Salah Paham

Setelah berdebat cukup lama, Klea kembali mendudukkan dirinya di samping Agil. Agil merangkul pundak Klea, ia tersenyum manis ke arahnya.

Klea menatap Agil yang cengengesan sendiri, “Ngapain, sih? Kayak orang gila.”

“Mas gila kan karena kamu,” ucap Agil sambil mengecup pipi Klea

“Hm, hm yaampun lo berdua ngga dimana mana bucin terus,” ucap Ajeng yang baru saja datang dan langsung duduk di sofa

“Iya biasalah mba namanya juga pasangan baru,” ucap Bella

Agil dan Klea hanya cengengesan.

Tak lama, semua keluarga Agil telah berkumpul menjadi satu di ruang tengah.

“Ini pasangan muda kayaknya harmonis banget, ya?” ucap Diana— budeh Agil menatap Agil dan Klea

“Iya dong, hehehe,” ucap Agil

“Gimana? Kok nikah udah mau 2 tahun belum punya anak juga, nih?”

Agil dan Klea terdiam. Klea menunduk, tebakannya benar pasti ia akan ditanyai seperti ini.

Agil menghela napasnya, “Belum dikasih aja, budeh.”

“Belum dikasih atau emang ngga bisa punya anak? Sayang banget sih ya kalo ngga bisa punya anak.”

Klea menahan air matanya sedari tadi, hatinya terasa sangat sakit mendengar perkataan Diana seperti itu.

“Diana, ngga usah bahas itu dulu,” ucap Danendra menatap Adiknya

“Iya mas aku kan cuma bingung aja kenapa Agil belum punya anak sampai sekarang. Aku tau pasti Agil itu subur, dan mungkin ya emang kamu kali ya yang ngga subur, Klea?” ucap Diana menatap Klea

Klea sudah tak tahan menahan semua ini, ia bangkit dari duduknya, “Aku izin ke toilet sebentar.”

“Alah, kamu mau kabur kan karena kamu gatau mau jawab apa? Berarti bener dong kalo kalo kamu emang ngga subur? Atau bahkan kamu punya penyakit jadi ngga bisa kasih Agil anak?”

Klea meneteskan air matanya, “Permisi,” ucapnya lalu langsung melenggang pergi

Agil bangkit dari duduknya, “Budeh keterlaluan banget, sih. Agil kira setelah mama meninggal budeh bakal berubah. Ternyata sama aja, omongannya suka nyakitin,” ucapnya lalu ia langsung melenggang pergi juga menyusul Klea

Kini Agil dan Klea memutuskan untuk langsung pulang ke rumah, Klea bilang bahwa ia tidak mau berlama lama di rumah Diana.

“Dek,” panggil Agil

Klea tidak menoleh ke arah Agil. Ia menatap ke arah depan jendela kamarnya, lalu ia kembali menangis.

Agil menghampiri Klea lalu ia memeluknya dari belakang, “Dek, maafin ucapan budeh, ya?”

“Omongan budeh mas bener, aku kan emang ngga bisa kasih mas anak.”

Agil meneteskan air matanya, ia mengeratkan dekapannya.

“Apa yang mau di harapin sih mas dari Lea? Lea ngga bisa kasih mas anak, Lea ngga bisa bahagiain mas. Hati Lea sakit banget setiap ngeliat mas liatin foto anak bayi. Lea mau banget kasih mas anak, tapi Lea ngga bisa mas....” ucap Klea yang masih saja menangis

Agil melepaskan pelukannya, ia membalikkan tubuh Klea lalu ia kembali memeluknya.

“Dek, udah.... Mas gapapa kok kalo kamu belum bisa kasih mas anak, mas ngga keberatan sama sekali dek. Kalo kamu bilang kamu ngga bisa bahagian mas itu kamu salah besar. Mas bener bener bahagia banget sama kamu, dek,” ucap Agil di sela sela dekapannya

Klea menangis sejadi jadinya dalam dekapan Agil, ia tak tahu mengapa cobaan rumah tangganya seberat ini. Ia tidak bisa membahagiakan Agil, ia tidak bisa.

Di sela-sela tangisannya, Klea meraba sesuatu yang berada di saku jaket Agil. Agil melepaskan pelukannya, ia melihat Klea mengeluarkan sesuatu dari dalam saku jaketnya.

Mereka berdua tercengang melihat barang yang sekarang di genggam oleh Klea. Mereka berdua sama sama terdiam sejenak, sampai akhirnya handphone Agil berdering dan tertera nama FA Raline disana.

Klea langsung mengambil handphone Agil begitu saja, ia langsung menekan tombol untuk mengangkat telepon itu.

Halo, Agil?

......

Agil, lipstick aku ada di kamu ngga ya? Lipstick aku yang Dior itu.

Klea meneteskan air matanya, sedangkan Agil hanya terpaku terdiam disana.

Gil? Ada ngga? Kok diem aja, sih?

Lo abis ngapain sama suami gue?

Eh?

Tut.... tut... tut....

Setelah panggilan tersebut terputus, Klea kembali menatap lipstick yang ia genggam sekarang.

“Dek,” panggil Agil

Klea menatap Agil, “Raline mantan mas?” tanyanya dengan mata yang berkaca kaca

Agil mengusap wajahnya dengan gusar, “Dek, plis jangan salah paham, ya?” ucap Agil menyentuh pundak Klea

Klea menepis tangan Agil, “JAWAB!”

