Meet you again.

Dierrel berdecak kesal di dalam mobil saat melihat ada beberapa paparazzi yang sedang menunggu kedatangannya di sekitar agensi.

“Ini jadwal bocor apa gimana? Banyak banget Paparazzinya,” ucap Dierrel kesal

“I don’t know,” ucap Sam sambil melihat beberapa jadwal Dierrel di iPadnya

Dierrel menghela napasnya secara kasar, lalu ia mengecek handphonenya. Ternyata, ada beberapa pesan masuk yang cukup banyak dari Klea. Ia tak membuka pesannya dari tadi malam, karena Klea secara terus-terusan mengirimkan pesan ke Dierrel.

Mobil yang membawa Dierrel ke Agensi kini telah berhenti di sebuah parkiran yang terletak tak jauh dari Agensi.

Dierrel menatap Sam yang kini menatapnya, “What?”

“Ayo turun.”

Dierrel melihat sudah ada beberapa Bodyguardnya di luar, dan tentu saja Sam yang kini menatapnya lewat jendela mobil.

Tok! Tok! Tok! “Come on!”

Lagi-lagi Dierrel berdecak kesal, lalu ia langsung turun dari mobilnya saat itu juga.

“Omg! Dierrel!”

Cekrek! Cekrek! Cekrek!

“How are you, Dierrel?”

Cekrek! Cekrek! Cekrek!

“Omg, you’re very handsome.”

Cekrek! Cekrek! Cekrek!

“DIERREL I LOVE YOU SO MUCH.”

Dierrel menghela napas leganya setelah berhasil masuk ke Agensi, ia membalikkan tubuhnya menatap beberapa Paparazzi di luar sana. Gila, kali ini benar-benar sangat banyak Paparazzinya, sampai-sampai Dierrel pusing dengan flash kamera yang tak berhenti mengambil gambarnya.

Di sisi lain, Klea terduduk sambil menggerakkan kakinya. Napas Klea tak teratur, dadanya juga berdebar sedari tadi. Sebentar lagi, ia akan bertemu dengan seseorang yang sangat mirip dengan masa lalunya.

Pintu ruangan terbuka, menampilkan lelaki yang tubuhnya cukup tinggi dengan memakai sebuah pakaian yang cukup simple. Dan, di belakang lelaki itu ada seseorang yang sangat Klea tunggu kehadirannya sedari tadi.

Klea bangkit dari posisi duduknya, ia menatap lelaki itu, Dierrel.

“Good morning,” ucap Sam

“Morning,” ucap Cantika sambil tersenyum

“Sorry, nunggu lama ya? Di bawah Paparazzinya banyak banget,” ucap Sam

“It’s okay. Iya kan, Klea?” tanya Cantika menatap Klea yang kini matanya tak berhenti menatap Dierrel di depan sana

Klea meneteskan air matanya, ia benar-benar tidak percaya melihat seseorang yang kini berada di hadapannya.

Dierrel pun juga sedari tadi menatap Klea, lalu ia langsung duduk begitu saja di Sofa ruangan ini.

“Klea, this is not the time. Let's talk about the schedule first, ya? Nanti aku bakal kasih kamu waktu buat ngobrol sama Dierrel,” bisik Cantika

Kini, hanya ada mereka berempat di ruangan ini untuk membicarakan jadwal kerja Dierrel dan Klea.

“So, kita mau bahas dari mana dulu?” tanya Sam

“To the point,” ucap Dierrel dengan cepat

Sam menghela napasnya, lalu ia menatap lawan bicaranya, “Oke.... Klea, lo dapet jadwal pemotretan sama Dierrel buat beberapa bulan ke depan. Setelah data diri lo masuk ke Agensi ini, banyak brand-brand yang nawarin lo untuk kerjasama dengan mereka. Iya itu, tugas lo mempromosikan. Mereka pada tertarik sama lo. Begitu pun Dierrel, banyak yang mau lo kerjasama sama Dierrel. Udah sih gitu doang, di gue sama Cantika udah ada beberapa jadwalnya. Lo berdua tinggal siap-siap aja. Dan ya, di setiap jadwal lo berdua bakal ketemu. Karena lo berdua partner kali ini.”

Cantika mengangguk, “Iya, jadwal pemotretan kalian ngga cuma di London. Pokoknya banyak.”

Dierrel mengangguk paham, lalu ia menatap Klea yang sedari tadi tak berhenti menatapnya lagi.

“Oke, you two should sign the contract right now,” ucap Sam sambil memberi dua lembar kertas yang berisi perjanjian kerja di sana

Tanpa banyak berpikir, saat itu juga Dierrel langsung menandatanganinya.

Klea terdiam, ia tak tahu apa yang harus ia lakukan.

“Klea, ayo tanda tangan,” jeda Cantika

Klea menatap Cantika dengan tatapan yang tak bisa diartikan. Klea bingung, dan ia ragu apakah ia bisa bekerja sama dengan seseorang yang sangat mirip dengan Agil ini?

Cantika membisikkan sesuatu kepada Klea, “Kalo kamu mau ngebuktiin semuanya, tanda tangan aja. Nanti kamu bakal punya banyak waktu sama Dierrel, dan itu kesempatan kamu buat cari tau yang sebenernya.”

