nankeyst

“Itu punya Mas, dek!” teriak anak kecil yang sekarang usianya sudah menginjak 10 tahun

“Nggak! Ini punya Ale!” ucap adiknya yang tak mau kalah

“Yaallah, Adam, Ale, udah dong. Ini om capek banget sumpah ngurusin kalian berdua yang tiap hari ribut terus,” ucap Agam kewalahan

Pintu rumah terbuka, menampilkan Klea disana dengan raut wajah lelahnya.

“Mamah pulang....”

Adam dan Alea menoleh, “MAMAH!!” ucap mereka setelah itu langsung berhambur kepelukan sang ibu

“Kenapa sayang? Berantem lagi? Tadi suaranya kedengeran loh sampe ke luar rumah,” ucap Klea menatap kedua anaknya

“Alenya mah, dia ambil barang punya Mas Adam....”

“Mas nggak mau ngalah sama aku,” ucap Ale kesal

Klea menghela napasnya, ia terkekeh melihat tingkah laku kedua anak kembarnya ini.

“Urusin deh kak, gue puyeng banget sumpah. Kerjaan gue juga belum selesai,” ucap Agam

Klea menatap Agam, “Iyaudah sana, kerja lagi aja.”

Setelah melihat Agam melenggang pergi ke kamarnya, Klea melihat kedua anaknya yang terdiam sambil memasang wajah yang tertekuk.

“Sini, sini ke sofa. Mamah mau bilang sesuatu sama kalian,” ucap Klea sambil berjalan ke arah sofa rumahnya

Adam dan Alea menuruti perintah Klea.

Klea menatap anaknya satu persatu. Ternyata, anaknya sudah tumbuh dengan baik selama ini. Klea tersenyum hangat dan mengusap kepala anaknya satu persatu.

“Mas Adam, Adek Ale. Jangan berantem terus, ya? Kalian kan kakak adik. Kalo mau berantem gapapa, tapi jangan terus-terusan. Mas Adam, kamu kan kakak, kamu juga harusnya ngalah sama adiknya. Pinjemin barangnya kalo adiknya minta,” jeda Klea

Alea terkekeh, dan menatap Adam sinis.

“Ale juga. Jangan maksa Mas Adam buat pinjemin barangnya kalo Mas Adamnya ngga mau minjemin, Ale juga harus tau kalo minjem barang itu harus dibalikin lagi. Dan yang paling penting juga, jangan ambil barang yang bukan milik kamu. Mamah tau kenapa Mas Adam ngga mau pinjemin barangnya ke kamu, karena kamu kalo pinjem barang suka ngga dibalikin,” ucap Klea menatap Alea

“Mamah belain Mas Adam aja terus, Ale emang selalu salah,” ucapnya setelah itu langsung pergi meninggalkan Adam dan Klea

Klea menghela napasnya, watak Alea benar-benar sama persis seperti dirinya. Sedangkan, watak Adam benar-benar sama persis seperti Agil.

“Adam samperin Ale aja ya, mah? Ini juga kayaknya emang salah Adam, Adam pelit sama adek.”

Klea mengusap rambut anak lelakinya ini, “Ngga usah. Mas Adam ke kamar aja, ya? Biar mamah yang nyamperin adeknya.”

Adam terdiam sejenak, lalu ia mengangguk. Dan sebelum melangkahkan kakinya, Adam mengatakan sesuatu kepada Klea.

“Mah, bilangin adek, ya? Mas Adam minta maaf.”


Klea membuka pintu kamar anak perempuannya, ia melihat di sana Alea sedang terduduk sambil memeluk kedua lututnya dan menatap langit malam lewat jendela kamarnya.

Alea tahu akan kehadiran mamahnya, tetapi ia hanya mengacuhkannya.

“Dek.... Adek Ale....” panggil Klea dengan suara yang lembut

Klea menghela napasnya, ia ikut duduk di samping anaknya.

“Maafin mamah, ya? Mamah bukannya belain Mas Adam. Mamah tadi cuma berusaha kasih tau kalian berdua aja, dek....”

Alea terdiam, ia tak membalas perkataan Klea.

