Secondly
“Mas?” panggil Klea
Agil menoleh setelah ia menutup tasnya, “Cepet banget, terbang ya ke bawah?”
Klea mengangguk, “Iya, terbang tadi tuh dari jendela,” ucapnya menunjuk jendela kamarnya
Agil tersenyum, ia mengacak acak rambut Klea.
“Gimana, mas? Barangnya udah di bawa semua? Gaada yang kelupaan, kan?” tanya Klea
“Ada, ada yang kelupaan.”
Klea mengernyit, “Apa?”
Agil menarik tangan kanan Klea, lalu ia memasangkan sebuah cincin bewarna silver di jari manisnya.
Klea mengerjapkan matanya, ia menatap Agil, “Ini apa?”
“Cincin. Mas lupa, waktu itu kayak ada bazar gitu di deket kampus. Terus mas liat ada yang jual pernak pernik. Mas liat ada cincin, dan bisa diukir gitu. Mas kepikiran kamu, yaudah mas beli,” jedanya
Agil menunjukkan tangan kanannya, tepatnya ia memperlihatkan sebuah cincin yang melingkar juga di jari manisnya, “Nih, mas juga punya. Di belakang cincinnya ada ukiran nama Lea sama mas. Yang Lea pake ada ukiran nama mas, kalo yang mas pake ada ukiran nama kamu.”
Klea memperhatikan cincin yang Agil beri, ia sangat terharu. Lalu ia menatap lekat Agil, dan menatapnya dengan tatapan sendu.
“Mas… makasih, ya?” ucap Klea
Agil tersenyum manis, “Sama-sama. Nanti kalo Lea kangen sama mas, liat cincin itu aja, ya? Mas juga gabisa janji sama kamu kalo nanti kita bakal telponan terus, pasti mas bakal sibuk banget Lea. Maaf, ya?”
Klea tersenyum, ia mengusap lengan Agil, “Iya gapapa, mas. Lea ngerti, kok. Tapi kalo ada apa-apa bilang ya sama Lea?”
Agil mengangguk, “Iya, sayang.”
Klea cengengesan, mukanya memerah seketika.
“Yaudah, mas berangkat ya?”
“Iya.”
“Mau peluk ngga?” tanya Agil
Klea menggaruk tengkuk lehernya yang tidak gatal, “Ya… ya mau.”
Agil terkekeh, lalu ia langsung membawa Klea ke dekapannya.
Sesekali Agil mengecup pucuk kepala Klea, Klea yang merasakan itu tersenyum bahagia.
“Jangan lupa jaga kesehatan juga, ya. Mas sayang banget sama kamu, Lea.”
Klea mengangguk dalam dekapan Agil, “Mas semangat yaaa…”
“Iya, harus. Makasih, ya?”
Klea lagi lagi menganggukan kepalanya.
Mereka berdua melepaskan pelukannya, lalu Agil langsung pamit untuk berangkat. Tapi sebelum Agil berangkat, ia mengatakan sesuatu kepada Klea.
“Oh iya, Cincin aslinya nanti kalo kita udah nikah, ya? Nanti mas beliin yang lebih bagus dari itu, yang lebih mahal, oke?” ucap Agil
Klea terkekeh, “Iyaiyaaa, massss.”
Klea tersenyum melihat Agil yang sudah berada di atas motornya dan siap untuk berangkat, “Hati-Hati.”
Agil mengangguk, “Udah ya? Dadahhhhh.”
Klea tersenyum getir melihat Agil yang sudah jauh melenggang pergi, ia merasa sangat sedih ditinggal seperti ini. Padahal hanya ditinggal ke kosan saja, tapi entah rasanya sesedih ini. Ia baru ingat kalau ia pernah mengatakan sayang kepada Agil waktu mati lampu pas itu. Klea sayang sama Agil, sangat sayang. Ia menatap Cincin yang Agil beri untuknya, lalu ia mengecupnya perlahan.
“Lea juga sayang banget sama Mas Agil.”
Ola dan Tiffany melihat semua itu dari jendela rumahnya masing-masing, mereka tersenyum senang melihat kedua anaknya ternyata saling mencintai dan menyayangi satu sama lain.