pulang dan pergi
Klea terduduk di sebuah kursi mobil, menatap pemandangan kota Jakarta yang sudah lama tak ia kunjungi. Akhirnya ia kembali ke tempat ini, tempat di mana semua momen berharga bagi dirinya terkumpul menjadi satu di sini. Di kota Jakarta, tempat kelahirannya.
Klea tersenyum bahagia saat ia sudah memasuki perumahannya, memorinya dulu berputar kembali. Ia menatap sebuah selokan yang tak jauh dari rumahnya yang di mana dulu ia terjatuh di sana, dan yang menolongnya Agil. Ia menatap jalanan perumahannya ini, mengingat dulu bahwa ia pernah menjadi panitia tujuh belas Agustusan bersama Agil.
Klea tersenyum gembira. Agil membawanya pulang ke Indonesia, ia menepati ucapannya.
Klea sudah turun dari mobil yang mengangkut dirinya serta keluarga kecilnya dari bandara sampai ke rumahnya. Ia terdiam sejenak, menatap rumahnya yang sudah lama tak ia kunjungi. Ia melihat ke arah sekeliling, dan manik matanya berhasil menatap rumah Agil yang jaraknya hanya dua langkah dari rumahnya. Ia tersenyum kecil, ia selalu mengingat momennya dulu bersama Agil.
Ceklek! Klea membuka pagar pintu rumahnya dengan sangat pelan. Ia merasakan bahwa situasinya sekarang sangat sepi. Di manakah semua orang?
Klea menghentikan langkahnya sejenak, menatap sebuah ayunan yang dulu menjadi tempat perbincangan Agil dan Klea sambil menyantap nasi goreng lamer di sana. Ah, rasanya Klea sangat rindu dengan momen-momennya bersama Agil dulu.
Klea membuka pintu rumahnya secara perlahan. “Assalamualaikum, Klea pulang....”
1 detik
2 detik
3 detik
Tak ada jawaban.
“Mah? Mamah di mana?” panggil Klea
“Agam? Mamah? Kalian di mana? Ini Klea pulang loh....”
Klea menghela napasnya. Setelah mencari ke penjuru ruangan, tak ada sama sekali keberadaan Tiff dan Agam. Ia melihat ponselnya menunjukkan notifikasi, ternyata itu dari Agil. Agil menyuruhnya untuk pergi ke rumahnya.
Tak membutuhkan waktu yang lama, kini Klea telah sampai di rumah Agil.
“Assalamua— Loh? Leon? Raline? K-kok....” ucap Klea yang sangat terkejut melihat keberadaan Leon, Raline, dan Alex di sana
“Mas nyuruh mereka ke sini,” ucap Agil dengan cepat
Klea mengernyit, ia benar-benar kebingungan sekarang. “Nyuruh ke sini? Maksudnya?”
Agil menghela napasnya secara perlahan, lalu ia menggenggam tangan Klea saat itu juga dan berdiri menghadap Leon dan Raline yang terdiam.
“Gue mau bawa Klea pergi.”
Klea mengernyit, lalu ia menatap Agil yang berada di sampingnya. “Mas?”
“Lo mau bawa Klea ke mana, gil?” tanya Leon
Agil terdiam.
“Bawa anak-anak gue kembali, ajak mereka,” pinta Agil
Klea kembali mengernyit, lagi-lagi ia menatap Agil dengan tatapan yang tak bisa diartikan. “Mas, ini maksudnya apa sih? Btw, tadi Lea ke rumah ngga ada siapa-siapa mas, sepi.... Terus ini juga Bapak, mba Ajeng, sama Bella di mana?” tanya Klea yang melihat sekeliling rumah Agil yang terlihat sepi juga
Agil menoleh, menatap Klea dengan sangat lekat. “Mas mau ajak kamu ke tempat kita ngubur wishlist kita dulu.”
Detik itu juga, mata Klea langsung berbinar. “Serius?!”
“Kamu mau atau ngga?” tanya Agil
Klea mengangguk dengan sangat girang. “Mau banget!”
Agil tersenyum, lalu ia kembali menatap Leon dan Raline yang masih saja terdiam. Setelahnya, ia memanggil kedua anaknya, Adam dan Alea.
“Kenapa pah?” tanya Adam dan Alea serentak
“Kalian maafin kesalahan papah kalian, ya? Papah Leon.... Sekarang kalian harus nurut sama Papah Leon, dan juga tante Raline....” ucap Agil menatap kedua anaknya
“Maksudnya gimana? Papah sama mamah mau ke mana?” tanya Alea
Agil tersenyum tipis, ia mengeratkan genggaman tangannya pada tangan Klea. “Papah mau ajak mamah kalian pergi. Kalian di sini aja, ya? Sama papah Leon, sama tante Raline, sama Alex.”
“Loh papah sama mamah mau pergi masa kita berdua ngga diajak, sih?” ucap Alea
“Belum waktunya....”
“Lo mau bawa Klea ke mana, gil?” tanya Raline
Agil kembali tersenyum, senyumannya benar-benar tak bisa diartikan. “Ke tempat yang jauh. Gue mau wujudin permintaan dia....”
Klea tersenyum menatap Agil.
“Adam, Ale, mau peluk mamah sama papah ngga?” ucap Agil menatap kedua anaknya
Dan tak lama dari itu, Adam dan Alea langsung memeluk Agil dan Klea dengan erat, sangat erat. Mereka saling berpelukan layaknya seperti orang yang ingin berpisah.
“Papah sama mamah mau ke mana?” tanya Adam di sela-sela dekapannya
“Adam sama Ale harus janji ya sama papah mamah? Kalian berdua harus jadi orang yang sukses. Jangan pernah sia-siakan apa yang kalian berdua udah lakukan selama ini,” ucap Agil yang kini melepaskan pelukannya
Agil menatap kedua anaknya dengan sangat lekat. “Adam, Ale, izinin papah buat bawa mamah kalian pergi ya?”
Adam dan Alea saling menatap satu sama lain. “Tapi balik lagi kan, pah?”
Agil tersenyum tipis.
Adam dan Alea tersenyum manis. “Adam sama Ale janji, kita akan banggain papah sama mamah. Kita ngga akan sia-siain perjuangan kita selama ini. Papah sama mamah tenang aja, kita berdua akan menjadi orang sukses.”
Agil dan Klea tersenyum lega.
“Yaudah, kalo gitu papah sama mamah pergi sekarang ya?” ucap Agil
Adam dan Alea mengangguk.
Manik mata Agil, beralih menatap Leon dan Raline. “Jagain anak-anak gue, ya? Tolong bawa mereka kembali, gimana pun caranya....” jeda Agil
Agil menoleh, menatap perempuan cantik yang berada di sampingnya. “Gue sama Klea pamit, Assalamualaikum....”
Leon melihat kepergian Agil dan Klea secara perlahan. Tak membutuhkan waktu yang lama, punggung keduanya pun lenyap begitu saja dari pandangan Leon. Sebenarnya, apa yang sedang terjadi sekarang?