“Ale marah ya sama mamah? Ale ngerasa kalo mamah itu sayangnya cuma sama Mas Adam? Ale.... jangan pernah ngerasa kayak gitu. Mamah sayang sama Mas Adam, mamah juga sayang sama adek Ale. Mamah kasih sayang mamah ke kalian sama rata kok, mamah ngga pilih kasih,” ucap Klea menatap Alea

Alea menoleh ke arah Klea, ia meneteskan air matanya, “Rasanya punya papah kayak papah Agil gimana sih, mah?” jedanya

Ale kembali menatap langit malam sambil memeluk kedua lututnya, “Ale suka iri sama temen-temen Ale. Setiap berangkat dan pulang sekolah, pasti mereka selalu dianterin sama Papah Mamahnya.”

Klea meneteskan air matanya.

“Ale kangen papah, mah. Ale mau ketemu papah. Ale mau ngerasain rasanya disayang sama papah Agil.”

Hiksss

Hiksss

Hiksss

Klea langsung menarik Alea yang menangis ke dalam pelukannya. Ia rindu, ia juga sangat rindu dengan Agil.

“K-kenapa papah ninggalin Ale s-sama Mas Adam, mah?” tanyanya sesegukan

Klea melepaskan pelukannya, ia menghapus air matanya anaknya dan mengecup dahinya juga.

“Ale jangan nangis, Ale jangan nangis, ya?” ucap Klea menatap sendu Alea yang masih saja tidak bisa berhenti menangis

“Kangen papah, mah....” ucapnya menatap Klea dengan tatapan yang sangat sedih

Ceklek! Pintu kamar Alea terbuka, menampilkan Adam yang kini menghampiri mereka berdua.

Adam mengambil kursi yang berada di meja belajar Alea, lalu ia duduk di tengah-tengah antara Klea dan Alea. Adam meletakkan dua buah pasang sepatu anak kembar di sofa, lalu ia menatap Alea.

“Inget, kan? Itu sepatu dari papah buat kita. Cuma itu satu-satunya hadiah terakhir dari papah untuk kita. Mas juga kangen kok sama papah, tapi mas bisa apa? Papah udah pergi, papah udah ngga ada di sini. Tapi kamu juga harus inget, dek. Papah selalu ada di samping kita bertiga, papah selalu awasin kita dimana pun kita berada. Kamu boleh kangen sama papah, tapi kamu juga harus inget kalo kita di sini masih punya mamah Klea. Mamah yang udah ngebesarin kita sendirian selama ini.”

Deg! Klea benar-benar tidak menyangka bahwa Adam akan berkata seperti itu.

Adam tersenyum, ia mengusap air mata adiknya, “Jangan nangis. Kan kalo kangen papah kita bisa ke pantai, kita ngobrol sama papah. Dan mamah juga jangan nangis,” ucapnya setelah itu mengusap air mata Klea juga

“Mas Adam ngga suka dua bidadari Mas nangis kayak gini, nanti papah juga marah loh. Jangan nangis lagi, ya? Mas Adam janji akan jagain kalian berdua sampai Mas Adam dewasa nanti,” ucapnya menatap Klea dan Alea secara bergantian

“Ale, mas juga minta maaf ya sama kamu masalah tadi. Nanti mas bakal pinjemin mainan mas ke kamu, tapi kamu maafin mas, ya?” ucap Adam menatap Alea

Alea mengangguk.

Klea tersenyum hangat, lalu ia langsung membawa Adam dan Alea ke dekapannya.

Mereka bertiga berpelukan sambil menangis. Setelah semua rintangan mereka lalui bertiga, mereka akhirnya berada sampai di titik mana saling menguatkan satu sama lain.

Di sisi lain, Agam mendengarkan perbincangan mereka bertiga dari luar. Agam tersenyum getir, dadanya terasa sangat sesak. Ialah orang satu-satunya yang selama ini selalu menyaksikan kepedihan keluarga Klea. Ia juga yang selama ini membantu Klea untuk menguatkan dirinya demi anak-anaknya.

“Kak.... Lo bener-bener hebat banget. Gue janji kak, gue janji bakal terus jagain lo dan anak-anak lo. Gue juga janji mas sama lo, gue janji bakal jagain istri dan anak-anak lo.”

Klea melangkahkan kakinya menuju penyeberangan. Cuacanya kali ini cukup panas, sampai ia rasanya ingin sekali berendam di air es. Keadaan saat ini cukup ramai, karena banyak orang-orang yang baru saja pulang dari kantor. Klea memegangi perutnya sedari tadi karena ia merasakan sakit yang sangat luar biasa. Klea berhenti di tengah jalan, sampai ada beberapa orang yang menabraknya.

