Tentang Agil dan Lukanya

Klea melangkahkan kakinya tergontai-gontai di lorong rumah sakit. Sudah lebih dari seminggu Agam tidak sadarkan diri, darahnya juga belum ketemu karena golongan darah Agam cukup langka dan jarang ada di beberapa rumah sakit.

Keadaan Klea sekarang sangat berantakan, wajahnya terlihat sangat lesu karena dari kemarin belum ada nasi sama sekali yang masuk ke tubuhnya. Mata ia berkunang-kunang, pandangannya sedikit menggelap. Ia memegangi kepalanya, ia merasa ia tidak bisa mengimbangi tubuhnya dan— Bruk! Klea terjatuh, tapi untungnya ada seseorang yang berhasil menangkap dirinya.

“Dek?” ucap seseorang itu

Klea tau panggilan itu. Ia melihat wajahnya, wajah seseorang yang sangat ia butuhkan saat ini.

“Mas Agil….” ucap Klea yang sedetik kemudian langsung kehilangan kesadarannya

Klea membuka matanya, ia terbaring di kasur rumah sakit dengan selang yang menancap di punggung tangannya. Ia memijit pelipisnya, ia merasakan kepalanya sangat pusing.

Klea menoleh kearah pintu ruangannya karena ada seseorang yang masuk, ternyata itu Saka.

“Klea, udah sadar?” tanya Saka

“Agam gimana?”

Saka terdiam sejenak, “Masih sama Klea, belum sadar.”

Hati Klea terasa begitu sakit. Klea rindu Agam, sangat rindu.

“Tapi gue punya kabar baik buat lo,” ucap Saka

“Apa?”

“Darah buat Agam udah ketemu, Klea. Dokter bilang juga Agam udah sedikit membaik, walaupun belum sadar.”

Klea meneteskan air matanya, “Dapet darimana?”

Saka tersenyum, “Ada orang yang dateng donorin darah buat Agam, lo kenal orang itu.”

Klea mengernyit, “Siapa?”

Klea menoleh kearah jendela setelah Saka menunjuknya kearah sana, ia kaget melihat Agil yang berbaring di Sofa putih dekat jendela.

“Agil yang donorin darahnya buat Agam. Agil punya darah AB-, sama kayak Agam. Tadi juga waktu lo pingsan Agil yang bopong lo, terus abis ambil darah dia bilang mau temenin lo disini. Lo ngga sadar ya kalo daritadi Agil nemenin lo disini?” ucap Saka

Klea menggeleng kecil dan kembali meneteskan air matanya, ia menatap Agil yang tidur terlelap disana.

Mas, kenapa Mas Agil sebaik ini sama Lea? /batin Klea

Saka menghela napasnya, “Lo berdua tuh sama sama beruntung. Lo berdua tanpa status, tapi komitmennya kenceng banget. Lo tau ngga sih, setiap Agil ketemu sama gue sama Dito, dia ceritain semua hal tentang lo. Hal kecil banget aja dia ceritain,” jedanya

Klea tersenyum.

“Dia sesayang itu Klea sama lo. Agil berubah total semenjak dia deket sama lo. Agil lebih banyak senyum, beda dari sebelum-sebelumnya,” lanjut Saka

“Maksudnya beda dari sebelum-sebelumnya, apa?” tanya Klea kebingungan

Saka terdiam, ia tersenyum getir, “Asal lo tau, sebelum hadirnya lo di hidup Agil, Agil hancur banget Klea. Lo pasti tau kan maksud gue?”

Klea mengangguk kecil.

“Tapi Agil jago nyembunyiin semuanya, dia terlihat baik-baik aja di depan semua orang. Padahal aslinya lemah, butuh sandaran,” jedanya

Saka menghela napasnya, “Agil udah mendem semuanya dari lama. Gue kasian sama Agil, dia pasti butuh lo banget, Klea.”

Klea terheran-heran dengan ucapan Saka, ia tidak mengerti apa yang Saka maksud.

“Apa Agil pernah cerita tentang keluarganya ke lo?” tanya Saka

Klea berpikir sejenak, lalu ia menggeleng.

Saka terkekeh, “Udah gue tebak, Agil pasti gaakan cerita ke lo. Karena dia tau, kalo dia terlihat lemah di depan lo, yang bakal nguatin lo siapa?”

Klea meneteskan air matanya, hatinya mencelos mendengar perkataan Saka.