Agil terdiam sejenak, ia menghela napasnya, “Iya, Raline mantan mas.”

Klea kembali meneteskan air matanya, “Terus ini lipstick dia?” jedanya

“Kamu abis ngapain sama dia, mas....” ucap Klea sambil memukul dada Agil sampai Agil sedikit terhuyung ke belakang

“Mas ngga ngapa-ngapain sama dia, dek. Mas bisa jelasin, kamu salah paham,” ucap Agil memegang kedua tangan Klea

Klea menatap Agil, “Iya terus ini apa?! Kenapa lipsticknya bisa ada di mas? Mas abis kemana sama dia? Ngapain sama dia?”

Agil memijat pelipisnya.

“Kenapa diem aja?! Mas beneran mau berpaling dari Lea, kan? Mas berpaling cari cewek lagi karena mas tau Lea ngga bisa kasih mas anak. Ketakutan Lea terjadi kan, mas?”

Agil menggeleng gelengkan kepalanya, ia mendekap Klea kembali tapi dengan cepatnya Klea mendorong tubuh Agil.

“Mas bohongin Lea, mas bilang mas ngga akan pernah berpaling dari Lea. Tapi mas bohong, kan? Mas ngga bisa sama satu cewek. Mas ajak tidur mantan mas dimana?”

Mata Agil melebar, ia sangat kaget mendengar ucapan terakhir Klea.

“Tidur?” tanya Agil

Klea terkekeh, “Mas ajak dia tidur, kan? Terus nanti mas bisa punya anak deh sama dia. Kan pasti dia bisa kasih mas anak, makannya mas tidurin dia. Iya, kan?”

Prang! Klea tersentak. Agil melemparkan handphonenya ke arah kaca besar di lemarinya, sampai kaca itu pecah dan berhamburan di lantai.

Klea menoleh kearah sana, ia sangat kaget dengan apa yang baru saja Agil lakukan.

“Kamu nuduh mas nidurin Raline? Kamu berpikiran sejauh itu, Klea?!” bentak Agil

Klea tersentak kembali, ia mengerjapkan matanya berulang kali. Agil membentaknya? Agil juga memberi sebutan namanya dengan nama “Klea” ?

“Mas ngga habis pikir sama kamu. Kenapa sih, kenapa?! Kenapa kamu mikir sejauh itu? Kenapa kamu mikir kalo mas bakal berpaling dari kamu?!”

“Iya emang bener, kan? Salah aku ngomong kayak gitu?” ucap Klea menatap Agil

“Masih berani ngomong kayak gitu? Masih berani, hah?!” bentak Agil yang kali ini suaranya cukup kencang

Bugh! Bugh! Klea memukul dada Agil berulang kali, ia juga mendorong dorong tubuh Agil.

“MAS BENTAK LEA, HAH?!” teriak Klea sambil menangis

“KARENA KAMU UDAH KETERLALUAN! MAS BANTING TULANG SUSAH PAYAH CARI DUIT BUAT APA LEA? MAS LAKUIN ITU SEMUA BUAT KAMU, BUAT BAHAGIAIN KAMU!” ucap Agil dengan nada penekanan di akhir

“Kamu pikir kerjaan mas gampang? Mas juga kesiksa karena waktu mas udah ngga kayak dulu lagi buat kamu, mas ngga bisa bareng kamu setiap hari kayak dulu. Tapi mas selalu cari cara gimana caranya biar tetep bisa ngasih waktu luang buat berduaan sama kamu,” jeda Agil

Agil meneteskan air matanya, “Tapi balesan kamu selama ini apa buat mas? Kamu dengan gampangnya nuduh mas macem macem, bahkan kamu bilang kalo mas nidurin Raline? Kamu keterlaluan Klea, kamu gedein aja tuh overthinking kamu.”

Klea terdiam, ia tak membalas perkataan Agil sama sekali.

Agil menghela napasnya, “Sekarang kamu maunya gimana? Kamu mau mas berhenti kerja biar mas ngga disangka macem macem lagi sama kamu?” jeda Agil

“Coba sekarang mikir. Kalo mas berhenti kerja, kamu mau makan apa? Yang penuhin semua kebutuhan kita siapa? Mau minta Bapak? Mau minta Mamah? Mau minta Papah?” ucap Agil diakhiri dengan kekehan

“Kita udah dewasa, kita udah berumah tangga sekarang. Ngga mungkin kita masih bergantung sama orang tua kita, minta duit segala macem ke mereka padahal kita udah dewasa, dan seharusnya juga ngerti kalo kita harus cari duit sendiri. Sekarang cari duit itu ngga gampang, Klea. Coba kamu mikir, mikir....” ucap Agil menatap Klea

Agil memalingkan wajahnya ke arah lain, “Sekarang terserah kamu mau gimana, tapi yang paling penting mas ngga akan pernah berhenti kerja. Terserah kamu mau anggap mas macem macem apa gimana. Karena disini tujuan mas itu cuma kerja, dan duit hasil jerit payah mas cuma buat nafkahin dan bahagiain kamu,” ucap Agil lalu ia langsung melenggang pergi keluar kamar