Duh, jalan dong!” ucap orang-orang

Klea kembali melangkahkan kakinya secara perlahan dengan perut yang terasa sangat sakit sekali. Setelah ia berhasil menyebrang jalanan, ia berdiam diri di dekat tiang sambil memegang tiang tersebut dan meringis kesakitan.

“Yaallah.... sakit banget....” ucapnya kesakitan sambil memegangi perutnya

Klea mengambil handphonenya yang berada di tasnya dengan tangan yang gemetaran, dan tiba-tiba saja— Prak! Handphonenya terjatuh.

Keringat bercucuran di wajah Klea, ia benar-benar tidak bisa menahan rasa sakitnya ini. Ia merasa bahwa ada air yang mengalir di kakinya, apakah ini air ketuban? Siapapun, tolong Klea sekarang juga.

“Tolong....” rintihnya

Semua orang yang berada disana menoleh mendengar Klea merintih kesakitan, mereka semua langsung menghampiri Klea.

Mba, kenapa?

Aduh ini mau melahirkan, ya? Tolong panggil ambulan.

Mba duduk aja, ya?

Mba jangan berdiri, mba. Iya mbanya duduk aja.

Klea benar-benar sudah tak kuat, pandangannya sangat buram. Ia juga tak bisa bernapas karena banyak orang-orang yang mengelilingi Klea.

Tolong jangan dikelilingin kayak gini. Permisi,” ucap seseorang yang sangat Klea kenal suaranya

Klea melihat seseorang itu sekilas. Dia, dia orang yang selalu menolongnya. Klea tidak bisa menatap jelas seseorang itu, lalu tak lama pandangannya gelap begitu saja.


Nit... Nit... Nit...

Klea membuka matanya. Ia melihat ke arah sekeliling, ternyata ia sudah berada di rumah sakit. Tetapi, siapa yang membawanya?

“Dek....” ucap seseorang yang suaranya sangat Klea kenal

Klea menoleh, ternyata itu Agil.

“M-mas?” ucap Klea terbata-bata

Agil tersenyum manis, lalu ia mengusap kepala Klea, “Semangat, ya? Anak kita mau lahir sebentar lagi.”

Klea meneteskan air matanya, ia benar-benar tak menyangka melihat seseorang yang kini berada di sampingnya.

“Mas Agil.... M-masih hidup?” tanya Klea dengan raut wajah yang tak bisa diartikan

Agil mengernyit, “Dek, ini mas ada disini. Iya mas masih hidup, dek. Kamu kenapa?”

“Mas....” ucap Klea yang setelahnya langsung memeluk Agil

“Lea ngga mimpi kan, mas?” tanyanya disela-sela dekapannya

Agil terkekeh, “Ngga, sayang. Ini mas beneran ada disini, nemenin kamu mau lahiran.”

Klea melepaskan pelukannya. Ia menatap rinci Agil, ia benar-benar memastikan bahwa ini adalah Agil.

“Kamu kenapa, sih?” tanya Agil heran

“M-mas?”

“Iya ini Mas, dek. Suami kamu, Mas Agil.”

“Akhh!” ringis Klea sambil memegang perutnya

“Kenapa?!” tanya Agil panik

“Sakit....” ringis Klea

“Dokter!” teriak Agil memanggil Dokter

Dokter tersebut masuk bersama suster yang membawa beberapa alat untuk persalinan.

“Ini udah pembukaan terakhir. Ayo cantik, coba di push, yuk?” ucap Dokter menatap Klea

Agil meraih tangan Klea untuk digenggam erat, tangan yang satunya ia pakai untuk mengusap kepala Klea.

“Sayang, ayo.... Mas temenin, ya?” ucap Agil menatap Klea sendu

Klea menarik napasnya, “Euuunngghhhhh!”

“Bagus! Ayo push lagi, cantik,” ucap Dokter

“Euunggghhh!”

Napas Klea naik turun, ia merasakan perutnya sangat sakit. Ia menatap Agil yang sekarang terus menyemangatinya.

Cup! Agil mencium dahi Klea, “Dek, ayo....”

Klea meneteskan air matanya, “Euunghhhhh!”

Dan tak lama kemudian, “Oekkkk, oekkkkk....

“19.00. Alhamdulillah, anak pertama ya lelaki sudah lahir ke dunia ini.”

