take you to london
Klea meletakan handphonenya dengan sembarang di Sofa ruang tengahnya. Kini, ia duduk termenung sambil menatap keadaan luar rumahnya melalui jendela, jalanan di sana sangat gelap dan tak ada satu orang pun yang berjalan di sana.
Klea menoleh saat ada seseorang yang menghampirinya, ternyata itu Alea yang membawa sebuah piring berisi cookies dan segelas susu coklat hangat.
Klea tersenyum tipis melihat anak perempuannya yang kini duduk di hadapannya, lalu ia mengulurkan tangannya secara perlahan untuk mengelus surai rambut Alea.
“Kenapa makanannya ngga di makan, mah?” tanya Alea sambil menatap ke arah meja yang di sana masih terdapat sebuah nasi yang masih utuh dengan lauknya
Klea menghela napasnya, lalu ia kembali menatap keadaan luar melalui jendela rumahnya. “Mamah ngga laper....”
Alea terdiam sejenak, ia menghela napasnya juga. “Coba mamah liat badan mamah, mamah kurus banget sekarang.... Mamah makan, ya? Mamah akhir-akhir ini jarang banget makan, nanti mamah sakit lagi....” ucap Alea yang menahan tangisnya mati-matian
Klea meneteskan air matanya, dan Alea pun juga melakukan hal yang sama.
Alea menghapus air matanya secara cepat, lalu ia mengambil piring yang berisi nasi di sana dan langsung ingin menyuapi Klea saat itu juga.
“Ayo, mamah harus makan,” paksa Alea sambil menyuapi Klea
Klea menjauhkan wajahnya, ia menolak suapan dari anaknya. “Mamah ngga laper, Ale....”
“Mamah harus makan, mah. Nanti mamah sakit....”
Klea terdiam.
Alea benar-benar sudah tidak tahan. Prak! Ia menaruh piring tersebut di meja dengan kasar, hal itu membuat Klea langsung menoleh. Kini Alea menangis, dan berlutut di bawah sana.
“Mamah maafin Ale.... Ini semua salah Ale, Ale yang udah bikin mamah kayak gini selama ini.... Ale yang siksa mamah, Ale yang hilangin kebahagiaan mamah.... Ale durhaka banget sama mamah.... Ale sadar mah kalo selama ini Ale egois, Ale cuma mentingin kebahagiaan Ale aja, Ale ngga mentingin kebahagiaan mamah, Ale minta maaf, mah.... Ale salah....” ucap Alea yang menangis sejadi-jadinya di bawah sana
Klea pun sama halnya dengan Alea, ia juga menangis sejadi-jadinya saat Alea melakukan hal itu kepadanya.
Alea meraih tangan Klea, ia genggamnya secara perlahan. “Ale minta maaf, mah.... Ale minta maaf.... Ale nyesel ngelakuin ini semua ke mamah....” ucapnya menatap Klea dengan air mata yang bergelinang di pipinya
Saat itu juga, Klea langsung membawa anaknya ke dalam dekapannya. Klea menangis, ia tidak pernah menyangka bahwa akhirnya Alea akan seperti ini. Klea mengusap rambut anaknya secara perlahan, lalu Klea pun juga mengecup dahi anak perempuannya itu.
“Marahin Ale, mah.... Ale bener-bener jahat banget sama mamah....” ucap Alea menatap Klea
Klea menggeleng lemah, “Ale jangan nangis, sayang.... Ale jangan nangis kayak gini.... Mamah ngga mau marahin Ale, Ale juga ngelakuin ini semua karena Ale mau tau rasa kasih sayang seorang papah, kan? Mamah paham, Ale....”
Alea menunduk, meremas erat kedua tangan ibunya. “T-tapi cara A-le salah, mah....” ucap Alea sesegukan
Klea menggigit bibir bawahnya, ia menahan rasa sesak di dadanya. Lalu, ia menangkup wajah Alea secara perlahan. “Udah, gapapa. Mamah udah maafin kamu, sayang.... Mamah bakal ngelakuin apapun yang buat anak-anak mamah seneng.... Sekarang, mamah cuma mau bilang sama kamu Ale....” jeda Klea cukup lama
“Papah kamu, papah Agil masih hidup....” lanjut Klea yang setelah itu langsung menangis kembali dan Alea pun langsung memeluk Klea saat itu juga
“Mas Adam kenapa belum pulang, mah?” tanya Alea
“Mamah ngga tau, apa mas kamu sama Alex?” tanya Klea
Alea menggeleng. “Kak Alex bilang dia daritadi ngga sama Mas Adam....”
