Memulai Kembali
“Ke pantai, mas?” tanya Klea
Agil mengangguk, lalu ia memarkirkan motornya di depan sebuah supermarket.
“Mau beli makanan dulu?” tanya Agil
“Boleh, deh.”
Setelah membeli beberapa cemilan di supermarket, mereka berdua langsung menuju tempat yang Agil tuju.
Agil memberhentikan langkahnya, ia menatap Klea sebentar.
“Kenapa, mas?” tanya Klea
Agil tersenyum lalu menggeleng, ia merangkul pundak dan mencium pucuk kepala Klea.
Kini mereka berdua berjalan diatas bulir-bulir pasir di Pantai ini. Keadaannya sangat sepi, tidak ada orang sama sekali. Deru ombak yang begitu menenangkan membuat Agil dan Klea selalu tertuju pada Pantai tersebut.
“Ini mau kemana, mas? Dari tadi jalan terus ngga nyampe nyampe.”
Agil menoleh, ia masih menggenggam tangan Klea, “Kamu capek?”
Jujur, Klea sangat lelah karena perjalanannya cukup jauh dari rumahnya sampai ke Pantai ini. Klea tidak tahu mengapa Agil membawanya kesini.
“Capek mas, Lea pegel.”
Agil menghentikan langkahnya, lalu ia sedikit membungkuk di hadapan Klea.
Klea mengernyit, “Ngapain?”
“Naik, mas gendong.”
“Gausah,” ucap Klea menepuk punggung Agil
“Naik.”
“Nanti mas kecapekan lagi, tadi kan mas bawa motor,” ucap Klea khawatir
“Engga, ayo cepet naik.”
Tak mau menolak permintaan Agil, Klea langsung naik ke punggung Agil. Agil langsung membopong Klea dan langsung melangkahkan kakinya kembali.
“Berat ya?” tanya Klea
Agil mengangguk, “Iya, berat banget.”
“Udah deh, turunin Lea!!” ucap Klea menepuk-nepuk pundak Agil
Agil terkekeh, “Bercanda.”
Setelah melangkahkan kakinya sambil membopong Klea sekitar 7 menit, Agil langsung menuruni tubuh Klea ketika sudah sampai di sebuah pinggiran pantai yang disana terdapat banyak bebatuan besar.
Agil menggenggam tangan Klea, lalu ia mengajaknya ke sebuah bebatuan besar itu untuk duduk disana.
Betapa kagetnya Klea melihat sebuah tulisan-tulisan yang berada di salah satu bebatuan tersebut.
“Mas. Agil dateng, Agil dateng sama adik ipar Mas,” ucap Agil yang ternyata sudah duduk di bebatuan tersebut
Hati Klea mencelos, ia mengerjapkan matanya berulang kali.
“Duduk, dek. Gabakal jatoh, tenang aja.”
Klea langsung menuruti perkataan Agil, ia duduk di samping Agil.
Agil menoleh kearah Klea yang sekarang duduk di sampingnya, ia menatap istrinya yang sangat cantik ketika rambutnya beterbangan karena tertiup angin.
“Mas, kita ngapain disini?”
“Ketemu Mas Galang, sama Mama.”
Hati Klea berdesir, ia menoleh ke Agil dan tersenyum getir.
Agil menghela napasnya, “Setiap Mas kacau, pasti Mas kesini temuin Mas Galang. Mas ngobrol sama dia, dan setelahnya pasti Mas bakal tenang karena Mas udah curhat ke Mas Galang.”
Klea terdiam, ia menatap bebatuan yang sekarang tepat berada di bawah kakinya.
Agil terkekeh, “Jangan dibaca, Mas malu.”
Klea berhasil meneteskan air matanya, ia langsung merangkul Agil begitu saja.
“Jangan nangis, Lea,” ucap Agil yang masih menatap deru ombak di depan sana
“Mas, maafin Lea mas. Lea waktu itu ngga ada buat mas, bahkan Lea ngga sadar kalo Mas selama ini—“
“Ssstt, udah gausah di bahas lagi. Sekarang mas cuma mau kasih tau aja dek, mas mau kasih tau mimpi mas waktu itu,” ucap Agil menatap manik mata Klea
Klea menatap sendu Agil, lalu ia menyenderkan kepalanya di pundak Agil sambil menggenggam erat tangannya.
“Dek, kalo Mas lanjut sekolah penerbangan gimana?”
Klea terdiam. Walaupun rasanya cukup berat tapi ini demi kebahagiaan Agil, demi masa depannya, demi cita-citanya yang kala itu sempat gugur begitu saja.
