Twins

Klea melangkahkan kakinya menuju penyeberangan. Cuacanya kali ini cukup panas, sampai ia rasanya ingin sekali berendam di air es. Keadaan saat ini cukup ramai, karena banyak orang-orang yang baru saja pulang dari kantor. Klea memegangi perutnya sedari tadi karena ia merasakan sakit yang sangat luar biasa. Klea berhenti di tengah jalan, sampai ada beberapa orang yang menabraknya.

Duh, jalan dong!” ucap orang-orang

Klea kembali melangkahkan kakinya secara perlahan dengan perut yang terasa sangat sakit sekali. Setelah ia berhasil menyebrang jalanan, ia berdiam diri di dekat tiang sambil memegang tiang tersebut dan meringis kesakitan.

“Yaallah.... sakit banget....” ucapnya kesakitan sambil memegangi perutnya

Klea mengambil handphonenya yang berada di tasnya dengan tangan yang gemetaran, dan tiba-tiba saja— Prak! Handphonenya terjatuh.

Keringat bercucuran di wajah Klea, ia benar-benar tidak bisa menahan rasa sakitnya ini. Ia merasa bahwa ada air yang mengalir di kakinya, apakah ini air ketuban? Siapapun, tolong Klea sekarang juga.

“Tolong....” rintihnya

Semua orang yang berada disana menoleh mendengar Klea merintih kesakitan, mereka semua langsung menghampiri Klea.

Mba, kenapa?

Aduh ini mau melahirkan, ya? Tolong panggil ambulan.

Mba duduk aja, ya?

Mba jangan berdiri, mba. Iya mbanya duduk aja.

Klea benar-benar sudah tak kuat, pandangannya sangat buram. Ia juga tak bisa bernapas karena banyak orang-orang yang mengelilingi Klea.

Tolong jangan dikelilingin kayak gini. Permisi,” ucap seseorang yang sangat Klea kenal suaranya

Klea melihat seseorang itu sekilas. Dia, dia orang yang selalu menolongnya. Klea tidak bisa menatap jelas seseorang itu, lalu tak lama pandangannya gelap begitu saja.


Nit... Nit... Nit...

Klea membuka matanya. Ia melihat ke arah sekeliling, ternyata ia sudah berada di rumah sakit. Tetapi, siapa yang membawanya?

“Dek....” ucap seseorang yang suaranya sangat Klea kenal

Klea menoleh, ternyata itu Agil.

“M-mas?” ucap Klea terbata-bata

Agil tersenyum manis, lalu ia mengusap kepala Klea, “Semangat, ya? Anak kita mau lahir sebentar lagi.”

Klea meneteskan air matanya, ia benar-benar tak menyangka melihat seseorang yang kini berada di sampingnya.

“Mas Agil.... M-masih hidup?” tanya Klea dengan raut wajah yang tak bisa diartikan

Agil mengernyit, “Dek, ini mas ada disini. Iya mas masih hidup, dek. Kamu kenapa?”

“Mas....” ucap Klea yang setelahnya langsung memeluk Agil

“Lea ngga mimpi kan, mas?” tanyanya disela-sela dekapannya

Agil terkekeh, “Ngga, sayang. Ini mas beneran ada disini, nemenin kamu mau lahiran.”

Klea melepaskan pelukannya. Ia menatap rinci Agil, ia benar-benar memastikan bahwa ini adalah Agil.

“Kamu kenapa, sih?” tanya Agil heran

“M-mas?”

“Iya ini Mas, dek. Suami kamu, Mas Agil.”

“Akhh!” ringis Klea sambil memegang perutnya

“Kenapa?!” tanya Agil panik

“Sakit....” ringis Klea

“Dokter!” teriak Agil memanggil Dokter

Dokter tersebut masuk bersama suster yang membawa beberapa alat untuk persalinan.

“Ini udah pembukaan terakhir. Ayo cantik, coba di push, yuk?” ucap Dokter menatap Klea

Agil meraih tangan Klea untuk digenggam erat, tangan yang satunya ia pakai untuk mengusap kepala Klea.

“Sayang, ayo.... Mas temenin, ya?” ucap Agil menatap Klea sendu

Klea menarik napasnya, “Euuunngghhhhh!”

“Bagus! Ayo push lagi, cantik,” ucap Dokter

“Euunggghhh!”

Napas Klea naik turun, ia merasakan perutnya sangat sakit. Ia menatap Agil yang sekarang terus menyemangatinya.