Klea terdiam sambil menatap langit-langit kamar Alea. Iya, setelah tadi menangis bersama di ruang tengah, Alea mengajak Klea untuk tidur bersamanya. Dan sekarang, mereka berdua sangat khawatir mengapa Adam sedari tadi belum pulang juga.
Bruk! Klea dan Alea dikagetkan dengan sebuah suara di luar sana. Seperti.... suara dobrakan pintu?
“Mamah, itu suara apa?” tanya Alea ketakutan dan kini ia mendekat ke arah Klea yang terbaring di samping tubuhnya
Klea terdiam, jantungnya sangat berdebar. Apakah itu Adam? Leon? Atau.... maling?
“Mamah.... suara apa tadiiiii? Ale takut, mah.... ini udah malem....”
Klea bangkit dari posisinya, Alea pun juga. “Kamu tunggu di sini, ya? Mamah cek dulu.”
Alea menggeleng. “No. Aku ikut.”
Klea mengangguk. Lalu, mereka berdua langsung melangkahkan kakinya secara perlahan untuk keluar dari kamar. Saat ingin meraih knop pintu kamar Alea, Klea dan Alea dikejutkan dengan suara panggilan yang cukup keras.
“ALE! DI MANA KAMU!”
Jantung Klea berdegup sangat kencang, ia menoleh menatap Alea yang terdiam dengan keringat yang mengucur di wajahnya.
“Ale....” panggil Klea
Alea menatap Klea. “Mah, Ale takut....”
“ALE DI MANA KAMU! PAPAH MAU NGOMONG!” teriak Leon di luar sana
Klea mengambil handphonenya dengan cepat yang berada di meja belajar Alea, ia langsung menelepon Adam saat itu juga.
“ALE!”
keadaan menjadi sangat tegang, Klea dan Alea pun benar-benar sangat panik.
“Adam angkat, Adam....” gumam Klea
“Halo, mah. Kenapa?”
“Mas kamu di mana? Mas, tolong pulang sekarang....”
“ALEA!!!”
“Mah? Itu suara siapa?”
“Papah Leon, Mas.... Dia kayaknya mabuk.... Mamah mohon sekarang kamu pulang....”
“Adam pulang sekarang.”
Klea mematikan handphonenya, lalu ia meraih tangan Alea dengan cepat. “Ale tunggu di sini, ya? Mamah yang ke luar, mamah temuin papah kamu....”
Alea menggeleng dengan cepat. “Ngga, Ale ikut. Ale takut mamah dipukulin lagi.... kayak dulu....”
Deg! Klea terdiam sambil menatap Alea, apakah Alea tahu bahwa dulu Klea pernah diperlakukan secara kasar oleh Leon?
“Ale mamah mohon, biarin mamah aja ya yang nemuin papah Leon....” mohon Klea menatap sang anak
Alea menggeleng sambil menangis. “Ale ngga mau.... Ale takut nanti mamah di apa-apain sama orang itu....”
“Ngga, sayang. Kamu tenang aja. Sekarang Ale tunggu di kamar dulu, ya? Jangan ke mana-mana.”
Kini, Klea melangkahkan kakinya secara perlahan menuju ruang tengah. Ia melihat ke arah sekeliling ruangan, ia tak melihat ada benda-benda berantakan di sana. Klea bingung, sebenarnya Leon mabuk atau tidak? Tetapi mengapa tadi Leon memanggil Alea dengan nada yang terdengar cukup menyeramkan?
Klea menghentikan langkahnya saat ia melihat Leon terduduk di sofa sana. Ia mengerjapkan matanya berulangkali, jantungnya pun sedari tadi masih berdegup dengan kencang. Klea takut, sangat takut sekarang melihat Leon yang menatapnya.
Leon bangkit dari duduknya. “Mana Ale?” tanya Leon dengan nada yang sangat dingin
Klea terdiam sejenak. “K-kamu, pulang....?” tanya Klea terbata-bata
“Aku nanya, Ale mana?”
Klea menunduk. “Ale, Ale nginep di rumah temennya.”
“Kamu pikir aku percaya?” tanya Leon yang kini menghampiri Klea secara perlahan
“Ale mana, Klea?”
Klea menutup hidungnya saat Leon sekarang sudah berada di hadapannya. “Leon, kamu mabuk lagi?”
“Kalo iya emang kenapa?”
Klea mendorong tubuh Leon, ia benar-benar tidak kuat mencium aroma alkohol yang keluar dari mulut Leon.
“Ale di kamar, kan?”
“Ngga, kan aku bilang Ale nginep.”
“Minggir,” ucap Leon
Klea menghalangi Leon yang ingin beranjak ke kamar Alea.
“MINGGIR!”
