Sebuah Alasan Agil Bertahan

Tw // Kekerasan

Setelah mendapat telpon dari Bella, Agil langsung bergegas untuk pulang. Dia juga baru melihat ada beberapa chat dari Ola yang tidak ia balas sama sekali.

Setelah mengantarkan Klea pulang, Agil langsung masuk kerumahnya. Dan benar saja, saat membuka pintu Agil langsung disambut dengan tamparan Ola.

“Ini apa?!” tanya Ola dengan nada yang terdengar sangat marah

Agil melihat apa yang digenggam oleh Ola, lalu mata Agil menatap manik mata Bella yang sedang menatapnya sekarang. Bella terlihat sangat ketakutan, ia mengumpat jauh dari Agil dan Ola.

“Masuk kamar,” ucap Agil pelan menatap Bella

Bella meneteskan air matanya, ia benar-benar sangat takut jikalau Agil akan dipukuli lagi oleh mamanya.

“Bella, masuk kamar….” ucap Agil sekali lagi dengan nada yang hampir tidak terdengar sama sama sekali

Bruk! Agil terhempas menubruk meja ruang tamunya karena Ola dengan tiba-tiba saja mendorong Agil.

Bella menutup mulutnya, ia menangis sejadi-jadinya.

“BELLA MASUK KAMAR!” teriak Agil

Agil meneteskan air matanya melihat Bella yang menangis dan langsung berlari kearah kamarnya.

Ola kembali memukuli Agil secara abis-abisan, Agil hanya terdiam di bawah sana sambil meneteskan air matanya. Ia menahan rasa sakitnya karena luka lamanya belum sembuh sama sekali.

“Ma….”

“INI APAAN, AGIL?! APA KAMU TIDAK PERNAH MENDENGARKAN OMONGAN SAYA, HAH?! SAYA NGGA AKAN PERNAH IZININ KAMU JADI PILOT! KAMU BERANI BERANINYA YA MENENTANG SAYA?!”

Agil menangis sejadi-jadinya, ia tidak tahu harus berbuat apa. Agil tidak peduli jika ia lelaki, lelaki yang menangis. Agil sudah tidak kuat menahan rasa sakitnya, maka dari itu ia menangis.

Ola memukuli Agil lagi, “NANGIS TERUS, NANGIS TERUS. KAMU BANCI, HAH?! BISANYA NANGIS, NANGIS. BISA-BISANYA YA SAYA PUNYA ANAK LEMAH SEPERTI KAMU!”

Jujur, Agil sudah benar-benar tidak kuat kali ini. Ia menggigit bibir bawahnya dan mencengkram lengannya sendiri.

“Ma…. sakit, ma….” rintih Agil

Ola menghentikan aktivitasnya, lalu ia mengeluarkan sesuatu dari dalam saku celananya.

Agil kaget, ia sangat kaget melihat apa yang dipegang oleh Ola.

Agil menggeleng kecil, “Ma… jangan…”

“Buat apa kamu masih nyimpen hp masmu, gil? Ini udah ngga ada apa-apanya!”

Agil menggeleng, ia masih saja mengeluarkan air matanya.

“Itu penting buat Agil, ma….”

Ola terkekeh, “Penting?”

Sedetik kemudian— Prakk! Ola membanting handphone Galang.

Agil yang melihat itu langsung mengerahkan seluruh tenaganya untuk mengambil handphone Galang, karena Agil tahu betul pasti yang akan Ola lakukan selanjutnya adalah menghancurkan handphonenya Galang.

Benar saja, sebelum Agil berhasil mengambil handphone itu, Ola sudah berhasil menginjak-injaknya dengan keras. Agil langsung menarik paksa kaki Ola dan langsung melindungi handphone Galang dengan kedua tangannya.

“MINGGIR!”

Agil menghiraukan ucapan Ola, ia sangat meringis kesakitan karena Ola tetap saja menginjak-injaknya. Iya, Ola menginjak-injak tangan Agil karena Agil melindungi handphone Galang dengan tangannya.

Brak! Suara pintu rumah terbuka, menampakkan Tiff, Klea, dan— Ajeng.

“MAMA!” teriak Ajeng

Ajeng langsung berlari kearah Agil yang tersungkur di bawah sana dengan tangan yang berdarah darah karena Ola menginjak-injak tangannya Agil.

Klea menutup mulutnya, ia langsung meneteskan air matanya melihat Agil dengan kondisi yang sangat mengenaskan. Tanpa Agil sadari, baju putihnya terkena sedikit darahnya yang keluar dari pelipisnya dan belakang tubuhnya.

Agil tersenyum getir kearah Klea, Klea bisa melihat Agil mengatakan sesuatu kepadanya.

“Mas gapapa…” ucap Agil dengan suara yang tidak terdengar sama sekali

“SEHARUSNYA TUH KAMU SADAR DARI DULU! MAS GALANG UDAH NGGA ADA! MAS GALANG UDAH NINGGALIN KITA SEMUA! DAN KAMU DENGAN ENAKNYA NABUNG BUAT JADI PILOT, APA KAMU LUPA GIL APA YANG BUAT MAS GALANG MENINGGAL, HAH?! MAS GALANG MENINGGAL KARENA KECELAKAN PESAWAT! KAMU LUPA? KAMU LUPA, HAH?!” ucap Ola dengan nada yang sangat keras

Agil dan Ajeng menangis sejadi-jadinya di bawah sana.

Perkataan Ola benar, Galang sudah meninggal 1 tahun yang lalu karena kecelakaan pesawat. Tepat 1 tahun di hari ulang tahunnya kemarin.

Ola menghampiri Agil, lalu ia menendangnya.