“Waktu itu, Agil ngabarin gue sama Dito kalo Agam kecelakaan. Tapi pas Agil mau berangkat liat keadaan lo sama Agam, Bella nelpon Agil. Bella bilang, Ayahnya pulang, mukulin tante Ola. Abis itu Agil bilang ke gue sama Dito, dia nyuruh gue sama Dito buat jagain lo sama Agam. Klea…. Agil dipukulin abis-abisan sama Ayahnya. Ditambah lagi, kalo setiap Ayahnya pulang, penyakit tante Ola bakal kambuh. Tante Ola juga bakal mukul Agil terus terusan, karena dia suka halusinasi kalo Agil itu suaminya. Jadi segala emosi tante Ola yang dipendam itu dilampiasin semua ke Agil, karena tante Ola ngga berani lawan suaminya.”

Klea menutup mulutnya dengan tangan kirinya, ia menahan isak tangisnya.

Jadi selama ini, selama ini dia nguatin gue sedangkan dia sendiri juga butuh dikuatin? /batin Klea

“Lo kaget? Gue udah ngga bisa nahan semua ini dari lo. Agil butuh lo Klea, Agil butuh lo. Sekarang balik lagi ke ucapan gue tadi, Agil jago nyembunyiin semuanya, nyembunyiin perasaannya.”

Klea menangis dalam diam, hatinya seperti ditusuk ribuan jarum. Ternyata hidup Agil lebih berat dari dirinya, tapi Agil selalu terlihat baik-baik saja.

“Agil itu sabar banget orangnya, dia juga pinter nguatin dirinya sendiri. Keliatannya gitu, tapi sebenernya gue juga gatau, apa dia kuat nguatin dirinya sendiri. Gue pernah nangis saking sakitnya ngeliat permasalahan hidup Agil. Agil selalu bilang sama gue sama Dito, tante Ola itu ngga mukulin Agil. Tapi tante Ola lagi nyayangin Agil, lagi elus elus Agil, padahal Agil digebukin abis-abisan. Gue gatau kenapa Agil sekuat itu,” jeda Saka dengan mata yang berkaca-kaca

Klea menatap Agil yang terlihat sangat damai dalam tidurnya, Klea memukul-mukul dadanya karena terasa sangat sakit.

“Agil bilang ke lo ya kalo seminggu yang lalu dia nyusun skripsi? Dia ngga nyusun skripsi Klea, dia kerja. Dia kerja nabung buat sekolah penerbangannya nanti, Agil mau jadi Pilot katanya. Dia juga bilang ke gue, uang tunjangan tiap bulan dapet terus, padahal Om Danendra udah meninggal 7 tahun yang lalu. Agil gapernah mau pake duit tunjangan buat sekolah penerbangannya nanti, dia bilang ke gue itu juga buat masa depannya Bella. Agil hebat ya? Hebat banget, gue baru nemuin orang sehebat dia dan sekuat dia,” ucap Saka yang meneteskan air matanya

“Cillo…” ucap Klea sesegukan

Saka menatap Klea yang sedang menangis, “Kucing yang Agil beliin buat lo itu pake duit tabungan dia Klea, itu juga hasil kerja keras dia sendiri. Dia rela ngga nabung, demi bikin lo seneng.”

Klea lagi lagi menangis dalam diam.

Saka melihat handphonenya sekilas, lalu ia langsung bangkit dari duduknya, “Klea, gue harus pulang. Lo tenang ya, disini aja tunggu Agil bangun. Agam udah ada yang jagain. Ada papah lo, mamah lo, Kala, Wawa, sama Dito.”

Klea menghapus air matanya, ia mengangguk, “Makasih ya, kak? Kalo lo ngga ngasih tau gue semuanya mungkin Mas Agil bakal seterusnya bersikap baik-baik aja di depan gue.”

Saka tersenyum kecil, “Iya, sama-sama. Sekarang gue minta sama lo, ya? Jangan pernah tinggalin Agil, lo juga harus tetep di samping dia, ya? Agil butuh lo, sangat butuh lo.”

Klea mengangguk.

“Yaudah gue balik dulu, Assalamualaikum.”

“Waalaikumsalam.”

Setelah melihat Saka melenggang pergi, Klea langsung menatap Agil yang masih tidur terlelap disana.

“Mas…. maafin Lea…. Lea ngga pernah sadar selama ini. Lea janji, Lea bakal ada di samping mas terus. Mas… Lea sayang banget sama Mas Agil.”