papah agil?

Dierrel menghentikan langkahnya di depan sebuah ruangan rumah sakit ini, ruangan yang tadi diberitahu oleh Kenny bahwa ruangan ini adalah tempat Klea dirawat. Entah mengapa, Dierrel sangat takut untuk memasuki ruangan tersebut. Tapi pada akhirnya, ia memberanikan dirinya untuk segera masuk ke ruangan tersebut.

Dierrel meraih knop pintu itu, tapi tak lama pintu tersebut langsung terbuka dengan cepat dan menampilkan Kenny di sana yang keluar dari ruangan tersebut saat itu juga. Bukan hanya Kenny yang keluar, tetapi di belakangnya ada Adam dan Alea.

“Eh, lo udah dateng. Kok ngga bilang-bilang, sih?” ucap Kenny

Adam dan Alea sangat terkejut saat melihat siapa orang yang berada di hadapan mereka berdua sekarang. Jantung mereka sangat berdebar, mereka benar-benar tak percaya dengan apa yang mereka lihat saat ini.

“P-papah?” ucap Alea terbata-bata

Dierrel menunduk, ia menghela napasnya lalu kembali menatap Adam dan Alea yang terpaku di sana.

“Hi? Saya…. Dierrel. Dierrel Kamaiel. Saya rekan kerja mamah kalian,” ucap Dierrel menatap Adam dan Alea secara bergantian

Alea melangkahkan kakinya secara perlahan ke arah Dierrel. Ia menatap Dierrel secara rinci, dari atas sampai bawah. Lalu, ia menatap wajah Dierrel dengan sangat lekat.

Setetes air mata berhasil turun di pipi Alea. “Papah? Papah Agil....?”

“Em.... Ale.... D-dia bukan papah kamu, dia Dierrel. Iya memang wajahnya mirip sama papah kamu, tapi dia bukan papah kamu....” ucap Kenny sambil memegang pundak Alea

Alea mengacuhkan ucapan Kenny, yang ia lakukan sekarang hanyalah menatap Dierrel yang benar-benar sangat mirip dengan Agil.

“Ini Ale ngga mimpi, kan? Papah Agil? Papah, masih, hidup....?” ucap Alea yang matanya tak berhenti menatap Dierrel

Dierrel terdiam.

“Pah.... mamah sakit.... mamah tadi pingsan.... ini semua pasti gara-gara Ale. Maafin Ale ya, pah? Papah marah ya sama Ale? Pasti papah marah banget kan sama Ale? Pah.... kenapa diem aja?” ucap Alea dengan mata yang berkaca-kaca sambil menggerakkan lengan Dierrel

Adam menarik tangan Alea agar menjauh dari Dierrel. “Mas.... papah, mas.... papah masih hidup....” ucap Alea menatap Adam

Adam menggeleng, “Dia bukan papah, Ale....”

Bugh! Secara tiba-tiba Alea memukul dada Adam, “Lo gila, ya? Jelas-jelas ini papah....” ucap Alea sambil memegang lengan Dierrel

Adam menghela napasnya, lalu ia menggeleng lemah.

“Pah.... ini kenapa diem aja, sih?” ucap Alea frustasi

“Ale tenang, ya? Kamu tenang dulu.... Lelaki ini bukan papah kamu. Dia temen tante, dia Dierrel....” ucap Kenny memegang kedua pundak Alea

Alea langsung menepis tangan Kenny saat itu juga, lalu ia berdiri di samping Dierrel sambil memegang lengannya, “Ngga, tante. Ini papah Ale, ini papah Agil....”

Alea menatap Dierrel kembali, lalu ia langsung mendekapnya dan menangis di dekapan Dierrel saat itu juga.

“Papah.... Ale kangen banget sama papah.... Ini papah, kan? Ini papah Agil, kan?” ucap Alea disela-sela tangisannya

Dierrel terdiam sejenak, lalu ia langsung mendorong tubuh Alea secara perlahan agar Alea melepaskan pelukannya.

Dierrel menghela napasnya. Lalu ia menatap Alea, Kenny, dan Adam secara bergantian.

“Saya harus pergi, saya lupa ada kerjaan,” ucapnya setelah itu Dierrel membalikkan tubuhnya dan langsung melenggang pergi saat itu juga

“PAPAH!” teriak Alea sambil berlari mengejar Dierrel, tapi dengan cepat Adam berhasil mencegatnya.

Alea memberontak saat Adam memegang tangannya dengan sangat erat, “APAAN SIH, LEPASIN NGGAK?!”

“Dia bukan papah, Ale!”

Bugh! Bugh! Alea memukul dada Adam berkali-kali, “LO BUTA APA GIMANA SI, ANJING! LO LIAT MAS, TADI ITU PAPAH!” teriak Alea

“Lo jaga ucapan lo!”

Alea mendorong tubuh Adam cukup kencang, lalu ia meremas erat rambutnya dan mengusap wajahnya. “Itu papah, mas.... itu papah Agil....” ucap Alea yang kembali menangis

Bruk! Alea menjatuhkan tubuhnya di lantai rumah sakit, ia menangis sejadi-jadinya. “Papah marah ya sama gue makanya dia ngga mau ngaku....”

Kenny meneteskan air matanya saat melihat Alea menangis di bawah sana.

Adam menghela napasnya secara perlahan, ia tidak sadar bahwa dirinya meneteskan air matanya sedari tadi. Adam langsung berjongkok menyamakan posisi tubuhnya dengan tubuh Adiknya, ia mengelus secara perlahan rambut adiknya. Ia benar-benar tidak tahan saat melihat adiknya menangis seperti ini, lalu ia langsung membawa adiknya ke dalam dekapannya saat itu juga.

“Dia bukan papah, Ale....”

Alea menangis sesegukan. “Dia papah, mas.... Papah Agil....”