Klea menghela napas leganya, ia merasakan bahwa sedari tadi Agil terus-terusan menciumi wajahnya.

Setelah beberapa menit, Klea kembali merasakan perutnya sangat sakit dan mulas seperti tadi.

“Dokter, istri saya kesakitan lagi,” ucap Agil cemas

Dokter itu tersenyum, lalu menghampiri Klea, “Ayo, push lagi ya.”

Klea menarik napasnya secara perlahan, “Eunggghhhhh!”

Klea menatap Agil, “Sakit, mas.... sakit....”

Agil mengecup dahi Klea kembali, “Ayo sayang, pasti bisa. Mas ada disini, mas bakal terus nemenin kamu. Ayo, demi anak kita....”

Klea menangis sejadi-jadinya, kali ini ia merasakan bahwa perutnya benar-benar sangat sakit dari sebelumnya.

“Ayo semangat ya, Klea. Push lagi. Ini kepalanya udah keliatan, nih,” ucap Dokter menyemangati Klea

Klea menatap awan-awan rumah sakit, ia meremas kuat tangan Agil dan ia kembali menghela napasnya dan— “Eungghhhhhh!”

Oekkk.... Oekkkkk....

“19.05. Alhamdulillah, anak kedua lahir perempuan yang sangat cantik.”

Klea dan Agil sama-sama menangis. Tak berhentinya Agil selalu mengecup dahi Klea.

Setelah selesai melahirkan kedua buah hatinya, Klea melihat Agil yang disana sedang mengadzani kedua anaknya. Klea meneteskan air matanya, apakah ini bukanlah mimpi? Apakah ini benar-benar kenyataan?

Klea melihat Agil yang kini menghampiri dirinya, lalu ia berkata, “Dek, makasih, ya? Makasih udah berjuang demi kembar. Mas tau rasanya pasti sakit. Tapi kalo bisa tubuh mas ditukar sama tubuh kamu, mas rela. Makasih banyak, ya? Makasih telah berjuang selama ini untuk mengandung dan melahirkan anak kita. Mas bener-bener sayang sama kamu. Jaga kembar dengan baik, ya? Jaga kembar sampai mereka dewasa dan sukses nanti. Sekali lagi, terima kasih telah berjuang selama ini. I love you, Lea.”

Nit... nit... nit...

Klea membuka matanya, dan ia sangat terkejut dengan seseorang yang pertama kali ia lihat.

“Klea....”

Klea mengerjapkan matanya berulang kali, tanpa sadar ia pun meneteskan air matanya.

“Klea.... Mba disini, Bella juga ada disini,” ucap Ajeng sambil mengusap kepala Klea

Klea menatap Ajeng, lalu ia menatap Bella.

Klea terdiam sejenak, ia benar-benar tidak mengerti dengan apa yang baru saja terjadi.

Klea mengusap perutnya, ia terkejut, “Mba.... Anak Lea mana?” tanyanya cemas

Bella tersenyum sendu, “Kembar masih ditanganin dokter, mba. Selamat, ya? Si kembar udah lahir. Sehat dua-duanya, mba. Tadi mba operasi Caesar, karena mba pingsan.”

Klea tersenyum bahagia, tapi ia juga tersenyum getir.

“Maafin mba sama Bella, ya? Mba bener-bener panik banget tadi pas tau kamu kondisinya lemah banget. Maafin juga waktu itu kita berdua ngga dateng buat elusin perut kamu,” ucap Ajeng penuh penyesalan

Klea tersenyum sekilas, “Gapapa, mba,” jedanya

“Oh iya, Mas Agil mana, mba....” tanya Klea

Ajeng dan Bella saling menatap satu sama lain. Mereka terdiam, mereka berdua tak membalas pertanyaan Klea.

Lagi-lagi Klea tersenyum getir, ia juga meneteskan air matanya, “Klea cuma mimpi doang, ya? Tadi Mas Agil nemenin Klea lahiran, mba.... Mas Agil juga adzanin kembar....”

Ajeng dan Bella sudah tak kuasa menahan tangisnya.

“Klea mimpi, ya? Tapi rasanya nyata banget, mba....”

Tok... tok... tok...

Klea yang sedang melamun menatap jendela kamarnya menoleh ke arah pintu, ia langsung turun dari kasurnya dan melangkahkan kakinya menuju pintu kamarnya.

Ceklek! Ternyata Bella.