Klea tersenyum, ia mengusap secara perlahan tangan Agil, “Gapapa, mas. Mas harus kejar cita-cita Mas, Mas harus bikin bangga Mama sama Mas Galang. Dan tentunya sekarang juga ada bapak, Mas juga harus bikin bangga bapak. Mas, apapun yang mas lakuin kalo itu buat mas seneng, Lea bakal dukung mas.”
“1 tahun, Lea. Sekolah penerbangan 1 tahun, dan kita ngga bisa ketemu selama itu.”
Klea meneteskan air matanya, lalu ia menatap manik mata coklat Agil yang terkena pancaran cahaya matahari sore.
Klea mengusap rambut Agil, “Gapapa, kita kan masih bisa telpon sama video call kalo kangen.”
“Tapi kan kamu tau Mas ngga bisa tidur kalo ngga meluk kamu.”
“Iya dipaksa, dong. Nanti Lea temenin tidurnya di video call,” ucap Klea
Agil mendengus perlahan, lalu ia kembali menatap matahari sore yang sedikit lagi akan terbenam.
“Mas Galang bener bener dateng ke mimpi mas, Mas masih inget banget kalo dia ngomong suruh terima tawaran bapak. Mas Galang ganteng banget, dek. Putih, bersih, wangi, bercahaya,” jedanya
Agil menunduk, ia tak kuasa menahan tangisnya, “Mas, Agil kangen banget….”
Klea mengusap-usap punggung Agil untuk menenangkan dirinya.
“Udah, pasti Mas Galang juga kangen sama Mas Agil. Dan pastinya Mama juga kangen. Sekarang Mas ngga usah mikir apa-apa lagi, Mas terima aja tawaran Bapak. Bapak juga udah bayar mas, sayang duitnya kalo ditolak gitu aja.”
Agil menatap Klea, “Kamu yakin mau mas tinggal sekolah penerbangan 1 tahun?”
“Yakin, kalo mas pulang lagi,” ucap Klea di akhiri dengan kekehan
Agil terkekeh, lalu ia merangkul pundak Klea, “Iya Mas pulang lagi, lah. Tapi, abis itu Mas langsung nugas.”
Klea tersenyum, “Pasti Mas ganteng banget deh nanti kalo pake seragam Pilot, Lea ngga sabar liatnya.”
“Lea,” panggil Agil
“Hm,” ucapnya mendongak menatap Agil
Cup! Agil mengecup bibir Klea.
“Makasih, ya? Makasih udah ngertiin Mas, makasih udah selalu support Mas,” ucap Agil setelah itu ia langsung mencium-ciumi pucuk kepala Klea
“Iya mas, kan harus gitu. Kita harus saling ngertiin satu sama lain, harus saling support satu sama lain.”
Mereka sama sama terdiam menikmati pemandangan yang kini berada di depannya, angin dan deru ombak yang cukup kencang membuat mereka tidak mau pulang karena mereka berdua sangat menikmatinya.
“Mas janji, nanti Mas ajak kamu jalan-jalan kemana aja. Tapi nanti beda, bukan sama Timothee lagi. Tapi langsung sama pesawat, nanti mas yang nyetir.”
Klea terkekeh, “Bener, ya? Janji, ya? Lea mau banget ke London, nanti ajak Lea kesana ya?”
Agil mengecup dahi Klea, “Iya sayang, Mas janji. Doain aja, ya?”
Klea tersenyum lalu mengangguk.
“Katanya mau ucapin Mas Galang selamat ulang tahun? Coba ucapin sekarang.”
Klea menepuk jidatnya, “Oh iya, lupa.”
Klea membenarkan posisinya. Ia menatap keatas langit, lalu ia tersenyum manis, “Mas Galang, yang sekarang udah jadi kakak iparnya Lea. Happy late birthday, ya?”
Agil tersenyum, lalu ia langsung merangkul Klea begitu saja.
Sore hari ini, mereka berdua duduk di bebatuan saling merangkul satu sama lain. Dan tentunya ditemani oleh deru ombak, dan senja— untuk kedua kalinya. Tenang, nyaman, itu yang dirasakan Agil dulu ketika ia sendirian berada disini sambil mengobrol dengan Galang yang entah wujudnya tidak ada sama sekali.
Agil, ini sudah saatnya kamu bahagia. Sudah saatnya kamu mengejar apa yang kamu kejar. Untuk kalian semua jika ada sesuatu yang pernah gagal dulu, ayo bangkit lagi. Bangkit untuk memulai lagi, memulai hidup baru, mencari kebahagiaan. Sampai akhirnya nanti kalian tersadar akan keberhasilan kalian di masa depan.