tentang Raline, tentang semua yang dulu menjadi kesalahpahaman
Perasaan seorang perempuan yang kini berada di samping lelaki yang menggenggam erat tangannya sangat campur aduk. Pasalnya, ia benar-benar sangat terkejut saat Agil memberitahunya bahwa Alex itu adalah anak dari mantan pacarnya dulu, anak dari seorang perempuan yang selama ini selalu ia cari keberadaannya.
Klea dan Agil, berdiri di depan sebuah pintu rumah, menunggu sang pemilik membukakan pintunya.
Ceklek! “H-hai,” sapa seorang perempuan yang sangat Klea kenali itu
“Hai, gue dateng.” Klea menoleh ke arah Agil yang tersenyum pada pemilik rumah ini.
“Ayo, silahkan masuk....”
Agil dan Klea langsung melangkahkan kakinya untuk masuk saat itu juga ketika pemilik rumahnya mempersilahkan keduanya untuk masuk. Klea melihat sekeliling rumah ini, terdapat beberapa foto perempuan tersebut dengan Alex. Dan— ada sebuah foto seseorang yang Klea kenali dulu.
“Oh, om Agil sama tante Klea udah dateng.”
Klea menoleh ke arah sumber suara, ternyata di sana ada Alex yang terlihat seperti baru selesai mandi.
“Hai, Alex....” ucap Klea yang setelahnya menerima saliman dari Alex
“Klea, Agil, duduk di sini....” ucap Raline sambil mempersilahkan Agil dan Klea untuk duduk di sebuah sofa
Kini, mereka berempat saling terdiam satu sama lain— Agil, Klea, Raline, dan Alex— Agil yang menyadari bahwa Klea sedari tadi terdiam terus, saat itu juga Agil langsung menyentuh tangan Klea.
“Kenapa, dek?” tanya Agil
Klea menunduk sejenak, lalu ia menatap Raline dan Alex yang duduk di hadapannya.
“Klea, gue minta maaf atas kejadian dulu, gue ngilang gitu aja....” ucap Raline menatap Klea dengan tatapan bersalahnya
Klea menahan tangisnya mati-matian, lalu manik matanya menatap Alex yang disana sedang menunduk. “Alex.... K-kamu, anaknya R-raline?”
“Iya tante, aku anaknya mamah Raline.”
“Ayah kamu, siapa?” tanya Klea dengan cepat
Alex terdiam.
Klea bisa mendengar helaan napas berat dari Agil, ia menoleh menatap Agil yang kini menatapnya juga.
“Alex bukan anak mas, Lea.... Dulu kamu salah paham. Dulu Raline periksa ke dokter di New York, dan hasil usg nya ketinggalan di koper mas....” ucap Agil
Raut wajah Klea benar-benar tak bisa diartikan. “Alex.... Alex anaknya siapa? Lea tadi liat ada foto.... Foto Gara mas, temen kerja mas dulu....” ucap Klea menatap Agil dengan mata yang berkaca-kaca
“Alex anaknya Gara, Klea....”
Klea menatap Raline yang menangis saat itu juga, ia benar-benar sangat terkejut.
“Raline dulu hamil sama Gara, bukan sama mas. Dan ya, Alex itu anaknya Gara. Dulu waktu mas suka kambuh, Raline sama Gara yang selalu nolongin mas. Dan kenapa hasil usg itu ada di koper mas, karena mas waktu itu satu kamar sama Gara, Gara ngiranya kalo koper mas itu kopernya dia....” ucap Agil
Klea sudah tak kuat menahan tangisnya, sebulir air mata berhasil menetes di pipinya. “Terus sekarang Gara di mana?” tanya Klea yang menatap Agil, Raline, dan Alex secara bergantian
Tangis Raline kembali pecah saat itu juga, Alex pun juga tak kuasa menahan tangisnya.
Agil menghela napas beratnya. “Gara ada di pesawat itu. Gara, meninggal....”
Klea menutup mulutnya tak percaya, ia benar-benar tak menyangka dengan semua ini.