“NGGA!” ucap Klea sambil mendorong tubuh Leon
“Minggir, ngga,” ucap Leon yang kini sambil dorong-dorongan bersama Klea
Klea menahan tubuh Leon dengan kuat agar Leon tidak pergi ke kamar Alea.
“AKU BILANG MINGGIR, KLEA! ATAU AKU DORONG KAMU!” bentak Leon
Klea masih saja terus menghalangi Leon, sampai akhirnya— Bruk! Klea tersungkur di bawah sana karena benar saja Leon mendorongnya cukup kencang.
“Ahh!” rintih Klea sambil memegang punggungnya
Leon mengacuhkan Klea yang merintih kesakitan di bawah sana, lalu ia langsung melangkahkan kakinya untuk menuju ke kamar Alea. Tapi baru saja melangkahkan kakinya satu langkah, Leon sudah di kejutkan dengan Alea yang kini menodongnya dengan tongkat baseball yang dulu Leon belikan untuknya.
“Mundur, atau aku pukul pake tongkat ini,” ucap Alea dengan suara yang gemetar
Leon meraih paksa tongkat tersebut dari tangan Alea, lalu ia melemparkannya ke sebuah lampu yang berada di samping sofa sampai lampu itu pecah.
Alea menelan ludahnya dengan susah payah, napasnya benar-benar sangat tidak teratur sedari tadi. Ia benar-benar sangat ketakutan. Tetapi, kali ini ia harus berani.
“Udah berani kamu sama saya, Ale?” tanya Leon
“Kenapa saya harus takut, sama orang seperti anda?”
Leon terkekeh, lalu ia bertepuk tangan gembira. “Wah, wah, wah.... Makin besar makin hebat ya ternyata?”
Alea terdiam.
Leon sedikit mendekat ke arah Alea. “Kenapa kamu bohongin papah? Kenapa kamu ngecewain papah?” tanya Leon menatap Alea
Alea mengerjapkan matanya, ia sangat tahu arah pembicaraan ini.
“Kenapa diem Ale? Kamu ngerasa ya kalo kamu udah hebat sampai sampai kamu bolos kuliah selama seminggu?”
Di bawah sana, Klea menutup mulutnya tak percaya.
“JAWAB PAPAH, ALE!” bentak Leon
“IYA TERUS KENAPA?! Apa masalahnya sama anda?” tanya Alea menatap Leon sambil meneteskan air matanya
“Kamu bilang apa masalahnya sama saya? Kamu udah saya biayain selama ini, saya banting tulang pagi siang malem cuma buat kuliahin kamu! Terus dengan gampangnya kamu bilang apa masalahnya sama saya? IYA, ALE?!” bentak Leon sekali lagi
Klea bangkit secara perlahan dari posisinya, lalu menarik lengan Leon agar menjauh dari Alea. “Leon, jangan pernah berani bentak anak aku,” ucap Klea sambil meneteskan air matanya
“Kamu diem aja, ngga usah ikut campur,” ucap Leon menatap Klea yang sedari tadi memegangi punggungnya secara terus menerus
Klea sudah benar-benar tidak kuat, punggungnya sangat sakit sekali. Ia kembali memutuskan untuk duduk di bawah sana. “Leon, aku mohon jangan marahin anak aku....”
Leon kembali menatap Alea yang terdiam di hadapannya. “Jawab saya, kenapa kamu ngelakuin ini?”
“Kalo saya jawab juga ngga penting kan buat anda?” ucap Alea yang memberanikan diri menatap Leon
“Maksud kamu?” tanya Leon
Alea meneteskan air matanya. “Orang yang paling aku percaya selama ini, ternyata ngekhianatin aku dan ngecewain aku. Papah selingkuh, kan? Papah ngehamilin perempuan lain? Aku denger, aku denger semua pembicaraan papah sama mamah waktu itu.”
Leon meneteskan air matanya, sedangkan Klea di bawah sana kembali menutup mulutnya tak percaya.
“Dan papah tau apa yang aku lakuin selama seminggu kemarin? Aku, selalu, ngikutin, ke manapun, papah pergi. Dan ya.... Papah selalu ke Apartment perempuan itu. Iya, kan?” ucap Alea menatap Leon sambil meneteskan air matanya
Leon terdiam.
Alea menghela napasnya secara perlahan, lalu ia menghapus air matanya juga secara perlahan. “Huh.... Percuma banget ngeluarin air mata buat orang yang ngga guna buat di tangisin.”
