Pulang
Malam ini, pukul 1.30 malam Agil menuju kerumahnya untuk pulang. Iya, tepat pada hari ini Agil telah lulus dari sekolah penerbangannya setelah 1 tahun lamanya.
Agil tersenyum, ia menatap jalanan yang sepi dari kaca mobil yang melaju dengan kecepatan sedang.
Ma, Mas, Agil berhasil.... /batin Agil
Agil tersadar, ia mendengar bahwa handphonenya berdering. Ternyata itu Ajeng.
“Halo,”
“Iya mba, kenapa?” tanya Agil
“Klea panas gil badannya, dia juga lemes. Barusan gue kompres, lo kapan pulang?”
“Gue lagi dijalan kok, tapi lo jangan bilang bilang dia kalo gue pulang sekarang,” ucap Agil
“Iya.”
Kini, Agil telah sampai di rumahnya. Setelah bertukar rindu dengan Bapak, Ajeng, dan Bella, Agil langsung menuju kamarnya.
Ceklek! Agil membuka pintu kamarnya. Ia rindu kamar ini, sangat rindu. Terutama pada seseorang perempuan cantik yang sekarang tengah berbaring di kasur menghadap jendela sana.
Agil menaruh sesuatu di rak meja samping tempat tidurnya. Agil menaiki kasur dan melihat wajah perempuan yang sangat ia rindui. Agil mengecup pipinya secara perlahan, dan ia juga mengelus rambutnya.
Klea yang merasa bahwa ada yang mengelus-elus rambutnya ia langsung membuka matanya. Ia sangat kaget melihat wajah Agil yang tepat berada diatas wajahnya.
Agil tersenyum, “Assalamualaikum, dek.”
Klea terdiam, ia mengerjapkan matanya berulang kali untuk memastikan siapa yang ia lihat sekarang.
Cup! Agil mengecup bibir Klea, “Ini mas, dek. Mas udah pulang.”
Klea tersenyum singkat, lalu ia langsung memeluk Agil begitu saja, “Waalaikumsalam, mas.”
Klea memeluk Agil dalam posisi tiduran, mereka berdua saling menukar rindu satu sama lain.
Agil melepaskan pelukannya. Ia menatap lekat istrinya dan mengelus kembali rambutnya secara perlahan. Sesekali Agil juga membenarkan kompresan yang berada di dahi Klea.
“Kamu kenapa? Sakit?” tanya Agil dengan nada yang sangat lembut
Klea tersenyum sekilas, lalu ia membenarkan posisinya menjadi duduk.
“Ke dokter ya besok, atau mau sekarang? Mas anterin, dek,” ucap Agil menatap Klea dengan tatapan khawatir
Klea menggeleng lemah, “Ngga, paling besok udah sehat.”
“Kalo besok masih aja ngga enak badannya, kita ke dokter,” ucap Agil
Klea mengangguk.
Klea melihat Agil mengambil sesuatu disana. Seperti biasa, itu adalah sebuah bouquet bunga mawar dan sebuah kotak kecil yang entah isinya apa.
Agil tersenyum manis lalu ia membuka sebuah kotak kecil terlebih dahulu. Klea kaget melihat isi kotak kecil tersebut. Iya, isi kotak kecil itu adalah sebuah kalung emas putih dengan liontin yang berinisial huruf L. Tanpa mengeluarkan kata kata apapun, Agil langsung mengalungkan kalung tersebut di leher jenjang Klea.
Setelah selesai memasangkan kalung tersebut, Klea memperhatikan dengan jelas liontin kalung tersebut.
“Lea. L itu Lea, nama kamu,” ucap Agil
Klea menatap Agil dengan tatapan sendu, ia kembali menatap liontin tersebut. Cantik, sangat cantik.
Agil tersenyum, lalu ia memberikan bouquet bunga mawar itu kepada Klea. Agil mengecup dahi klea dan ia mengatakan sesuatu.
“Happy late birthday, and Happy late Anniversary.”
Setetes air mata berhasil jatuh di pipi Klea. Agil ingat, ternyata Agil ingat hari ulang tahunnya dan hari pernikahannya walaupun ia telat mengucapkannya.
“Maaf ya mas telat ngucapinnya, mas sengaja. Mas inget kok, inget banget tentang semua hal yang berhubungan sama kamu, dek.”
Klea sudah tak kuasa menahan tangisnya, ia langsung memeluk Agil. Klea menangis, menangis sejadi jadinya.
“M-mas, makasih....” ucap Klea di sela-sela tangisannya
Agil mengusap kepala Klea, “Sama-sama, sayang.”