“Agil ngga pernah ada niatan sekalipun buat ngeduain lo, Klea.... E-emang awalnya gue mau Agil jadi milik gue lagi, tapi ternyata dia tetep ngejaga hatinya buat lo.... Agil ngga pernah selingkuh, dia cuma cinta sama lo....” ucap Raline menatap Klea sambil menangis
Klea menunduk, ia meremas rambutnya dengan erat. Klea tak tahu apa yang harus ia lalukan sekarang, ia benar-benar tak menyangka bahwa kebenarannya seperti ini.
“Gue minta maaf Klea, gue bener-bener minta maaf dulu gue ngilang gitu aja. Gue ngga berani nemuin lo, dan gue juga pergi dari tempat tinggal gue karena gue dulu selalu diomongin kalo gue itu perempuan murahan. Gue hamil karena kecerobohan gue sama Gara, tapi gue ngga menjadikan anak yang gue kandung itu sebagai anak haram. Gue sayang sama anak yang gue kandung, gue sayang Alex. Disaat gue sama Gara tau kalo gue itu lagi hamil, saat itu juga Gara bilang mau tanggung jawab, Gara mau nikahin gue. Tapi ngga lama, G-gara malah pergi ninggalin gue....”
Tangis Klea juga pecah saat itu juga, ia menyentuh dadanya yang terasa sangat sesak. Jadi selama ini, Raline merasakan hal yang sama seperti dirinya? Bahkan mungkin kini Raline lebih menderita dari dirinya. Klea memang sangat bersyukur untungnya Agil masih hidup, tetapi bagaimana dengan Raline? Klea bisa merasakan rasa sakit yang dialami oleh Raline, bahkan sampai sekarang pun ia bisa merasakannya.
“Kalo lo ngga percaya Alex anaknya Gara, gue bisa buktiin ke lo kok Klea....”
Klea menggeleng dengan cepat saat itu juga. “Ngga, gue percaya kalo Alex itu anaknya Gara. Gue juga percaya, kalo Mas Agil ngga akan pernah nyelingkuhin gue. Dulu gue yang bodoh, Raline.... Gue bener-bener minta maaf sama lo, gue udah berpikiran buruk sama lo. Ternyata hidup lo lebih menderita selama ini....”
Klea menghapus air matanya, lalu ia menghampiri Raline yang sedang ditenangi oleh Alex itu.
Klea meraih kedua tangan Raline. “Lin, gue bisa ngerasain apa yang lo rasain selama ini. Ngebesarin anak sendirian itu berat banget lin, bener-bener berat.... Gue bangga sama lo yang udah bertahan sejauh ini, gue yakin alasan lo bertahan selama ini demi anak lo kan? Demi Alex, kan?”
Raline mengangguk.
“Gue juga seneng banget lo bisa nerima Alex sebagai anak lo, walaupun lo ditinggalin Gara disaat lo berdua udah ngerencanain buat menikah. Lin, lo ibu yang hebat.... Lo kuat, lo berhasil ngelewatin semua ini, sendirian.... Gue paham posisi lo, gue ngerti.... Gue minta maaf ya lin sama lo?” ucap Klea menatap Raline dengan tatapan sendu
“Lo ngga salah sama sekali, Klea.... Lo ngga perlu minta maaf....”
Klea tersenyum, lalu saat itu juga ia langsung memeluk Raline.
“Gue harap lo bisa bahagia berdua sama Alex, ya? Alex baik banget lin asal lo tau....” Klea melepaskan pelukannya, lalu ia tersenyum kepada Raline, “Lo jangan khawatir, sekarang gue bakal jadi temen lo kok. Gue bakal selalu ada buat lo kalo lo butuh temen cerita. Pokoknya sekarang lo ngga boleh sedih lagi, ya? Lo harus nerima takdir yang Tuhan beri. Sekarang kan lo juga udah punya Alex, pasti di atas sana Gara bahagia dan bangga banget liat lo yang berhasil bertahan sejauh ini.”
Raline tersenyum. “Lo kenapa baik banget sama gue, Klea....”
Klea tersenyum tipis, lalu ia menatap Agil yang duduk di sofa sana. “Gue selalu diajarin untuk jadi orang yang baik, walaupun orang di sekitar gue memperlakukan gue sebaliknya.”
Raline tersenyum singkat. “Lo beruntung bisa milikin Agil, lo berdua sama-sama beruntung. Gue selalu berdoa semoga lo berdua bisa menjadi pasangan yang abadi, hidup berdua selamanya sampai waktu lo berdua udah selesai....”