Cup! Agil mencium dahi Klea, “Dek, ayo....”

Klea meneteskan air matanya, “Euunghhhhh!”

Dan tak lama kemudian, “Oekkkk, oekkkkk....

“19.00. Alhamdulillah, anak pertama ya lelaki sudah lahir ke dunia ini.”

Klea menghela napas leganya, ia merasakan bahwa sedari tadi Agil terus-terusan menciumi wajahnya.

Setelah beberapa menit, Klea kembali merasakan perutnya sangat sakit dan mulas seperti tadi.

“Dokter, istri saya kesakitan lagi,” ucap Agil cemas

Dokter itu tersenyum, lalu menghampiri Klea, “Ayo, push lagi ya.”

Klea menarik napasnya secara perlahan, “Eunggghhhhh!”

Klea menatap Agil, “Sakit, mas.... sakit....”

Agil mengecup dahi Klea kembali, “Ayo sayang, pasti bisa. Mas ada disini, mas bakal terus nemenin kamu. Ayo, demi anak kita....”

Klea menangis sejadi-jadinya, kali ini ia merasakan bahwa perutnya benar-benar sangat sakit dari sebelumnya.

“Ayo semangat ya, Klea. Push lagi. Ini kepalanya udah keliatan, nih,” ucap Dokter menyemangati Klea

Klea menatap awan-awan rumah sakit, ia meremas kuat tangan Agil dan ia kembali menghela napasnya dan— “Eungghhhhhh!”

Oekkk.... Oekkkkk....

“19.05. Alhamdulillah, anak kedua lahir perempuan yang sangat cantik.”

Klea dan Agil sama-sama menangis. Tak berhentinya Agil selalu mengecup dahi Klea.

Setelah selesai melahirkan kedua buah hatinya, Klea melihat Agil yang disana sedang mengadzani kedua anaknya. Klea meneteskan air matanya, apakah ini bukanlah mimpi? Apakah ini benar-benar kenyataan?

Klea melihat Agil yang kini menghampiri dirinya, lalu ia berkata, “Dek, makasih, ya? Makasih udah berjuang demi kembar. Mas tau rasanya pasti sakit. Tapi kalo bisa tubuh mas ditukar sama tubuh kamu, mas rela. Makasih banyak, ya? Makasih telah berjuang selama ini untuk mengandung dan melahirkan anak kita. Mas bener-bener sayang sama kamu. Jaga kembar dengan baik, ya? Jaga kembar sampai mereka dewasa dan sukses nanti. Sekali lagi, terima kasih telah berjuang selama ini. I love you, Lea.”

Nit... nit... nit...

Klea membuka matanya, dan ia sangat terkejut dengan seseorang yang pertama kali ia lihat.

“Klea....”

Klea mengerjapkan matanya berulang kali, tanpa sadar ia pun meneteskan air matanya.

“Klea.... Mba disini, Bella juga ada disini,” ucap Ajeng sambil mengusap kepala Klea

Klea menatap Ajeng, lalu ia menatap Bella.

Klea terdiam sejenak, ia benar-benar tidak mengerti dengan apa yang baru saja terjadi.

Klea mengusap perutnya, ia terkejut, “Mba.... Anak Lea mana?” tanyanya cemas

Bella tersenyum sendu, “Kembar masih ditanganin dokter, mba. Selamat, ya? Si kembar udah lahir. Sehat dua-duanya, mba. Tadi mba operasi Caesar, karena mba pingsan.”

Klea tersenyum bahagia, tapi ia juga tersenyum getir.

“Maafin mba sama Bella, ya? Mba bener-bener panik banget tadi pas tau kamu kondisinya lemah banget. Maafin juga waktu itu kita berdua ngga dateng buat elusin perut kamu,” ucap Ajeng penuh penyesalan

Klea tersenyum sekilas, “Gapapa, mba,” jedanya

“Oh iya, Mas Agil mana, mba....” tanya Klea

Ajeng dan Bella saling menatap satu sama lain. Mereka terdiam, mereka berdua tak membalas pertanyaan Klea.

Lagi-lagi Klea tersenyum getir, ia juga meneteskan air matanya, “Klea cuma mimpi doang, ya? Tadi Mas Agil nemenin Klea lahiran, mba.... Mas Agil juga adzanin kembar....”

Ajeng dan Bella sudah tak kuasa menahan tangisnya.

“Klea mimpi, ya? Tapi rasanya nyata banget, mba....”