this is for you, for us.
“Mas ini di mana sih....” ucap perempuan yang matanya tertutup oleh sehelai kain, dan kini ia dituntun secara perlahan untuk menuju ke suatu tempat.
Adam dan Alea yang melihat Agil menuntun Klea melangkahkan kakinya hanya tersenyum.
“Udah, mamah tinggal ikutin aja. Ini sebentar lagi sampe, kok,” ucap Alea
Klea benar-benar sangat bingung. Setelah Agil menyelesaikan pekerjaannya, Agil langsung membawa Klea pergi. Dan sebelum Agil mengajaknya pergi, Agil menutupkan mata Klea menggunakan sehelai kain. Klea tidak tahu, apa yang sebenarnya Agil ingin lakukan kepadanya? Bahkan Klea juga terkejut, disaat Agil bilang sudah sampai di tempat tujuannya, ternyata anak-anaknya pun berada di sini juga. Sebenarnya, apa yang mereka rencanakan?
“Ini ngga terlalu jauh dari Apart, ya? Ini kita di mana, sih?” tanya Klea yang sangat penasaran
“Mas? Sumpah malah diem aja ditanyain. Anak-anak juga mana lagi,” ucap Klea kesal
Agil menghentikan langkahnya, dan Klea pun juga menghentikan langkahnya. Klea menoleh ke kanan dan ke kiri, ia berusaha melihat sebenarnya sekarang ia berada di mana. Klea tak mendengar ada suara apapun di sini, rasanya sangat sepi. Dan sekarang pun udaranya sangat dingin, ia menggenggam tangan Agil cukup erat.
“Ini udah? Kok berhenti?” tanya Klea sambil memainkan salju dengan kakinya di bawah sana
“Kamu siap ngga?” tanya Agil
“Ya siap lah aduh cepetan dong ini sumpah Lea ngga betah matanya ditutupin kayak gini....”
Agil terkekeh, lalu ia melepaskan genggaman tangannya pada tangan Klea. Agil mendekap sedikit tubuh Klea, lalu ia berbisik.
“Mas harap kamu suka pemberian mas, dek....”
Klea merasakan tubuhnya sangat merinding disaat Agil membisikkan sesuatu di telinganya. Klea tidak bisa menahan senyumnya, mengapa Agil terus saja membuat hatinya berdebar seperti ini.
Cup! Agil mengecup pipi Klea, lalu ia membuka kain yang menutupi mata Klea secara perlahan. “Jangan dibuka dulu matanya....”
Klea menuruti permintaan Agil, ia masih saja memejamkan matanya sambil tersenyum. Klea benar-benar sangat penasaran, apa yang Agil berikan untuk dirinya.
Agil beralih berdiri di belakang tubuh Klea, ia memegang kedua pinggul kecil milik istrinya itu. Lalu, ia mendekatkan wajahnya ke telinga Klea. “Dek.... Buka matanya....”
Klea tersenyum, lalu ia menarik napasnya secara perlahan dan langsung membuka matanya saat itu juga.
“SURPRISE!!!!” teriak Adam dan Alea
Klea mengerjapkan matanya berulang kali, jantungnya benar-benar sangat berdebar. Ia menutup mulutnya tak percaya melihat sesuatu yang kini berada di hadapannya.
“Suka ngga?” tanya Agil yang kini menatap Klea
Klea menoleh, menatap Agil yang kini tersenyum sambil menatapnya. “Mas.... I-ini, beneran?” tanya Klea tak percaya
Agil tersenyum manis. “Beneran, sayang.... This is for you, for us.”
Klea meneteskan air matanya, ia menggelengkan kepalanya secara perlahan sambil menatap Agil. “Bohong, kan?”
“Ya Allah mah ngga bohong.... Ini aku buktiin deh. Ayo mas, kita masuk,” ucap Alea
Klea menatap Alea dan Adam yang di sana memasuki sebuah rumah minimalis bewarna putih dan hitam. Memiliki nomor rumah dengan angka tiga ratus lima belas, dan di samping rumah tersebut juga terdapat beberapa pohon pinus yang ditutupi oleh salju.
Klea tak kuat menahan tangisnya, lalu ia kembali menatap Agil yang masih saja menatapnya. “Rumah? Mas kasih Lea rumah?” ucapnya dengan nada yang bergetar dan mata yang berkaca-kaca
Agil mengusap perlahan pipi Klea, ia menatapnya sangat lekat. “Iya, dek.... Rumah.... Buat kamu, buat Mas, buat anak-anak....”
Tangis Klea langsung pecah saat itu juga, ia mendekap Agil dengan sangat erat. Agil tersenyum, membalas dekapan perempuan yang sangat ia cintai ini.
“M-mas kasih Lea r-rumah?” tanya Klea sekali lagi memastikan bahwa ini semua bukanlah mimpi
Agil mendekap Klea sangat erat, lalu ia mengecup pucuk kepala Klea. “Iya, sayang.... Kenapa nanya lagi?”
