the only one.

Klea menoleh saat ia menyadari ada seseorang yang duduk di sampingnya. Ternyata, itu Dierrel. Dierrel memberikan secangkir teh kepada Klea, lalu Klea menerimanya dengan sepenuh hati.

Klea menyeruput sedikit tehnya, “It’s chamomile?”

Dierrel mengangguk.

Setelah menyeruput tehnya, Klea kembali menatap langit sore di depan sana.

“Kamu kenapa nangis? Kamu nangis kan tadi? Kata grandma kamu nangis,” ucap Dierrel yang sedang menatap langit sore juga

Klea menghela napasnya, “Cuma sedih aja.”

“Sedih kenapa?”

“Ya.... Sedih liat foto foto sama video kamu waktu kecil.”

“Apa kamu udah sepenuhnya percaya kalo saya ini memang Dierrel?”

Klea terdiam sejenak, ia menunduk, lalu mengangguk kecil.

Sudah sekitar setengah jam mereka berdua terdiam duduk di jendela sambil menatap langit sore yang mulai menggelap, mereka benar-benar tak berbicara lagi sedari tadi. Namun, pada akhirnya pun Dierrel kembali membuka suaranya untuk memecahkan keheningan ini.

“Kamu ngga bosen liatin langit terus daritadi? Udah setengah jam, loh.”

Klea menggeleng, “Ngga akan pernah bosen. Kamu suruh aku seharian buat liatin langit terus bakal aku lakuin, kok.”

“Ngga, ngga akan mau. Nanti kamu sakit, saya yang repot.”

Klea menoleh, menatap Dierrel dari samping. Lalu, ia kembali menatap langit lagi.

“Kamu pernah kangen seseorang?” tanya Klea tiba-tiba

“Pernah.”

“Who? Your parents?”

“Yes.”

“Orang tua kamu beneran udah meninggal?” tanya Klea menatap Dierrel

Dierrel terdiam sejenak, lalu ia mengangguk, “Mamah meninggal beberapa hari setelah lahirin saya, papah meninggal karena kecelakaan.”

Klea menunduk, “I’m sorry to hear that.”

“Kalo kamu? Pasti kamu selalu kangen ya sama suami kamu?”

Klea tersenyum getir, “Ngga usah ditanya lagi, always. aku bener-bener kangen sama dia....”

“Em.... Aku pernah dikasih tau sama Kenny, kalo kamu hidup dalam penyesalan. Kalo boleh aku tau, itu maksudnya gimana ya? Kamu ngelakuin apa, sampe buat kamu nyesel?” tanya Dierrel penasaran

Klea meneteskan air matanya, ia kembali menangis. Hal itu membuat Dierrel terkejut melihatnya, dengan sangat ragu Dierrel mengelus pundak Klea.

“I-im sorry, seharunya saya ngga tanya itu.”

“It’s okay.... Aku lebay nih dikit-dikit nangis....” ucap Klea terkekeh sambil menghapus air matanya

“Minum lagi tehnya....” ucap Dierrel

Setelah menyeruput habis tehnya, Klea kembali menatap langit. Ia memandangnya tanpa rasa bosan sama sekali.

Klea menghela napasnya, “Aku nyesel, nyesel ngga pernah ngehargain Mas Agil. Aku bodoh, aku gampang kehasut omongan orang. Aku juga nyesel, aku nyesel ngucapin kata-kata yang ngga seharusnya aku ucapin. Aku ngga pernah nyangka, kalo kata-kata aku bisa bikin dia pergi ninggalin aku dan anak-anak aku....”

Dierrel menatap Klea yang tak berhenti meneteskan air matanya, ia benar-benar bisa merasakan sakit yang Klea rasakan.

“Dan sekarang, aku menikah dan berumah tangga sama orang yang udah berhasil hancurin rumah tangga aku dulu. Aku bodoh kan, errel?” tanya Klea menatap Dierrel

Dierrel menggeleng, “No, jangan pernah bilang kalo kamu itu bodoh. Kamu ngelakuin semua ini karena terpaksa, kan? Kamu ngelakuin ini karena ngga ada jalan lain,” jedanya

Dierrel menghela napasnya, ia menatap langit yang di mana terdapat burung burung berterbangan di atas sana, “Terkadang seseorang itu kalo lagi di ambang keputus asaan, mereka ngga bisa berpikir dengan jernih dan bahkan ngga bisa berpikir panjang. Sampai akhirnya, suatu hal yang cukup buruk mereka ambil saat itu juga. I know, kamu ngelakuin ini semua untuk anak perempuan kamu, kan?”

Klea menunduk.

“Aku ngga mau menyalahkan kamu, apalagi aku bilang kalo kamu itu bodoh. Pasti berat banget, kan?” tanya Dierrel yang kini menatap Klea

Klea meneteskan air matanya saat ia menatap manik mata Dierrel.

“Akleea, kamu cinta sama Leon?” tanya Dierrel yang tak berhenti menatap manik mata Klea

Klea tidak menjawab pertanyaan Dierrel, karena ia sendiri pun sampai sekarang masih bingung dengan perasaannya sendiri.