“Disuruh ke bawah sama bapak,” ucap Bella tanpa menatap Klea

Setelah memberitahu Klea, Bella langsung pergi melangkahkan kakinya. Tetapi, dengan cepat Klea memanggilnya dan menghampirinya.

“Bella,” panggil Klea yang membuat langkahan kaki Bella berhenti begitu saja

Bella tak menoleh ke arah Klea.

“Bella masih marah sama mba?” tanya Klea dengan raut wajah yang sedih

Bella menahan tangisnya mati-matian, ia membalikkan tubuhnya. Bella menatap Klea yang terlihat lebih kurus dari sebelumnya, lalu ia juga menatap perut Klea yang sekarang sudah terlihat lebih besar dari sebelumnya.

“Maafin mba, bel. Mba terlalu egois....”

Bella meneteskan air matanya, “Ditungguin bapak,” ucapnya setelah itu langsung melenggang pergi ke bawah


“Loh emang bener, kok. Anak kamu itu yang buat Agil meninggal. Coba waktu itu anak kamu ngga kepergok selingkuh dan ngga ngeluarin kata-kata yang ngga sepantasnya dia ucapin ke Agil, pasti Agil masih ada disini. Coba kamu bayangin, apa Agil ngga kepikiran selama bertugas kemarin? Saya rasa Agil kepikiran, jadinya dia ngga fokus membawa pesawatnya. Dan semua ini gara-gara siapa? Gara-gara anak kamu!”

“Diana, stop!” ucap Danendra dengan suara yang cukup keras

Klea telah sampai di anak tangga terakhir, ia menatap ke arah ruang tengah ternyata disana ada Tiff, Diana, Danendra, Ajeng, dan Bella.

“Nah, ini nih anaknya,” ucap Diana menghampiri Klea yang terdiam sambil memegang perutnya

“Masih ngga tau malu ya kamu tinggal disini? Setelah kamu udah berhasil buat Agil meninggal?”

Klea menahan tangisnya mati-matian.

Danendra menarik tangan Diana, tapi dengan cepat Diana tepis.

Diana menatap Klea yang terus saja memegang perutnya, lalu ia terkekeh, “Oh, ini kayaknya bukan anak Agil, ya?”

Klea terkejut, bagaimana bisa Diana mengucapkan kalimat seperti itu?

“Ini anak Mas Agil, budeh,” ucap Klea menatap Diana dengan mata yang berkaca-kaca

“Masa? Ah, ini anak kamu sama selingkuhan kamu kali.”

Klea meneteskan air matanya.

“Diana, pulang!” ucap Danendra tegas

Diana mengacuhkan Danendra, ia masih menatap Klea dengan tatapan mengintimidasi.

“Kok nangis? Kamu ngga usah lebay. Tinggal ngaku aja kalo anak yang kamu kandung ini anak dari selingkuhan kam—“— Plak! Tiff berhasil memotong ucapan Diana dengan tamparannya

Klea, Danendra, Ajeng, dan Bella terkejut melihat apa yang baru saja Tiff lakukan.

“Mah!” teriak Klea sambil menarik lengan Tiff

“Jaga ucapan kamu, ya. Jangan berani-beraninya nuduh anak saya seperti itu. Kamu tuh ngga tau sebenernya apa yang terjadi, jangan main asal ngomong!” ucap Tiff dengan penuh emosi

“Mah....”

Tiff menatap Danendra, “Mas, saya ngga terima anak saya diperlakukan seperti ini. Anak saya lagi mengandung dan dengan tega-teganya kalian semua selalu menyalahkan anak saya. Saya tau ini berat bagi kalian, tapi ini semua udah takdir. Takdir ngga ada yang bisa diubah....” ucap Tiff yang setelahnya langsung menangis

Klea juga ikut menangis. Setelah kepergian Mas Agil, Ajeng dan Bella pun berubah total setelah mereka berdua mendengarkan percakapan antara Klea dan Bapak kala itu. Mereka berdua seakan-akan menyalahkan Klea karena telah membuat Agil pergi. Dan sampai saat ini pun Klea juga tak bisa memaafkan dirinya sendiri, ia juga terus menyalahkan dirinya sendiri.