“Lea mimpi ngga sih, mas....” ucap perempuan itu yang kini melepaskan pelukannya dan menatap lelaki yang berdiri di hadapannya
Agil menggeleng. “Ngga, kamu ngga mimpi.”
Klea menunduk, ia menangis kembali.
“Dek.... Kenapa nangis terus, sih? Kamu ngga suka ya sama rumahnya? Terlalu biasa aja? Kecil, ya?” tanya Agil
Klea mendongak menatap Agil, lalu ia menggeleng. “Ngga, mas.... Sumpah, ini udah cukup.... Lea nangis, karena Lea seneng banget.... Lea ngga nyangka, Mas kasih Lea rumah lagi.... Mas sayang banget ya sama Lea? Mas selalu ngelakuin apapun buat bahagiain Lea....”
Agil terkekeh, tangannya beralih mengusap surai rambut perempuan yang kini masih saja menangis di hadapannya. “Kenapa nanya kayak gitu coba? Iya jelas Mas sayang lah sama kamu, dek.... Mas sayang banget sama kamu. Kalo Mas ngga sayang sama kamu, mungkin sekarang bukan kamu yang Mas pilih buat jadi teman hidup Mas.... Mas udah pernah bilang kan sama kamu dulu? Mas akan ngelakuin apa aja untuk bahagiain kamu. Mas ngelakuin sebisa Mas, semampu Mas, untuk bahagiain kamu Lea....” ucapnya sambil menatap lekat sang istri
Tangis Klea kembali pecah, ia kembali memeluk Agil dengan erat. “Mas.... Makasih.... Mas udah ngelakuin apapun buat Lea bahagia.... Andai Mas tau, apapun itu yang Mas lakuin ke Lea, sebesar dan sekecil apapun itu, Lea pasti bahagia Mas....” jeda Klea
Klea melepaskan pelukannya, lalu ia mengusap wajah Agil secara perlahan. “Kebahagiaan Lea itu cuma Mas.... Kalo Mas pergi dari hidup Lea, kebahagiaan Lea juga ikut pergi, Mas.... Maka dari itu, tolong jangan tinggalin Lea lagi, ya? Lea mohon.... Kalo emang Mas mau pergi lagi, ajak Lea Mas....”
“Kamu mau ikut Mas pergi?” tanya Agil
Klea mengangguk dengan cepat.
“Kemana pun Mas pergi, kamu mau ikut?” tanya Agil sekali lagi
Lagi-lagi Klea mengangguk dengan cepat. “Kemana pun, Mas.... Lea bakal ikut kemana pun Mas pergi....”
Agil menghela napasnya, lalu ia tersenyum dan mengecup dahi Klea cukup lama. “Mas ngga akan pergi ninggalin kamu lagi, Lea.... Mas akan terus di samping kamu sekarang....” ucapnya sambil menatap manik mata perempuan yang berada di hadapannya
“Janji?” ucap Klea menatap lekat lelaki yang sangat ia cintai ini
Agil tersenyum. “Mas janji, dek....”
Klea tersenyum sangat lega, ia kembali masuk ke dalam dekapan Agil. “Makasih, Mas.... Makasih untuk semuanya.... Lea bener-bener beruntung, punya teman hidup seperti Mas Agil....”
“PAPAH, MAMAH, AYO MASUK! INI NGGA MAU LIAT-LIAT ISI RUMAH BARU KITA APA? DI LUAR DINGIN TAU,” teriak Alea
“YA NGGA DINGIN, ALE. KAN PAPAH SAMA MAMAH PELUKAN TERUS DARITADI,” sarkas Adam dengan nada yang cukup keras
Agil dan Klea melepaskan pelukannya, mereka berdua terkekeh saat anak-anaknya di depan sana meneriaki mereka berdua.
“CEPETAN MASUK ATAU AKU KUNCIIN YA KALIAN BERDUA?! PACARAN MULU, HUH!!!!” teriak Alea
“Berisik banget ni anak satu,” ucap Adam kesal
Bugh! Alea memukul lengan Adam cukup keras sampai Adam meringis kesakitan. “PAPAH, ALE NAKAL NIH MUKUL AKU TERUS!” teriak Adam mengadu kepada Agil
Lagi-lagi Agil dan Klea terkekeh sambil menggeleng-gelengkan kepalanya melihat kedua anaknya yang di depan sana bertengkar.
“Udah yuk dek masuk, itu anak-anak kalo ngga ada yang pisahin ya ngga bakal berhenti,” ucap Agil menatap Klea
Klea terkekeh. “Ya begitulah anak-anak kamu. Ya bayangin aja aku selama ini ngurus tuh anak berdua apa ngga pusing ribut mulu tiap hari.”
“Anak Lea, anak Mas, anak kita. Sekarang kamu tenang aja, kamu ngga akan pusing lagi. Kan udah ada Mas, dek....” ucap Agil yang setelahnya kembali mengecup dahi Klea