Klea mengerjapkan matanya berulang kali, ia kembali menatap Dierrel. Dan tak lama pun, Klea telah berhasil menandatangani surat kontrak tersebut.

Cantika menghela napas leganya, “It’sss doneee. Oke, aku bakal kasih kalian berdua waktu dulu. Kalian gunain kesempatan kalian ini untuk berkenalan, ya?”

Detik itu juga, Cantika dan Sam langsung pergi meninggalkan Dierrel dan Klea berdua di dalam ruangan ini.

Dierrel membenarkan posisinya duduknya, lalu ia menatap Klea, “I’m Dierrel, Dierrel Kamaiel. Saya udah tinggal di London bertahun-tahun lamanya. Saya tinggal di London sendiri, tapi saya masih punya nenek. My grandmother lives in Edinburgh,” jedanya

Dierrel sedikit memajukan tubuhnya agar lebih mendekat ke arah Klea, “And ya, I don't know you at all. And I'm not your husband.”

Air mata yang sedari tadi Klea tahan akhirnya turun di pipinya, ia merasakan dadanya sangat sesak sekali melihat seseorang yang ia cintai seperti ini sekarang. Klea masih saja percaya, bahwa sebenarnya Dierrel adalah Agil.

Klea menghapus air matanya, lalu ia mengambil handphonenya dan memberitahu Dierrel beberapa foto dirinya dengan Agil dulu.

Dierrel benar-benar sangat terkejut setelah Klea memberitahu foto-fotonya dengan Agil dulu. Dierrel terheran-heran, mengapa wajahnya sangat mirip sekali dengan lelaki di foto ini.

“Mas bohongin Lea, kan?”

Dierrel langsung menatap Klea yang menangis saat itu juga.

“Mas kenapa kayak gini, mas? Kenapa mas ngga mau ngaku? Mas marah sama Lea? Mas kecewa sama Lea? Mas benci sama Lea?” ucap Klea sambil menghampiri Dierrel secara perlahan

Bruk! Dierrel terkejut melihat Klea yang kini berlutut di hadapannya.

Klea menangis, menangis mengeluarkan rasa sesak yang selama ini ia pendam.

“Mas.... Mas kenapa kayak gini, mas? Mas ngga inget sama Lea? Mas lupain Lea? Mas.... delapan belas tahun mas ninggalin Lea sendirian.... Lea besarin anak-anak sendirian.... Lea selalu dapet fitnahan dari orang-orang.... Lea ngejalanin semuanya sendirian, tanpa Mas Agil, delapan belas tahun lamanya. Sekarang, sekarang kita ketemu lagi.... ketemu di tempat yang pengen kita kunjungi dulu.... Tapi kenapa? Kenapa Mas berubah kayak gini, mas....” ucap Klea sambil menangis sejadi-jadinya di bawah sana

Tanpa sadar, air mata Dierrel berhasil menetes begitu saja.

“Dari kemarin, dari kemarin Lea selalu mikirin apa bener Mas Agil masih hidup? Lea sekarang percaya Mas, kalo Mas Agil masih hidup.... sekarang Mas ada di depan Lea....” ucap Klea menatap Dierrel dengan mata sembabnya

Dierrel mengusap wajahnya dengan gusar, ia benar-benar tidak tahu apa yang harus ia lakukan sekarang. Tapi, semakin lama Dierrel semakin merasa terganggu. Akhirnya ia bangkit dari duduknya.

“Please, stop it.”

Klea mendongak, menatap Dierrel yang kini berdiri di hadapannya.

“I’m not your husband, Akleea Ayu Adine.”

Klea menggeleng lemah, lalu ia juga ikut bangkit dari posisinya. Klea menatap lekat manik mata Dierrel, “You lie.”

Dierrel berdecak kesal, lalu ia mengeluarkan sesuatu dari dalam dompetnya, “You see this? Masih mau bilang kalo saya itu suami kamu? Liat ini dengan jelas. Saya, Dierrel Kamaiel. Born in London, England, United Kingdom,” ucap Dierrel sambil menunjukkan kartu tanda pengenalnya

“Masih ngga percaya? Ayo sekarang juga kita ke Edinburgh. Kamu tanya semuanya tentang saya ke nenek saya.”

Klea terdiam, tak membalas ucapan Dierrel.

“Kenapa diem?! Ayo!” bentak Dierrel sambil menarik paksa tangan Klea

Klea tersentak dengan perlakuan lelaki ini, ia meneteskan air matanya, “Sakit....” rintih Klea

Dierrel terdiam sejenak, lalu ia melepaskan tangan Klea secara kasar. Dierrel memajukan sedikit tubuhnya, “Sekali lagi saya bilang, saya itu ngga kenal sama kamu sama sekali. And I’m, not, your, husband. Oke?” ucapnya penuh penekanan, dan setelah itu Dierrel langsung melenggang pergi meninggalkan Klea sendirian

Klea meneteskan kembali air matanya, ia benar-benar tidak menyangka bahwa lelaki tadi berperilaku seperti ini kepadanya.

“Dia bukan Mas Agil....”