winter in Edinburgh

Klea melangkahkan kakinya dengan napas yang terengah-engah. Jujur, bermain ski lelah sekali bagi Klea yang sedang mengandung. Bodoh memang, tetapi itu sangat seru sekali baginya.

Klea menghentikan langkahnya begitu saja, ia benar-benar merasa sangat lelah. Agil yang sedari tadi dengan setia menuntun Klea juga menghentikan langkahnya, menatap Klea yang di belakangnya sedikit membungkukkan tubuhnya.

“Kan mas udah bilang, ngga usah ikut main ski. Kamu lagi hamil, main ski itu ngga cuma meluncur doang. Sekarang capek....?” tanya Agil

Yang ditanya malah cengengesan. “Maaf, abis Lea penasaran gimana main ski, Lea kan belum pernah nyoba.”

Agil tak membalas ucapan Klea, ia malah mengajak Klea untuk duduk di sebuah kursi panjang yang tersedia di tempat bermain ski ini.

“Ngga usah naik kereta gantung deh, duduk di sini aja.”

Klea menoleh menatap Agil yang kini memberikannya sebotol air minum. “Tapi Lea mau nyobain naik kereta gantung.... Tadi kan mas yang ajakin....”

Agil memicingkan matanya ke arah ujung sana, melihat di mana tempat menaiki kereta gantung tersebut. “Tuh, jauh.”

Klea melihat apa yang Agil lihat, lalu ia berdecak kesal. “Ya itu kan naik Ski-doo bisa....”

“Ngga, ah. Udah di sini aja, naik kereta gantungnya nanti nungguin anak-anak selesai main.”

Klea mendengus kasar. Lalu, mereka berdua akhirnya saling terdiam satu sama lain.

“MAS ADAM WOI LO JANGAN KENCENG-KENCENG GILA!”

“LO LAMBAT KAYAK KEONG TINGGAL MELUNCUR JUGA ALAY BANGET TAKUT JATOH.”

“ALE, SINI AKU PEGANGIN KAMU.”

“HEHEHE KAK ALEX, IYA SINI PEGANGIN.”

“ADAM AKU MAU JATUH, ADAMMM!!”

“Ehhh....” ucap Klea yang baru saja ingin berdiri dan menyusul Adeline yang mau jatuh itu, tetapi tangannya ditarik dengan cepat oleh Agil.

“Ngga jadi jatoh, itu Adam udah nahan Adeline.”

Klea menghela napasnya dengan lega melihat Adeline yang di depan sana sudah ditolong oleh Adam. “ADELINE, JANGAN KENCENG-KENCENG SAYANG,” teriak Klea

“IYA TANTE, MAAF HEHEHE....”

Klea hanya menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah laku anak muda di depan sana.

“Kangen masa-masa muda kita ngga sih, dek?” celetuk Agil tiba-tiba

Klea menoleh menatap Agil yang matanya menatap anak-anaknya yang sedang bermain di depan sana, lalu ia secara perlahan menggeserkan tubuhnya ke arah Agil agar bisa berdekatan dengan suaminya itu.

“Iya, kangen. Kangen banget dulu waktu muda kita jalan-jalan sama Timothee, makan nasgor lamer....” ucap perempuan yang kini sudah menyandarkan kepalanya di pundak Agil

Agil meraih tangan Klea, ia genggamnya dengan sangat lembut. “Umur kita udah tua banget, ngga kerasa.”

“Kita ngga ke grandma, mas?” tanya Klea yang mendongak menatap Agil

Agil menggeleng kecil.

Mereka kembali terdiam masing-masing di posisinya, masih setia menatap anak-anaknya yang di depan sana bermain sambil bercanda gurau. Sebagai orang tua, Agil dan Klea merasa sangat senang saat melihat itu.

“Kamu kedinginan ngga?” ucap lelaki yang kini sambil mengelus perut perempuan yang berada di sampingnya

“Mas nanyain siapa? Lea atau adek?”

Agil terkekeh kecil. “Dua-duanya, sayang....”

“Ngga kok, ngga terlalu dingin.” Klea lebih mengeratkan pelukannya di lengan Agil, “Seneng banget Lea ngeliat anak-anak bahagia kayak gitu. Kadang Lea suka ngerasa kurang puas sama masa muda kita dulu, mas.... Lea kayak mau ngulang waktu lagi....”

Agil tersenyum tipis.

“Mas,” panggil Klea

“Apa, dek....”

“Lea boleh ngomongin seseorang ngga?” tanya Klea yang kini mengubah posisinya dan menatap Agil

Agil menatap Klea yang kini menatapnya juga, lalu tangannya beralih mengusap surai rambut perempuan itu. “Ngomongin siapa?”

“Leon, mas....”

Agil terdiam sejenak, lalu ia mengangguk.

Klea kembali menyandarkan kepalanya di pundak Agil, tak lupa ia memeluk lengannya juga. “Dulu Leon pernah bilang ke Lea, dia mau ajak Lea sama anak-anak nikmatin musim dingin di Edinburgh. Tapi.... Semuanya malah jadi kayak gini. Leon jahat banget ya, mas? Lea ngga nyangka Leon bisa kayak gitu lagi. Disaat Lea udah mulai percaya sama dia, tapi dia malah kayak gitu....”

Agil kembali terdiam, lagi-lagi ia mengingat perkataan Leon kala itu waktu terakhir kalinya ia bertemu dengannya.

“Gil, nanti bawa Klea sama anak-anak nikmatin musim dingin di Edinburgh ya? Gue ngga bisa tepatin omongan gue dulu ke Klea, gue ngga bisa....”

Agil bisa merasakan helaan napas berat Klea, yang ia lakukan hanyalah menggenggam tangannya dengan sangat erat.

“Sekarang yang bawa Lea sama anak-anak nikmatin musim dingin di sini Mas Agil.... Lea seneng banget, mas....”

“BTW!” teriak Klea secara tiba-tiba sampai membuat Agil sedikit terkejut

“Apasih, dek? Jadi sedih tiba-tiba teriak gini,” ucap Agil sambil mengelus dadanya

Klea terkekeh kecil. “Lea ngga mau sedih-sedih lagi ah capek.... Btw, ayo main ski lagi mas....” rengek Klea sambil menggoyang-goyangkan lengan Agil

“Emang udah ngga capek?”

“Ngga nih adek yang mau, tadi nendang,” ucap Klea dengan cepat

Agil mengernyit. “Dek, dedek bayinya masih kecil kali, emang udah bisa nendang?”

Klea tampak terlihat berpikir sejenak. “Iya ya, masih kecil.” Klea mengusap perutnya secara perlahan, “Udah ah ayo kita main ski lagi!!!!”

“MAMAH, PAPAH, MAU MAIN LAGI NGGA? AYO SINI!”

“Tuh, Ale udah neriakin kita.”

Agil menghela napasnya. “Ngga usah lah, kamu lagi hamil. Mas ngga mau nanti adek kenapa-kenapa,” ucapnya sambil mengelus perut Klea

“Kayak jalan pelan gitu aja, mas.... Ngga usah seluncuran....”

“Bener, ya? Cuma narik-narik doang.”

Klea mengangguk dengan cepat, lalu ia bangkit dari posisinya lalu menarik tangan Agil.

Agil hanya terkekeh melihat tingkah laku Klea ini, istrinya ini memang benar-benar sangat menggemaskan.

Leon, sekarang gue udah ngelakuin apa yang ngga bisa lo lakuin ke Klea sama anak-anak.... /batin Agil