“Saya bawa Klea pulang, mas. Percuma disini gaada yang bisa ngehibur, bisanya cuma menyalahkan anak saya aja. Saya pamit. Klea, ayo,” ucap Tiff lalu ia menarik tangan Klea untuk ke luar dari rumah Agil

Deru ombak yang sangat deras, dan angin yang menerpa tubuh Klea. Tenang, rasanya sangat tenang. Klea terduduk begitu saja di atas pasir pantai dengan mengenakan syal coklat muda yang dulu Agil berikan untuknya. Klea datang ke pantai tidak sendiri. Ia ditemani oleh Kala, Wawa, Dito, dan Saka. Tetapi, mereka hanya mengawasi Klea dari jauh karena tadi Klea minta agar di beri waktu untuk sendiri dulu. Klea menatap ke arah depan sana, seperti seakan-akan Agil menatapnya juga. Klea tersenyum getir, lalu setetes air mata berhasil menetes di pipinya.

“Kangen, mas....” ucapnya

Klea menghela napasnya, lalu ia mengelus perutnya secara perlahan.

“Maafin mamah ya, sayang? Kalian berdua kehilangan papah kalian karena kesalahan mamah. Papah udah seminggu pergi, tapi mamah belum bisa ikhlasin papah kamu pergi sampai sekarang. Kenapa, ya? Kenapa papah ninggalin kita kayak gini?” ucapnya

Klea terkekeh, “Mamah lupa, kan semua ini salah mamah, ya? Maafin mamah ya, sayang....” ucap Klea yang selanjutnya menangis sambil mengelus perutnya

Setelah cukup lama mengeluarkan kembali rasa sesaknya dan rasa rindunya yang teramat dalam, Klea mengambil sebuah kotak berukuran sedang bewarna putih di sampingnya. Klea kembali tersenyum getir, lalu secara perlahan ia membuka kotak tersebut.

Klea terdiam sejenak, ia benar-benar tak bisa menahan tangisnya. Yang pertama kali ia lihat saat membuka kotak ini adalah, dua buah sepasang sepatu anak kembar. Klea teringat bahwa beberapa hari yang lalu ia sudah melihat instagram Agil, instagram yang Agil buat hanya untuk dirinya seorang. Dan yang paling membuat hati Klea lebih sakit adalah, Agil ternyata sudah tahu bahwa Klea sedang mengandung anaknya.

“Mas, yaallah....” ucapnya sambil menangis

“S-sayang, coba bilang apa sama papah Agil. Makasih ya, pah? Makasih udah kasih kita berdua sepatu yang lucu....” ucap Klea sesegukan sambil mengelus perutnya

Klea kembali menangis. Ia rindu Agil, sangat rindu. Andai hal itu tak akan terjadi, mungkin sekarang mereka berdua sedang menikmati masa-masanya sebagai seorang calon Ayah dan Ibu.

Klea menghela napas beratnya, lalu ia mengambil sebuah map putih yang berada di bawah sepatu. Map putih tersebut bertuliskan, Sebuah hadiah untukmu, sayang.

Klea membuka map putih tersebut dengan tangan yang gemetar. Setelah berhasil membuka map tersebut, Klea sangat terkejut dengan isinya. Klea menutup mulutnya tak percaya, air matanya langsung turun deras begitu saja.

“M-mas....” ucapnya gemetar dengan hati yang sangat tak karuan

Iya, Agil memberinya sebuah hadiah berupa tiket pesawat Jakarta-London, dan sebuah sertifikat rumah beserta kuncinya.

Klea kembali menangis, kali ini ia menangis sejadi-jadinya. Agil mengabulkan permintaannya. Agil membelikan Klea sebuah tiket pesawat ke negara yang sangat ingin ia kunjungi. Agil juga membelikan sebuah rumah yang kala itu Klea inginkan.

Klea menggeleng lemah, ia meremas kuat syalnya, “Mas.... Maafin Lea....” ucapnya yang masih saja menangis

“Klea!” teriak Kala menghampiri Klea yang menangis histeris

Klea mendongak menatap Kala dengan mata yang sembab, “Kal, Mas Agil beliin gue tiket ke London.... Mas Agil juga beliin gue rumah, kal.... Tapi dia malah pergi ninggalin gue....”

Kala dan Wawa sudah tak kuat menahan tangisnya melihat sahabatnya seperti ini, mereka berdua langsung memeluk Klea.

“Gue jahat, gue jahat sama Mas Agil....”

Dito dan Saka yang melihat Klea menangis seperti itu hanya saling menatap satu sama lain, lalu mereka menunduk terdiam.

