The Day: Kehadiran

Rumah Agil kini sudah berdatangan banyak orang, mereka semua memakai baju putih dengan motif yang berbeda-beda. Di depan rumahnya terdapat bendera kuning yang bertuliskan nama seseorang, Putri Ayu Olandra binti Naraja Kanandra.

Kini Agil duduk di kasur milik Ola, ia tidak sadar bahwa ia sudah 1 jam berada di kamar Ola hanya termenung.

“Mas,” panggil Klea— Klea yang sekarang sudah sah menjadi istrinya Agil

Klea duduk di samping Agil. Ia menyenderkan kepalanya di pundak Agil, sesekali ia mengelus punggung dan lengan Agil.

“Mas, jangan ngelamun terus.”

Agil menoleh kearah Klea, ia menatap Klea cukup lama.

Cup! Agil mengecup dahi Klea.

“Di depan udah rame?” tanya Agil

Klea mengangguk, “Lagi pada bacain Yasin buat mama. Kak Dito, Kak Saka, sama Kak Abeng nanyain Mas Agil.”

Agil menghela napasnya, “Mas ngga kuat ngeliat mama, dek.”

Klea meraih tangan Agil, ia genggamnya secara perlahan, “Keluar, ya? Bacain lagi Yasin buat mama.”

Agil terdiam sejenak.

“Ayo, mas....”

Agil langsung bangkit, dan mereka berdua langsung keluar dari kamar Ola.

Agil sangat senang melihat semua orang yang berada disini. Syukurlah, ternyata banyak orang yang mendoakan mama.

Baru saja Agil ingin duduk untuk membacakan surat Yasin di samping Ajeng dan Bella, Agil di kagetkan dengan suara seseorang yang sangat ia kenal suaranya.

“Assalamualaikum,” ucap seseorang itu

Ajeng dan Bella yang sedang membaca Yasin seketika menghentikan aktivitasnya, mereka berdua menoleh kearah sumber suara.

Betapa kagetnya Agil, Ajeng, dan Bella melihat seseorang yang berdiri di depan pintu sekarang.

Itu pak Danendra, bu?

Hah? Pak Danendra masih hidup?

Bisik-bisik ibu-ibu makin membuat Agil yakin bahwa ini bukanlah mimpi.

“Ajeng, Agil, Bella,” panggil seseorang itu

“Bapak....” ucap Bella yang setelahnya langsung berlari menghampiri dan memeluk Danendra— Bapak kandung Galang, Ajeng, Agil, dan Bella

Agil mengerjapkan matanya berulang kali, ia meneteskan air matanya. Sama hal nya denga Ajeng, ia melakukan hal yang sama dengan Agil. Mereka berdua masih tidak percaya dengan apa yang mereka lihat sekarang. 7 tahun lamanya? Bapak kembali?

Danendra melangkahkan kakinya menghampiri kedua anaknya yang masih saja terdiam.

“Ajeng, Agil. Ini bapak, nak....”

“Bapak?” ucap Ajeng

Danendra tersenyum, “Bapak.”

Detik itu juga Ajeng langsung memeluk Danendra. Ia menangis, menangis sejadi-jadinya.

“Bapak.... bapak masih hidup?” tanya Ajeng sambil menangis?

Danendra mengangguk.

Ajeng kembali memeluk Danendra, “Bapak kemana aja pak.... kita disini kangen sama bapak....”

“Maafin bapak, ya?”

Setelah bertukar rindu dengan Ajeng dan Bella, Danendra langsung menghampiri Agil yang masih saja terdiam di posisinya.

“Kamu masih inget bapak, gil?” tanya Danendra menatap anak lelakinya ini

Agil meneteskan air matanya, “Bapak?”

Danendra tersenyum getir. Lalu ia memukul dada Agil sebanyak 3 kali, hal itu yang biasa ia lakukan dulu ketika anak lelakinya berbuat salah.

Agil ingat pukulan ini, Agil ingat. Agil menatap lekat lelaki yang berada di hadapannya ini, lalu ia langsung memeluknya dengan erat.

“Bapak....” ucap Agil

Danendra membalas pelukan Agil, “Iya, nak. Ini bapak, bapak kamu.”

“Bapak....” ucap Agil kembali sambil menangis dalam dekapan Danendra

Agil melepaskan pelukannya, ia masih tak menyangka bahwa seseorang yang ia peluk adalah seseorang yang sangat ia rindui.

Agil melihat Danendra dari atas sampai bawah, “Bapak masih hidup?” tanya Agil yang masih saja tidak percaya

“Masih, gil. Bapak masih hidup.”

Agil masih tak menyangka, ia kembali memeluk Danendra.

“Pak, Agil seneng banget b-bapak masih hidup.”

Danendra juga ikut menangis saat melihat Agil menangis seperti ini, dadanya terasa sangat sakit. Danendra meremas erat rambut dan tubuh Agil, itu menandai bahwa Danendra sangat rindu dengan anak-anaknya.

Danendra melepaskan pelukannya.

“Pak.... Mama udah ngga ada, pak...” ucap Agil menatap Danendra

Danendra menatap sendu anaknya, lalu ia memegang pundak Agil, “Kenapa kamu bisa sekuat dan setegar ini, gil?”

Agil meneteskan air matanya, “Kan dulu Bapak yang selalu ngajarin Agil buat jadi orang yang kuat, Bapak selalu marahin Agil disaat Agil terlihat lemah. Sekarang Agil kuat pak, walaupun Agil sering ngeluh capek dan bahkan mau nyerah.”

Danendra tersenyum getir, “Maafin bapak, ya? Bapak bangga banget gil sama kamu. Dan pasti Mama sama Mas Galang juga bangga banget sama kamu. Nanti Bapak ceritakan semuanya, ya? Sekarang bapak mau ketemu sama Mamamu dulu untuk terakhir kalinya,” ucap Danendra menatap Agil

Agil mengangguk lalu ia berdiri di samping Klea.

Danendra mendudukkan dirinya di lantai, ia membuka kain yang menutupi wajah istrinya. Betapa sakit hatinya ia melihat wanita yang sangat ia cintai terbujur kaku sekarang.

“La, maafin mas, maafin mas la. Sekarang mas pulang cuma buat anterin kamu ke peristirahatan terakhir ya, la?” jedanya

“Tenang ya, la. Mas sekarang udah disini, Mas yang bakal jagain anak-anak kita sekarang. Mas janji, Mas akan bahagiain anak-anak kita. Bahagia ya la sama Galang diatas sana, Mas titip salam buat Galang, Mas juga minta maaf sama Galang. Makasih ya, la? Makasih udah besarin anak-anak kita sampai sebesar ini. Hal terbesar yang Mas sesalkan adalah membiarkan kamu menikah dengan lelaki yang tak sepatutnya kamu nikahi, dan seharusnya waktu itu Mas pulang. La, mas sayang sama kamu sampai kapanpun.”