Agil dan Klea tersenyum. “Aamiin.”
Klea melihat Agil yang bangkit dari posisinya. “Sekarang gimana? Apa masalahnya udah Clear? Mas harap udah, dek.... Ngga ada yang perlu kamu khawatirin lagi.... Dulu Raline sama Gara itu jadi sahabat mas, kemana-mana dulu waktu kerja selalu bareng. Mas, ngga pernah menduakan kamu Lea....” ucap Agil menatapnya
Klea pun bangkit dari posisinya, lalu ia memeluk Agil saat itu juga. “Mas, Lea minta maaf....”
“Ngga perlu minta maaf.... Sekarang mas tanya ke kamu, kamu percaya kan kalo anak yang dikandung Raline dulu itu Anaknya Gara? Kamu percaya kan kalo Alex itu anaknya Gara?”
Klea melepaskan pelukannya, ia melihat Alex yang di sana menatapnya juga. Lalu, ia langsung menghampiri Alex. Klea menatap Alex dengan lekat, ia juga mengelus perlahan wajahnya. Pantas saja setiap melihat Alex ia seperti mengenal wajah seseorang, ternyata memang benar seseorang itu adalah Gara, teman kerjanya Agil dulu. Alex, benar-benar sangat mirip dengan Gara.
“Tante....” panggil Alex
Klea tersenyum getir. “Alex, anggap aja om Agil papah kamu ya? Tante yakin, om Agil akan menyayangi kamu seperti anaknya sendiri....”
Alex meneteskan air matanya.
“Jangan nangis, ganteng.... Tante bangga sama Alex, Alex tumbuh jadi anak baik sekarang.... Alex jagain mamah ya selama ini? Alex hebat, tante ngga salah milih mantu,”
Agil, Klea, Raline, dan Alex terkekeh kecil.
“Pokoknya udah, Alex tenang aja. Alex sama mamah Raline udah tante anggap sebagai keluarga tante sendiri. Pokoknya Alex kalo ada apa-apa bilang sama tante atau om Agil, ya?” ucap Klea menangkup wajah Alex dan menatapnya dengan lekat
Alex mengangguk. “Makasih, tante....”
“Makasih ya lin udah bantu jelasin,” ucap Agil tersenyum menatap Raline yang kini mengantarkannya ke depan rumah
“Iya sama-sama.”
“Ya walaupun sebenernya gue ngga tau, ini istri gue bener-bener percaya atau ngga.”
Klea menepuk secara perlahan lengan Agil, lalu ia tersenyum manis ke arah Raline. “Percaya kok, gue percaya. Tadi kan lo udah kasih tau foto-foto lo dulu sama Gara, sama Mas Agil. Dan.... yang masalah bar, hehe maaf ya gue salah paham....”
Agil dan Raline terkekeh.
“Yaudah kalo gitu gue sama Klea pamit dulu, ya? Alex, om sama Tante pamit dulu,” ucap Agil
“Salim sana lex sama om tante,” ucap Raline
Klea dan Agil sama-sama tersenyum hangat saat Alex mengecup tangan mereka berdua.
“Gue harap setelah ini lo berdua hidup bahagia ya sama anak-anak lo,” ucap Raline
Klea terkekeh kecil. “Aamiin. Tapi bakal lebih bahagia kalo kita jodohin anak kita, kan?”
Agil melongo, ia langsung menatap Klea saat itu juga. “Masih kecil, ngga boleh nikah dulu.”
Klea berdecak malas. “Apasih, siapa yang ngomongin nikah coba? Lea kan cuma bilang mau jodohin anak kita.”
Raline dan Alex terkekeh.
“Udah, ah. Bini gue tuh makin lama makin ngaco, gue harus bawa balik,” ucap Agil menatap Raline
Klea hanya berdecak.
“Iya-iya sana. Hati-hati, ya? Sehat-sehat juga nih dede bayinya,” ucap Raline tersenyum sambil mengusap perut Klea
Agil dan Klea tersenyum manis. “Aamiin, makasih ya. Yaudah kita pamit, ya? Assalamualaikum....” ucapnya setelah itu mereka berdua langsung melenggang pergi dari rumah Raline