Klea melepaskan pelukannya, “Mas jahat banget, Lea udah kode-kodein mas tapi masnya ngga sadar sadar.”
Agil terkekeh, “Kamu tuh kalo ngode ke mas gampang ketebak. Mas tau, mas tau kalo kamu lagi ngode. Cuma ya mas pura-pura gatau aja, biar kamu kesel. Dan sekarang, mas mau kasih surprise aja gitu.”
Bugh! Klea memukul lengan Agil sampai Agil meringis kesakitan, “Ngeselin banget.”
“Lain kali ngga usah kode-kodean, langsung ngomong aja.”
Klea menghapus air matanya, ia masih sangat kesal dengan Agil.
“Gemes banget,” jeda Agil sambil mencubit perlahan pipi Klea, “Mas kangen banget sama kamu, dek,” lanjutnya sambil membawa Klea ke dekapannya
Klea membalas pelukan Agil, “Lea juga kangen banget sama mas. Mas, Lea minta maaf ya waktu itu marah marah atau bahkan cuek sama mas.”
Agil melepaskan pelukannya, “Kapan?”
Klea menunduk, “Yang kata Lea bilang kalo mas gamau pulang karena banyak cewek cantik disana.”
Agil terkekeh, lalu ia tersenyum jahil, “Ohh, itu. Tapi emang angkatan mas banyak sih ceweknya yang mau jadi Pilot, cantik cantik lagi.”
Klea melotot, ia tak menyangka Agil mengucapkan kata-kata itu. Sedetik kemudian, Klea melemparkan bantal dan guling ke lantai.
“Tidur di luar! Lea ngga mau tidur sama mas! Sana!!!” ucap Klea sambil mendorong dorong tubuh Agil
“Lah?” ucap Agil kebingungan
Klea langsung menutup wajahnya, ia menangis.
“Mas Agil jahat banget....” rengek Klea sambil menangis
Agil melongo, ia masih kebingungan mengapa Klea seperti ini.
Lea kenapa sih.... /batin Agil
“Sana! Jangan deket deket Lea!”
Agil tak menuruti perkataan Klea, ia malah mendekat kearah Klea dan langsung memeluknya.
“Mas bercanda doang, dek.”
Klea melepas paksa pelukannya, “Keluar ngga?! Atau Lea yang keluar, nih.”
Agil menghela napasnya lalu ia turun dari kasur dan mengganti pakaiannya dengan kaus biasa dan boxer bewarna hitam.
Beneran mau keluar? /batin Klea
Klea yang melihat Agil disana telah selesai mengganti bajunya langsung menidurkan dirinya kembali di kasur dan membelakangi Agil.
“Mas tidur di luar, nih?” tanya Agil
Klea terdiam, ia tak menjawab pertanyaan Agil. Tapi betapa kagetnya ia tiba-tiba ada sebuah tangan yang melingkar di perutnya. Ternyata itu tangan Agil, Agil sekarang sudah menidurkan dirinya di kasur, di belakang dirinya. Agil memeluk Klea dari belakang karena Klea membelakangi dirinya.
Klea menoleh ke belakang menatap Agil yang sudah memejamkan matanya, “Ngapain, sih?! Kan Lea suruh mas tidur di luar, ngapain malah tidur disini?!”
Agil tak membalas ucapan Klea, ia malah lebih mengeratkan pelukannya.
“Iya, angkatan mas banyak cewek cewek yang mau jadi Pilot, cantik cantik juga. Tapi tetep aja cantikan istri mas. Mas gamau berpaling, dan gaakan pernah mau berpaling dari istri mas yang paling cantik ini.”
Semburat merah muncul di pipi Klea, ia menahan rasa saltingnya mati-matian.
“Salting mah salting aja,” ledek Agil
Klea berdecak, “Apasih.”
Agil sedikit bangun dari posisinya, ia mencium pipi Klea, “Dek, mau ngga?”
Klea menoleh, ia menatap Agil yang sekarang wajahnya tepat berada diatas wajahnya, “Mau apa?”
“Itu.”
“Itu apa?”
Agil mendekatkan wajahnya ke telinga Klea, “Make love,” bisiknya
Klea menahan senyumnya mati-matian, jantungnya berdegup sangat kencang.
“Oh iya lupa, ngga jadi deh,” ucap Agil yang langsung kembali menidurkan dirinya
“Kenapa?” tanya Klea
“Kamu lagi sakit.”
“Ngga, udah sembuh kok.”
“So?”
“Iya.... ayo.”