“Ma…” ucap Ajeng menangis menatap Ola dan langsung memeluk Agil

“Kamu tahu kesalahan terbesar yang saya buat selama hidup saya apa? KESALAHAN TERBESAR SAYA SELAMA HIDUP SAYA ADALAH PUNYA ANAK SEPERTI KAMU, AGIL!”

Plak! Ola langsung terdiam setelah berteriak. Iya, Tiff menamparnya.

“Bisa ya kamu ngomong kaya gitu ke anak kamu, Ola. Agil anak kamu. Kamu kenapa jadi kayak gini, sih? Kamu kasar sama Agil. Kamu liat dong, liat apa yang udah kamu perbuat tuh. Agil berdarah-darah, la. Kamu dengan teganya mukulin darah daging kamu sendiri sampe kayak gitu, otak kamu dimana?! Apa Agil pernah marah sama kamu? Apa Agil pernah bentak kamu? Ngga, kan? Agil kayak gini aja masih tetep sabar ngehadapin orang tua macam kamu. Semua ini karena apa? Karena Agil sayang sama kamu. Kamu sampe sekarang belum bisa nerima takdir, la. Inget la, inget. Galang udah tenang diatas sana. Dan itu semua udah takdir, udah takdir yang Tuhan susun buat Galang. Kamu takut kehilangan Agil karena dia mau nerusin pekerjaan masnya? Kamu takut Agil akan sama seperti Galang nasibnya? Aku tekanin ke kamu, la. Takdir ngga ada yang tau.”

Ajeng berdiri dari posisinya, ia menatap Ola, “Mama keterlaluan, mama tega sama Agil. Kalo kayak gini terus aku bisa aja bawa Agil pergi dari rumah ini, Bella juga bakal aku bawa. Mama jahat, Ajeng benci sama mama.”

“Agil ayo bangun, kita ke kamar,” ucap Ajeng menarik pelan lengan Agil

Agil menatap sendu Ajeng, “Sakit, mba….”

Ajeng benar-benar tak kuasa menahan tangisnya, ia berlutut menyetarai Agil yang terkulai lemas duduk di bawah sana.

“Klea, tolong bantuin mba,” ucap Ajeng menatap Klea

Detik itu juga Klea langsung menghampiri Ajeng dan Agil, lalu mereka berdua langsung menuntun Agil secara perlahan menuju kamarnya.

Tiff menghela napasnya, “Jujur la, kemarin aku nampar Klea juga. Tapi demi apapun, aku nyesel ngelakuin itu. Dan aku juga masih punya hati la, aku ngga akan pernah pukulin anak-anak aku sampe berdarah-darah. Kamu emang udah bener-bener keterlaluan, la. Aku tau kamu sayang sama Agil, tapi caranya ngga kayak gini. Ini sama aja kayak kamu bunuh Agil secara perlahan, kamu nyiksa dia, dan itu bukan sayang namanya. Agil ngga pernah cerita kan la sama kamu apa yang dia pikirin, apa yang dia rasain? Ya karena semua ini sumbernya dari kamu. Tapi dengan hebatnya dia ngga pernah nyalahin kamu, malah dia bilang kalo kamu lagi nyayangin dia. Kemarin aku hampir kehilangan Agam, dan Agil yang berhasil bawa anak aku kembali lagi, la. Aku gamau hal itu terjadi lagi, aku takut kehilangan anak-anakku. Kamu jangan pernah nyesel la kalo kamu nanti bakal kehilangan anak kamu satu persatu, liat aja kelakuan ibunya sendiri kayak gimana sama anak-anaknya. Aku harap kamu ngga nyesel ngelakuin ini sama Agil. Aku kecewa la sama kamu,” ucap Tiff yang detik itu juga langsung pergi keluar dari rumah Agil

Di sisi lain, Ajeng, Klea, dan Bella sedang mengobati luka Agil.

Sedari tadi pandangan Agil kosong entah menatap apa. Klea yang menyadarinya sedari tadi langsung memanggil Agil.

“Mas?” panggil Klea

Agil meneteskan air matanya, “Hp Mas Galang rusak diancurin mama.”

Ajeng menatap nanar adiknya, ia mengelus rambut adiknya secara perlahan.

“Mba tau kan alasan Agil ngelakuin itu? Karena itu satu-satunya alasan Agil bertahan sampe sekarang, mba. Agil kalo ngelakuin itu Agil ngerasa Mas Galang masih ada di samping Agil,” jedanya

Klea tak kuat menahan tangisnya, dadanya terasa sangat sesak.

“Tapi semuanya udah hilang…. udah lenyap…. gaada lagi yang bisa Agil lakuin. Mba…. Agil kangen Mas Galang….” ucap Agil yang langsung menangis detik itu juga

Ajeng langsung memeluk Agil, ia mengusap secara perlahan punggung adiknya.

“Sakit, mba…”

“Mas coba buka bajunya,” ucap Bella

Agil menggeleng, “Ngga mau.”

Bella menatap Ajeng, “Mas Agil juga waktu itu dipukulin ayah, mba.”

“Bella…” panggil Agil

“Mamah juga mukulin Mas Agil waktu itu,” lanjut Bella dengan suara yang agak bergetar

Agil menghela napasnya secara kasar.

“Gil, buka bajunya.”

“Ngga mau. Agil belum sah jadi suami Lea, belum muhrim.”

“Lo masih aja bisa bercanda lagi kaya gini, gil,” ucap Ajeng kesal

“Gue ngga bercanda.”

“Lo berdua sebentar lagi nikah, udah buka cepetan.”

Agil tidak membalas perkataan Ajeng, lalu ia langsung membuka bajunya. Betapa kagetnya Ajeng dan Klea saat melihat banyak memar memar di punggung Agil.

“Udah gue buka, jangan pada nangis.”