeng doang, kok.”
Bella langsung menghampiri Galang, ia melihat Galang mengeluarkan sesuatu dari paperbag. Bella melongo, matanya sangat berbinar melihat sesuatu yang Galang beri untuknya.
“MASSSS!!!!!!” teriak Bella
Agil menoyor kepala Bella, “Berisik, bocah!”
Bella hanya menatap Agil dengan tatapan sinis.
“Mass yaallah, sumpah dibeliin album?! AAAAAA, MAS GALANG MAKASIHHHH,” ucap Bella girang dan langsung memeluk Galang
“Iyaiya, dek, sama sama. Ini mas beliin langsung di Korea pas mas Landing di sana.”
Bella tersenyum, ia sangat senang akhirnya album yang sangat ia inginkan dibelikan juga oleh Galang.
Agil menghela napasnya dengan kasar. Ia kesal, sangat kesal. Dirinya tidak diberikan apapun oleh Galang.
Galang menatap Agil yang memasang muka masamnya, “Gil, kenapa?”
“Pake nanya lagi?” jawab Agil ketus
“Mama aja ngga gue kasih apa-apa biasa aja, tuh.”
“Iya itu mama, beda sama gue.”
Galang terkekeh, ia menyeruput tehnya lalu ia mengeluarkan sebuah box yang cukup besar.
Agil melongo, melihat apa yang baru saja dikeluarkan oleh Galang, “Mas?”
“Ini, mas beliin buat Agil. Mas ngga lupa kok sama Agil.”
Mata Agil berbinar, ia tidak menyangka bahwa Galang akan membelikannya sebuah Ps4 yang sedari lama ia inginkan.
“Mas? Ini serius?” tanya Agil tak percaya
“Iya serius, lah. Itu buktinya ada di depan lo, kan?”
Agil benar-benar tidak menyangka kali ini, keinginannya benar-benar dituruti oleh Galang.
Galang tersenyum, “Mas harap kalian bertiga seneng ya sama apa yang mas kasih, mas ngerasa kerja keras mas ngga sia-sia kalo kalian seneng.”
Agil, Ajeng, dan Bella tersenyum bahagia.
“Iya, mas. Makasih banyak ya?”
Galang lagi lagi mengeluarkan senyum khasnya. Ia sangat senang bisa berkumpul dengan keluarganya saat ini, ya walaupun tanpa bapak. Tapi baginya, setiap momen di hari perayaan ulang tahun ini tidak akan bisa terlupakan.
“Ma,” panggil Galang
Agil, Ajeng, dan Bella menoleh saat Galang memanggil Ola.
“Iya, mas. Kenapa?”
Galang menghela napas, “Galang ngga bawain mama apa-apa, Galang sengaja. Galang udah rencanain buat ajak mama pergi, jalan-jalan. Mama mau?”
Ola terdiam sejenak.
“Kita ngga diajak, mas?” tanya Adik-adiknya
Galang menggeleng, “Engga. Kalian kan udah mas kasih kemauan kalian, mama belum mas kasih apa-apa. Tapi, mas udah ngatur semuanya kok, mas bakal ajak kalian satu-satu pergi jalan-jalan. Tapi nanti, itu juga kalo mas udah dapet rezeki yang banyak ya….”
Mereka semua mengangguk paham.
“Ma, gimana? Mau?” tanya Galang sekali lagi
Ola tersenyum, lalu ia mengangguk, “Mau, mas.”
“Yaudah. Nanti kalo udah waktunya, Galang kabarin mama, ya?”
Ola mengangguk dan tersenyum kembali.
Malam ini, keluarga pak Danendra berhasil berkumpul bersama lagi. Mereka saling menukar rasa rindu yang terpendam cukup lama. Walaupun sudah tengah malam, mereka masih saja berbincang bincang dan bercerita tentang hal-hal yang lucu. Betapa bahagianya keluarga ini, lebih bahagia lagi jika anggota keluarga ini lengkap seperti sedia kala.
Agil tersenyum getir, ia tersadar melihat Bella yang tiba-tiba saja menangis.
“Bella, kenapa?” tanya Ajeng
Bella menangis sesegukan, “Mas G-galang, Mas Galang pulang….”
Ajeng juga tak kuasa menahan tangisnya, ia langsung membawa Bella ke dekapannya, “Iya, bell. Mas Galang pulang…. jangan nangis, mas Galang kan ada di sini sama kita.”
Perasaan Agil sangat campur aduk sekarang, antara senang dan sedih bercampur menjadi satu.
Mas, makasih udah nyempetin pulang ya? /batin Agil
“Mas, selamat ulang tahun.”