Sebuah Hadiah Untukmu

Deru ombak yang sangat deras, dan angin yang menerpa tubuh Klea. Tenang, rasanya sangat tenang. Klea terduduk begitu saja di atas pasir pantai dengan mengenakan syal coklat muda yang dulu Agil berikan untuknya. Klea datang ke pantai tidak sendiri. Ia ditemani oleh Kala, Wawa, Dito, dan Saka. Tetapi, mereka hanya mengawasi Klea dari jauh karena tadi Klea minta agar di beri waktu untuk sendiri dulu. Klea menatap ke arah depan sana, seperti seakan-akan Agil menatapnya juga. Klea tersenyum getir, lalu setetes air mata berhasil menetes di pipinya.

“Kangen, mas....” ucapnya

Klea menghela napasnya, lalu ia mengelus perutnya secara perlahan.

“Maafin mamah ya, sayang? Kalian berdua kehilangan papah kalian karena kesalahan mamah. Papah udah seminggu pergi, tapi mamah belum bisa ikhlasin papah kamu pergi sampai sekarang. Kenapa, ya? Kenapa papah ninggalin kita kayak gini?” ucapnya

Klea terkekeh, “Mamah lupa, kan semua ini salah mamah, ya? Maafin mamah ya, sayang....” ucap Klea yang selanjutnya menangis sambil mengelus perutnya

Setelah cukup lama mengeluarkan kembali rasa sesaknya dan rasa rindunya yang teramat dalam, Klea mengambil sebuah kotak berukuran sedang bewarna putih di sampingnya. Klea kembali tersenyum getir, lalu secara perlahan ia membuka kotak tersebut.

Klea terdiam sejenak, ia benar-benar tak bisa menahan tangisnya. Yang pertama kali ia lihat saat membuka kotak ini adalah, dua buah sepasang sepatu anak kembar. Klea teringat bahwa beberapa hari yang lalu ia sudah melihat instagram Agil, instagram yang Agil buat hanya untuk dirinya seorang. Dan yang paling membuat hati Klea lebih sakit adalah, Agil ternyata sudah tahu bahwa Klea sedang mengandung anaknya.

“Mas, yaallah....” ucapnya sambil menangis

“S-sayang, coba bilang apa sama papah Agil. Makasih ya, pah? Makasih udah kasih kita berdua sepatu yang lucu....” ucap Klea sesegukan sambil mengelus perutnya

Klea kembali menangis. Ia rindu Agil, sangat rindu. Andai hal itu tak akan terjadi, mungkin sekarang mereka berdua sedang menikmati masa-masanya sebagai seorang calon Ayah dan Ibu.

Klea menghela napas beratnya, lalu ia mengambil sebuah map putih yang berada di bawah sepatu. Map putih tersebut bertuliskan, Sebuah hadiah untukmu, sayang.

Klea membuka map putih tersebut dengan tangan yang gemetar. Setelah berhasil membuka map tersebut, Klea sangat terkejut dengan isinya. Klea menutup mulutnya tak percaya, air matanya langsung turun deras begitu saja.

“M-mas....” ucapnya gemetar dengan hati yang sangat tak karuan

Iya, Agil memberinya sebuah hadiah berupa tiket pesawat Jakarta-London, dan sebuah sertifikat rumah beserta kuncinya.

Klea kembali menangis, kali ini ia menangis sejadi-jadinya. Agil mengabulkan permintaannya. Agil membelikan Klea sebuah tiket pesawat ke negara yang sangat ingin ia kunjungi. Agil juga membelikan sebuah rumah yang kala itu Klea inginkan.

Klea menggeleng lemah, ia meremas kuat syalnya, “Mas.... Maafin Lea....” ucapnya yang masih saja menangis

“Klea!” teriak Kala menghampiri Klea yang menangis histeris

Klea mendongak menatap Kala dengan mata yang sembab, “Kal, Mas Agil beliin gue tiket ke London.... Mas Agil juga beliin gue rumah, kal.... Tapi dia malah pergi ninggalin gue....”

Kala dan Wawa sudah tak kuat menahan tangisnya melihat sahabatnya seperti ini, mereka berdua langsung memeluk Klea.

“Gue jahat, gue jahat sama Mas Agil....”

Dito dan Saka yang melihat Klea menangis seperti itu hanya saling menatap satu sama lain, lalu mereka menunduk terdiam.

Kala melepaskan pelukannya, lalu ia menangkup wajah Klea, “Ngga, lo ngga jahat sama Mas Agil. Di sini ngga ada yang jahat. Ngga, ngga ada Klea.”

“Gue nyakitin hati dia, kal.... Gue gagal jadi istri dia. Mas Agil baik sama gue, tapi gue memperlakukan dia sebaliknya. Gue egois, gue jahat....” ucap Klea yang masih saja tak berhenti menangis

“Lo harus nerima kalo ini semua takdir, Klea. Emang udah waktunya Agil pergi. Ini semua takdir, takdir. Jangan nyalahin diri lo terus, lo inget masih ada anak lo di perut lo,” ucap Dito menatap Klea

Klea menangis sambil mengelus perutnya.

Saka mengangguk, “Bener kata Dito. Gue juga yakin kalo Agil ngga akan pernah mau ninggalin lo dan anak lo kayak gini. Tapi nyatanya takdir gaada yang bisa diubah. Stop salahin diri lo sendiri, ya? Sekarang lo fokus ke anak lo. Lo harus tetep bertahan hidup demi anak-anak lo, demi Agil. Tunjukin ke Agil Klea, tunjukin ke Agil kalo lo bisa besarin anak-anak lo. Lo bales semua kebaikan Agil dengan cara lo harus tetep bisa bertahan untuk ngebesarin anak-anak lo sampe sukses nanti. Kita semua di sini selalu ada buat lo. Lo juga sahabat kita, Klea,” ucap Saka menatap Klea dan menyetarai posisinya dengan tubuh Klea

Benar, ucapan Kak Dito dan Kak Saka benar. Tapi, gue masih ngga bisa maafin diri gue sendiri. /Batin Klea