“Jaga mulut kamu, Ale,” ucap Leon
“Why? Bener, kan?” ucap Alea
Alea melangkahkan kakinya mendekat ke arah Leon. “Buat apa aku nangisin orang yang udah nyiksa mamah aku dulu? Yang udah kasar sama mamah aku dulu? Bahkan sampai sekarang pun papah juga masih suka kasarin mamah. Dan ternyata, emang bener papah yang ngehancurin rumah tangga mamah sama papah Agil dulu. Sekarang, dengan hebatnya papah ngehamilin perempuan lain? Wow....” ucap Alea sambil bertepuk tangan
Alea menatap Leon cukup lekat. “Hal terbesar yang sangat amat aku sesalin dalam hidup aku adalah minta mamah menikah sama orang brengsek kayak papah.”
Leon terkejut dengan ucapan Alea. “What? Say it again,” ucap Leon
“Aku nyesel, minta mamah nikah dan hidup sama orang brengsek kayak papah!” ucap Alea penuh penekanan
Leon terkekeh, ia benar-benar tak menyangka Alea mengucapkan kalimat itu kepadanya.
“I'm an asshole?” tanya Leon
“Ya, itu anda bilang sendiri,” ucap Alea diakhiri kekehan sinis
Leon kembali terkekeh, dan tak lama— Plak! Bruk! Leon menampar Alea cukup kencang sampai Alea terjatuh di bawah sana.
“ALE!” teriak Klea
“ALE!” teriak seseorang yang membuat Klea, Alea, dan Leon terkejut saat itu juga
Alea menangis sambil memegang pipinya, ia benar-benar tidak menyangka bahwa Leon akan menamparnya seperti ini. Alea melihat di arah pintu sana ada Adam dan.... seorang pria yang kini berdiri menatapnya.
“Papah Agil....” ucap Alea sambil menangis
Klea menoleh ke arah tatapan Alea, ia melihat di sana seorang pria yang sangat ingin ia temui berdiri menatap dirinya dan juga Alea. Klea tidak sadar, bahwa Adam kini sudah berada di samping Alea sambil memeluk sang adik.
“Mas Adam.... Sakit....” ucap Alea menangis sambil memegangi pipinya
Klea bangkit dari posisinya secara perlahan, ia menghampiri pria tersebut. Ia meraih lengan pria tersebut secara perlahan, “Mas.... Mas pulang?” tanya Klea
Pria tersebut meneteskan air matanya, ia mengusap perlahan wajah Klea. Lalu, matanya beralih menatap seorang pria yang berdiri terdiam di depan sana. Iya, yang dimaksud adalah Leon.
Pria tersebut menghampiri Leon, ia berdiri di hadapannya. “Gue kira lo ngga berani, ternyata lo sampe kelewat batas gini, ya.”
Leon terdiam, dan— Bugh!
“ANJING LO BAJINGAN!”
Bugh! Bugh! Bugh! Pria tersebut memukuli Leon secara habis-habisan.
Klea, Adam, dan Alea sangat terkejut.
“PAPAH, STOP!” ucap Adam sambil meleraikan perkelahian tersebut
“Stop! Adam mohon, stop....”
Pria tersebut bangkit setelah memukuli Leon. “Beresin semua pakaian, kita pindah ke London,” ucap pria tersebut menatap Adam
Setelah menyuruh Adam membereskan pakaian, pria tersebut kembali menatap Leon yang terkulai lemas di bawah sana.
“Bangun lo, Leon.”
Leon bangkit dari posisinya secara perlahan.
Pria tersebut menarik kerah Leon cukup kuat, ia menatap Leon dengan tatapan yang sangat marah. “Jangan pernah berani, sakitin istri dan anak-anak gue. Lo inget itu, anjing,” ucapnya setelah itu ia langsung mendorong tubuh Leon cukup kencang sampai Leon terjatuh kembali
“Mas Agil....” panggil Klea di belakang sana
Agil membalikkan tubuhnya secara perlahan, menatap sang istri yang sangat amat ia rindui. Lalu, ia menghampirinya.
Tangan Klea beralih mengusap wajah Agil, Klea kembali meneteskan air matanya. “Mas.... Mas Agil....”
Agil meraih tangan Klea, dan ia kecupnya secara perlahan. Lalu, Agil beralih menatap putrinya yang masih menangis di bawah sana sambil memegangi pipinya.
“Ale....” panggil Agil
“Papah....” ucap Alea menangis
“Sakit, nak....?” tanya Agil sambil memegang pipi Alea
Alea mengangguk lemah.
“Pah, udah aku rapihin semua,” ucap Adam yang kini sudah membawa beberapa koper berisi pakaian dirinya, Alea, dan Klea.
Agil kembali menatap Alea, “Ayo bangun....”
Alea bangun secara perlahan dari posisinya, dibantu oleh sang ayah.
“Kita mau ke mana, mas?” tanya Klea menatap Agil
Agil menghela napasnya, lalu ia meraih tangan Klea dan Alea. “Ayo kita pergi dari sini, kita ke London.”