“Kamu jujur aja sama saya, kamu jujur sesuai dengan hati kamu. Do you love him?” tanya Dierrel sekali lagi

Klea kembali meneteskan air matanya, lalu ia menggeleng lemah, “I tried, but still can't....”

Dan pada detik itu juga, Klea kembali menangis sejadi-jadinya.

“Kadang aku ngerasa kalo aku cinta sama Leon, tapi tetep aja aku ngga bisa bohongin perasaan aku sendiri.... aku bener-bener ngga bisa buka hati buat orang lain lagi....” lirih Klea sambil menangis

Dierrel membawa Klea ke dekapannya, ia memeluk Klea yang menangis, ia memeluknya dengan sangat erat.

“Aku ngga bisa berpaling ke lain hati, hati aku tetep buat Mas Agil sampai kapanpun.....” ucap Klea disela-sela tangisannya

Dierrel ikut meneteskan air matanya, ia mengusap perlahan punggung dan kepala Klea, “Jangan nangis....”

Klea melepaskan pelukannya, ia menghapus air matanya secara perlahan. Ia membenarkan posisi duduknya, dan lagi-lagi ia kembali menatap langit yang sekarang sudah mulai menggelap.

“Errel,” panggil Klea

“Ya?”

“Kalo kamu kangen seseorang, tatap aja langit sore. Hal itu yang Mas Agil lakuin dulu, dan sampai sekarang pun aku juga ngelakuin itu. Makanya kamu juga jangan heran, kalo kamu sering liat aku tatap langit terus.”

Dierrel menatap wajah Klea dari samping. Cantik, selalu cantik. Lalu, ia kembali menatap langit.

“Coba kamu bayangin, kalo saya itu suami kamu. Sekarang coba kamu liat saya, kamu bilang ke saya apa yang mau kamu bilang. Anggap saya ini suami kamu,” ucap Dierrel membenarkan posisinya menghadap Klea

Klea menoleh ke arah Dierrel yang kini menghadap ke arahnya sekarang.

“Ayo, saya mau kamu ngeluarin semuanya. Saya ngga mau kamu sedih terus, saya mau kamu bahagia, Klea....” ucap Dierrel menatap Klea

Klea meneteskan air matanya, “Tapi kebahagiaan aku udah hilang, errel....”

Dierrel menggeleng, “No, kebahagiaan kamu masih ada, tapi kamu ngga sadar itu. Ayo, sekarang coba kamu tatap mata saya. Bayangin kalo saya ini suami kamu, kamu bilang semuanya ke saya, kamu keluarin semuanya.”

Suara burung burung berkicauan, pepohonan yang tertiup angin, beberapa kendaraan yang berlalu lalang, dan cahaya yang kini sudah mulai meredup. Dua pasang insan yang kini terduduk di sebuah jendela kamar, saling berhadapan dan menatap satu sama lain. Klea, dan Dierrel saling menatap lekat satu sama lain. Mereka tidak peduli sama sekali jika ada orang orang yang melihat mereka, mereka berdua hanya merasakan bahwa mereka berada di sebuah tempat yang sangat sunyi dan sepi.

Klea meraih kedua tangan Dierrel, ia genggamnya secara perlahan.

“Mas.... ini Lea.... Lea minta maaf ya, mas? Lea ngga pernah ngehargain apa yang mas kasih ke Lea selama ini. Lea lebih mentingin omongan orang, padahal omongan itu belum tentu bener. Mas.... Lea beruntunggg banget ketemu sama mas.... Lea beruntung milikin mas.... kalo seandainya waktu bisa diputar lagi, Lea ngga akan ucapin kata-kata itu ke mas, Lea bakal bales pelukan mas waktu itu. Andai Lea bisa tahan ego Lea, mungkin hari itu kita ngerayain ulang tahun Lea bareng bareng. Lea ngga pernah nyesel hidup sama mas, Lea bahagiaaaa banget hidup sama mas.... Lea ngga pernah nemuin sebuah rumah senyaman ini.... Mas.... Lea tuh berharap banget kita bisa menua bersama, kita habisin sisa hidup kita bersama. Kita hidup bersama, sampai kita bisa ngeliat anak-anak kita nemuin pasangannya masing-masing. Kita bisa kan mas hidup bersama selama-lamanya? Mas.... kalo sekarang Lea dikasih pilihan untuk hidup sendiri atau ikut sama Mas Agil, Lea bakal pilih untuk ikut sama Mas Agil.... Lea ngga bisa mas hidup tanpa mas.... rasanya kalo ngga ada mas di samping Lea, Lea kayak jalan tanpa arah.... berat mas, berat..... Lea mau ikut sama mas, kemanapun itu.... Lea mau terus berada di samping mas, selamanya.... Mas.... Lea sayang banget sama mas..... Maafin semua kesalahan Lea, ya? Mas, i love you until i die. You will be the only one in my heart, forever.”