The Decision I Made

Klea memijat pelipisnya, ia menjatuhkan tubuhnya di kasurnya. Ia menatap langit-langit kamarnya, ia teringat bahwa dulu setiap malam pasti ia selalu mengobrol dengan Agil sambil menatap langit-langit kamar.

Klea meneteskan air matanya, “Lea kangen, mas.... sekarang Lea harus gimana? Lea ngga mau khianatin mas, Lea ngga mau nikah lagi....”

“Mas.... Lea mau ikut mas.... Lea capek, mas....”

Ceklek! Klea menghapus air matanya, ia langsung bangkit dari posisinya. Ia melihat di pintu kamarnya sudah ada Alea yang berdiri sambil membopong sebuah tas yang terlihat isinya sangat penuh.

Klea menghampiri Alea, “Kamu mau kemana?”

“Pergi. Kalo mamah ngga mau nikah sama om Leon, Ale bakal pergi dari rumah ini,” ucapnya tegas

Klea sangat terkejut dengan perkataan Alea, apakah ia senekat ini?

“Sekarang pilihan mamah cuma dua. Pilih menikah sama om Leon, atau Ale bakal pergi dari rumah ini sekarang juga. Tapi ya sama aja, sih. Kalo mamah tetep ngga mau nikah sama om Leon , Ale bakal pergi sekarang juga.”

“Maksud lo apaan?” tanya Adam yang tiba-tiba saja datang

“Gue mau mamah nikah sama om Leon.”

“Assalamualaikum. Ada apa, nih?” ucap Agam yang baru saja pulang dari kerjanya

“Waalaikumsalam.”

Agam mengernyit melihat Alea yang sekarang menenteng sebuah tas besar, “Ale, kamu mau kemana?”

“Pergi.”

“Hah?” ucap Agam kebingungan

Klea menatap Alea, “Mamah ngga mau nikah sama Leon.”

Alea terkekeh sinis, lalu ia mengangguk paham, “Oke, berarti sama aja mamah mau Ale pergi dari rumah ini.”

Klea menggeleng dengan cepat, “Ngga, mamah ngga mau kamu pergi dari rumah ini. Mamah mohon Ale, jangan kayak gini.”

“Jangan kayak gini gimana?” tanya Alea

“Ngga ada yang bisa gantiin papah kamu....”

Alea berdecak kesal, “Mamah kenapa egois banget, sih? Mamah cuma mikirin perasaan mamah, mamah ngga mikirin perasaan aku sama Mas Adam. Aku, butuh, sosok, Ayah, mah....” ucap Alea menahan tangisnya

“Tapi cuma Mas Agil papah kamu satu-satunya, Alea,” ucap Klea yang sudah tidak bisa menahan tangisnya

Alea menghela napasnya dengan kasar, “Kenapa ngga mamah aja sih yang pergi dari dunia ini?”

Adam terkejut, “Ale!”

Alea sudah tak bisa menahan tangisnya, “Kenapa harus papah yang pergi? Kenapa ngga mamah aja?”

“Ale, kamu kenapa ngomong kayak gitu?” ucap Agam tak percaya

Klea menangis sejadi-jadinya.

Alea berjalan perlahan menghampiri Klea, “Kenapa, ngga, mamah, aja, yang, meninggal?” ucapnya

Klea menatap Alea sambil menangis, “Ale, stop....”

Agam dan Adam benar-benar tak habis pikir dengan perlakuan Alea sekarang ke Klea.

“Kenapa harus papah yang meninggal? KENAPA NGGA MAMAH AJA YANG MATI?!—“

Plak! Bruk!

“ADAM!” teriak Klea

“KEBANGETAN LO!” teriak Adam menatap Alea yang tersungkur di bawah sana

Iya, Adam menampar Alea sampai ia tersungkur jatuh di bawah lantai.

Napas Alea tersendat-sendat, ia mengerjapkan matanya berulang kali. Ia masih percaya dengan apa yang baru saja dilakukan Adam kepadanya. Adam menamparnya?

“Lo gila kah, Manika Alea Adine?!” jeda Adam

Klea masih saja menangis, sedangkan Agam masih saja terpaku disana.

“Lo tega ngomong kayak gitu sama mamah lo sendiri? Apa lo tau perjuangan mamah selama ini gimana? Mamah ngebesarin kita sampe sebesar ini dengan kasih sayang, tapi lo perlakuin mamah kayak gini?!” ucap Adam tegas

Alea bangkit dari posisinya, ia mendorong tubuh Adam.

“LO BERANI NAMPAR GUE, HAH?!” teriak Alea dengan napas yang tak teratur

“KENAPA NGGA BERANI?! LO UDAH KETERLALUAN! Lo nyakitin hati mamah, Alea. Lo bener-bener ngga tau diri jadi orang. Coba lo bayangin, apa mudah di posisi mamah?! Mamah ditinggal sama papah dan mamah selalu nyalahin diri sendiri padahal itu jelas-jelas bukan kesalahan mamah. Mamah nyari dimana keberadaan tante Raline bertahun-tahun cuma buat buktiin siapa anak yang dikandung dia. Mamah difitnah orang-orang dan bahkan kita berdua juga difitnah kalo kita itu anak dari hubungan gelap. Dan sekarang, sekarang lo minta mamah buat nikah sama orang yang udah berhasil ngehancurin keluarga kita selama ini? Dan bahkan lo bilang kenapa ngga mamah aja yang mati? Otak lo dimana, Alea?!” ucap Adam yang kini meneteskan air matanya

“Adam.... jangan marahin adik kamu....” ucap Klea menangis sambil memegang lengan Adam

Alea meneteskan air matanya.

“Sekarang lo mau pergi? Silahkan! Lo rasain gimana dunia luar tanpa ada mamah di samping lo. Sampai kapanpun, lo ngga akan pernah bisa hidup tanpa seorang ibu, Alea. Lo ngga usah khawatir, lo mau pergi kemana terserah. Disini masih ada gue sama om Agam yang jagain mamah.”

Alea mengangguk, “Oke, gue pergi.”

Alea menatap Klea sekilas, lalu ia membalikkan tubuhnya dan melenggang pergi. Tapi, dengan cepat Klea menahan Alea pergi sambil memohon berlutut di bawah lantai.

“Mah! Kak!” ucap Adam dan Agam berbarengan

Alea menoleh, ia menunduk melihat Klea yang menangis di bawah sana sambil memegang tangannya.

“Mamah mohon, jangan tinggalin mamah....” ucap Klea mendongak menatap anaknya

Alea meneteskan air matanya.

Klea bangkit dari posisinya secara perlahan, lalu ia menangkup wajah Alea.

Klea kembali menangis, dadanya terasa sangat sakit. Ia menghela napas beratnya, lalu berkata sesuatu kepada Alea yang membuat Adam dan Agam terkejut.

“M-mamah mau nikah sama om Leon.”