Kala melepaskan pelukannya, lalu ia menangkup wajah Klea, “Ngga, lo ngga jahat sama Mas Agil. Di sini ngga ada yang jahat. Ngga, ngga ada Klea.”

“Gue nyakitin hati dia, kal.... Gue gagal jadi istri dia. Mas Agil baik sama gue, tapi gue memperlakukan dia sebaliknya. Gue egois, gue jahat....” ucap Klea yang masih saja tak berhenti menangis

“Lo harus nerima kalo ini semua takdir, Klea. Emang udah waktunya Agil pergi. Ini semua takdir, takdir. Jangan nyalahin diri lo terus, lo inget masih ada anak lo di perut lo,” ucap Dito menatap Klea

Klea menangis sambil mengelus perutnya.

Saka mengangguk, “Bener kata Dito. Gue juga yakin kalo Agil ngga akan pernah mau ninggalin lo dan anak lo kayak gini. Tapi nyatanya takdir gaada yang bisa diubah. Stop salahin diri lo sendiri, ya? Sekarang lo fokus ke anak lo. Lo harus tetep bertahan hidup demi anak-anak lo, demi Agil. Tunjukin ke Agil Klea, tunjukin ke Agil kalo lo bisa besarin anak-anak lo. Lo bales semua kebaikan Agil dengan cara lo harus tetep bisa bertahan untuk ngebesarin anak-anak lo sampe sukses nanti. Kita semua di sini selalu ada buat lo. Lo juga sahabat kita, Klea,” ucap Saka menatap Klea dan menyetarai posisinya dengan tubuh Klea

Benar, ucapan Kak Dito dan Kak Saka benar. Tapi, gue masih ngga bisa maafin diri gue sendiri. /Batin Klea

Agil menyalakan sebuah lilin kecil lalu ia menancapkannya di kue yang sudah ia beli tadi, ia mengenakan pakaian Pilotnya karena ia juga akan berangkat kerja pagi ini. Agil tersenyum gembira walaupun ia menyimpan banyak rasa sesak di dadanya, ia selalu teringat kejadian hari itu. Tetapi, ia tetap tersenyum.

Agil membuka pintu kamarnya dengan tangan kiri, tangan kanannya ia gunakan untuk memegang kue ulang tahun. Ceklek! Setelah membuka pintu, betapa kagetnya ia melihat Klea yang terduduk di atas kasurnya sambil menatap Agil sekarang.

“Loh, kok bangun?” tanya Agil kebingungan

Klea terdiam.

Agil tersenyum, lalu ia melangkahkan kakinya mendekat ke arah Klea.

“Happy Birthday to you, Happy Birthday to you, Happy Birthday, Happy Birthday, Happy Birthday to you....”

Klea meneteskan air matanya.

Agil menatap lekat Klea, “Tiup lilinnya, dek. Berdoa dulu.”

Klea menuruti permintaan Agil, ia bangkit dari duduknya. Ia juga menatap lekat Agil, “Doa Lea semoga mas nepatin omongan mas, semoga mas ngga bohong sama Lea,” ucapnya setelah itu langsung meniup lilinnya

Deg! Agil terdiam menatap Klea yang sudah meniup lilin kue ulang tahunnya.

“Kenapa diem?” tanya Klea

Agil mengerjapkan matanya, ia tersenyum getir lalu ia menaruh kue ulang tahunnya di rak meja samping tempat tidurnya.

“Mas punya sesuatu buat kamu. Sebentar, ya?” ucap Agil setelah itu ia langsung membalikkan badannya

“Mas,” panggil Klea

Agil menghentikan langkahnya, lalu ia menoleh ke arah Klea, “Kenapa?”

“Ini. Mas mau kasih tau ini ke Lea, kan? Lea nemu ini di koper mas,” ucapnya sambil menunjukkan sebuah map kecil ke Agil

Agil terdiam.

Klea melempar map kecil itu ke Agil, “Buka.”

Agil menatap Klea terlebih dahulu. Jantung ia sangat berdebar, ia menelan ludahnya dengan susah payah. Lalu ia mengambil map tersebut yang jatuh di bawah lantai.

Agil melihat tulisan di map tersebut, New York Presbyterian Hospital. Agil teringat bahwa ini adalah hasil USG Raline.

Agil langsung menatap Klea, ia menghampirinya. Tapi— Plak! Klea berhasil melayangkan tamparannya di pipi Agil sebelum Agil ingin menjelaskan ke dirinya.

