Pergi

Klea melangkahkan kakinya menuju rumah Agil— rumah yang sekarang milik Klea juga. Ia membuka pintu rumahnya, disana ia melihat Bella yang sedang memainkan iPadnya.

“Assalamualaikum,” ucap Klea

“Waalaikumsalam. Mba lama banget ke rumah, katanya ambil makanan Cillo,” jedanya

“Eh bentar, mba nangis?” tanya Bella yang melihat mata Klea sembab

Klea memalingkan wajahnya kearah lain, “Ngga, mba ngga nangis.”

Bella menyipitkan matanya, lalu ia terkekeh, “Di tungguin Mas Agil dari tadi tuh di kamar, sana gih mba ke kamar.”

Klea tersenyum singkat, lalu ia melangkahkan kakinya menuju kamarnya.

Ceklek! Klea membuka pintu kamarnya, ia melihat disana Agil terduduk diatas kasur sambil menatap kearahnya sekarang.

“Dek, dari mana aja?” tanya Agil menghampiri Klea lalu mengecup dahinya

Agil menutup pintu kamarnya, lalu ia menuntun Klea kearah kasur dan duduk di atas sana.

“Udah mau berangkat, ya?” tanya Klea

Agil mengelus rambut Klea, “Iya, sayang.”

Klea tersenyum getir, ia menghela napas beratnya.

Agil menghela napasnya, “Jangan bikin mas sedih juga, Lea. Katanya gapapa, tapi kamu akhir akhir ini murung terus. Nanti mas disana ngga bakal tenang kalo kamu kayak gini.”

Klea menahan tangisnya mati-matian, ia mengambil tangan Agil lalu ia menggenggamnya.

Mereka berdua sama-sama terdiam, sampai akhirnya Klea sudah tak kuasa menahan tangisnya dan langsung memeluk Agil begitu saja.

Klea menangis, menangis dalam dekapan Agil.

“Dek, jangan kayak gini dong. Mas ngga bisa denger kamu nangis kayak gini,” ucap Agil

“K-kabarin Lea ya nanti? Kabarin Lea terus pokoknya. Kalo ada apa-apa juga bilang, kalo kangen langsung bilang,” ucap Klea sesegukan melepas pelukannya dan menatap Agil

Cup! Cup! Cup! Cup! Agil mengecup dahi, kedua pipi, dan bibir Klea secara berurutan.

“Iya, dek, pasti. Tapi mas juga ngga bisa janji kalo bakal kabarin kamu terus terusan, pasti sibuk banget dek.”

Klea kembali menangis, ia memeluk Agil lagi.

Agil mengelus punggung Klea. Jujur, ia juga merasa sangat berat meninggalkan Lea dengan kurun waktu 1 tahun lamanya. Tapi ini demi masa depan Agil sendiri, demi bahagiain Lea nanti.

Agil melepaskan pelukannya, lalu ia mengambil sesuatu yang ia taruh di bawah kasur.

“Nih,” ucap Agil menyodorkan sebuah bouquet yang berisikan beberapa tangkai bunga mawar dan bunga putih kecil

Klea menghapus air matanya, lalu ia mengambil bouquet tersebut.

“Udah jangan nangis lagi,” jeda Agil

Agil meraih tangan Klea, “Nih, masih kamu pake kan cincin dari mas, ini mas juga masih pake cincinnya. Kalo kangen, tinggal liat cincinnya aja.”

“Cincinnya ngga bisa dipeluk,” ucap Klea menangis kembali

“Astaga....” ucap Agil sambil terkekeh lalu ia kembali memeluk Klea lagi

“Jangan gemesin gini, dek. Yaampun....”

Tok! Tok! Tok! “Mas, udah di tungguin Bapak di bawah,” ucap Bella dari luar sana

Agil dan Klea saling melepaskan pelukannya, “Iya sebentar nanti mas langsung ke bawah,” teriak Agil

Klea berdiri dari posisinya, lalu ia menaruh bouquet yang ia genggam di kasur. Agil juga ikut berdiri dari posisinya, ia menghadap Klea sekarang.

Klea tersenyum, ia merapihkan baju Agil dan membenarkan topi Agil yang sedikit miring.

“Udah, udah ganteng.”

Agil mendengus pelan, lalu ia menarik pinggang Klea dan langsung memeluknya begitu saja.

“Udah mau berangkat, mas....” ucap Klea

“Sebentar.”

Klea membalas pelukan Agil, ia meneteskan air matanya.

Setelah berpelukan cukup lama, Agil dan Klea langsung menuju ke bawah. Mereka berdua melangkahkan kakinya ke luar rumah, ternyata di luar sudah ada Bapak, Ajeng, Bella, Tiff, dan Agam.

“Udah, mas?” tanya Bapak

Agil mengangguk.

“Yaudah pamit dulu,” ucap Bapak

Agil langsung berpamitan satu persatu. Mulai dari Tiff, Ajeng, Agam, dan Bella. Terakhir, Agil kembali menatap sang istri yang akan ia tinggalkan.

“Jaga kesehatan, ya? Jangan telat makan. Kalo mau apa-apa izin sama mas, kalo mas ngga bisa dihubungin izin Bapak atau ngga Mba Ajeng,” jeda Agil

Cup! Agil mengecup dahi Klea, “Mas sayang sama kamu, dek.”

Klea meneteskan air matanya. Ia menyalimi tangan Agil, lalu ia memeluk Agil kembali.

“Semangat, ya? Lea disini nungguin Mas sampe Mas udah jadi Pilot nanti. Mas pulang, Lea udah wisuda.”

Agil terkekeh, lalu ia melepaskan pelukannya, “Iya, makasih ya? Kamu juga semangat kuliahnya, jangan males-malesan.”

Klea mengangguk dan tersenyum getir.

Meong! Meong!

Klea dan Agil menoleh ke bawah, ternyata itu Cillo yang mengusel-usel kaki Agil.

Agil tersenyum, ia membopong Cillo, “Cillo, papah pergi sekolah dulu ya? Jagain ini mamahnya, jangan sampe nangis mulu. Pokoknya jagain ya, jagain istri aku. Kalo ada yang nakalin istri aku kamu cakar aja, oke?”

Meongg!

Agil dan Klea terkekeh.

“Udah yuk, mas,” ucap Bapak

Agil menghela napasnya, lalu ia kembali mencium Dahi Klea. Tapi, kali ini ia menciumnya cukup lama, “Mas berangkat, ya? Mas sayang kamu, dadahhhhh.”