sandwich.

Ceklek! Klea membuka pintu kamarnya, ia melihat di depan sana Leon terbaring lemah di kasur. Klea melangkahkan kakinya untuk menghampiri Leon, ia tadi mampir sebentar ke Subway karena tiba-tiba saja Leon minta dibelikan Sandwich tersebut.

“I’m home,” ucap Klea pelan yang kini sudah terduduk di kasurnya

Leon membuka matanya, lalu ia langsung duduk dari posisi tidurnya.

Klea mengarahkan tangannya untuk memegang dahi Leon, ternyata panasnya belum turun.

“Kita ke dokter aja, ya? Panas kamu belum turun,” ucap Klea yang terlihat sangat khawatir

Leon tersenyum singkat, lalu ia menggeleng lemah, “Ngga usah, nanti juga turun sendiri. Mana Sandwich aku?” tanyanya sambil memajukan tangannya ke arah Klea

Klea yang melihat itu langsung mengambil Sandwich tuna pesanan Leon, dan langsung membukakan bungkusnya.

“Thanks,” ucap Leon setelah Klea sudah memberikan Sandwich tersebut kepadanya

Jujur, Klea sangat khawatir melihat keadaan Leon seperti ini. Klea melihat Leon menyantap makanannya dengan perlahan, entah mengapa Klea sangat sedih melihat keadaan Leon seperti ini.

“Anak-anak dibeliin, kan? Nanti uangnya aku transfer ke kamu.”

Klea menghela napasnya, “Udah, nih,” ucapnya sambil menunjukkan sebuah kantung plastik yang berisi tiga buah Sandwich. “Ngga usah diganti uangnya, gapapa.”

“Iyaudah kamu makan juga itu, masih ada tiga.”

Klea mengangguk, lalu ia membuka satu bungkus Sandwich tersebut.

“Dih, veggie? Kamu diet?” tanya Leon

Klea menggidikkan bahunya, saat itu juga ia langsung menyantap makanannya.

“Buka,” ucap Leon

“Hah?”

“Buka Sandwichnya.”

“Ngapain?” tanya Klea bingung

“Buka aja, cepet.”

Klea menuruti perintah Leon, ia terkejut saat Leon menaruh semua tunanya di Sandwich Klea.

Klea menatap Leon yang kini sudah menyantap sandwichnya kembali, “Apaan sih? Kok tunanya dikasih semua ke aku? Terus kamu makan apa?”

“Ya ini masih ada rotinya sama sayurnya.”

“Ih, ngga, ngga. Ini nih, ambil,” ucap Klea menyodorkan sandwichnya

Leon mengacuhkan Klea, lalu ia menelan semua sisa sandwichnya ke dalam mulut. Hal itu membuat Klea terlihat sangat kesal sekali.

“Udah abis,” ucap Leon dengan ekspresi meledek

Klea berdecak kesal, “Yaudah nih, makan lagi punya aku.”

“Ngga, kenyang,” ucap Leon setelah itu ia langsung meminum air putihnya

“Tapi kan kamu harus minum obat, makan nya harus banyak.”

Lagi-lagi Leon mengacuhkan Klea, kini ia langsung meminum obat yang sebelumnya sudah disiapkan.

Leon mengelap bibirnya yang basah, lalu melihat Klea yang mukanya tertekuk di hadapannya.

“Kenapa?” tanya Leon

“Tau ah.”

Leon terkekeh, “Udah sih, makan aja itu. Abisin. Aku juga udah minum obat. Kamu jangan diet diet, lah. Ngga baik....”

“Siapa yang diet, sih?” ucap Klea kesal

Leon mengecup dahi Klea, lalu ia menyuruh Klea minggir sedikit karena Leon ingin ke toilet.

“Jangan diet dietan, nanti sakit.”

“Aku ngga diet, cuma jaga porsi makan aja.”

“Sama aja.”

Leon melangkahkan kakinya secara perlahan, lalu dengan tiba-tiba saja ia langsung memberhentikan langkahnya.

“Klea,” panggil Leon

“Apa?”

“Aku mau sesuatu.”

“Mau apa? Mau sandwichnya? Nih.”

Leon membalikkan tubuhnya, menatap Klea yang kini menatapnya juga.

“Aku mau punya anak, dari kamu.”