“Mas tega banget sama Lea? Mas bohongin Lea, mas bilang mas ngga akan pernah berpaling dari Lea. Tapi ini apa? INI APA MAS?!” teriak Klea menangis sambil menunjuk map yang di genggam oleh Agil

Setetes air mata berhasil jatuh di pipi Agil.

“Mas, mas hamilin mantan mas? Mas hamilin Raline? Berarti omongan Leon sama Wawa bener? Mas selingkuh, dan lebih parahnya lagi mas hamilin Raline?” ucap Klea tak menyangka

Agil menggelengkan kepalanya, ia meraih tangan Klea tapi Klea menepisnya.

“Dek....”

“Kenapa? Wawa bilang sama aku kalo mas selingkuh, Leon juga ngirimin foto mas sama Raline lagi pelukan waktu mas ke bar di New York. Mas mau alesan apa lagi, mas.....” ucap Klea gemetar, lalu ia langsung menangis lagi.

Agil masih saja terdiam.

“Ohh, pantesan akhir-akhir ini mas suka pulang telat, ya? Mas ke apartment Raline, kan? Mas selingkuh di belakang aku. Dan pantes mas juga udah ngga pernah post foto aku. Karena mas takut Raline bakal marah, kan? IYA, KAN?!” ucap Klea dengan penuh emosi

Agil menghela napas beratnya, mengapa semuanya terjadi seperti ini?

“Dek, mas—“

“Arghhh!” ringis Klea sambil memegangi perutnya

Agil yang melihat Klea meringis kesakitan langsung menghampirinya, tapi dengan cepat Klea mendorong tubuh Agil.

“Jangan sentuh aku, aku ngga sudi disentuh sama orang pembohong kayak mas!” ucap Klea dan ia menangis kesakitan sambil memegangi perutnya

“Lea....” ucap Agil gemetar dan menatap Klea

“Jangan panggil aku pake sebutan itu! Nama panggilan itu udah ngga ada apa-apanya sekarang.”

Agil menunduk.

Klea terduduk di kasurnya. Ia menarik napasnya secara perlahan, lalu ia kembali meneteskan air matanya, “Udah, kan? Keinginan mas selama ini udah tercapaikan. Akhirnya mas punya anak, mas punya anak dari mantan mas. Dugaan aku bener, kan? Kenapa ya, aku bisa segampang itu percaya sama omongan mas. Aku kira mas orang yang bisa jaga ucapan mas, tapi nyatanya mas sama aja,” jedanya

Klea masih saja menangis, sementara Agil masih saja terdiam sambil menahan rasa sakitnya mati-matian sedari tadi.

“Seharusnya kita ngga ketemu dari awal, mas,” lanjut Klea tanpa menatap Agil

Agil terkejut mendengar perkataan Klea barusan. Ia menatap Klea dengan tatapan bertanya-tanya, “Maksudnya?”

Klea bangkit dari duduknya, ia menatap Agil, “Aku nyesel nikah sama mas, Aku ngga pernah bahagia hidup sama mas. Aku, nyesel,” ucap Klea penuh penekanan di akhir

Agil mengerjapkan matanya berulang kali, ia bisa mendengar jelas perkataan yang keluar dari mulut Klea. Seperti ribuan pisau yang menusuk di dada Agil sekarang. Sakit, sangat sakit. Baru kali ini ia merasakan sesuatu yang sesakit ini, dan sumbernya dari seseorang yang sangat amat ia cintai. Dari seseorang yang dulu telah berhasil menyatukan kembali kepingan hati Agil yang pernah hancur. Tapi ternyata, sekarang seseorang itu malah berhasil menghancurkan hatinya lagi.

Selama ini? Setelah semuanya mereka berdua lalui bersama? Agil kecewa, Agil sangat kecewa pada dirinya sendiri. Setelah selama ini ia berjuang semampunya untuk membahagiakan istrinya, tapi nyatanya istrinya berkata bahwa ia tak pernah bahagia dan menyesal menikah dengan dirinya. Agil merasa gagal, sangat gagal.

Agil menatap Klea dengan mata yang berkaca-kaca, “Kamu ngga bahagia sama mas, dek? Dan kamu nyesel nikah sama mas?”

“Apa perkataan aku kurang jelas? Iya, aku ngga bahagia sama mas. Aku nyesel nikah sama mas.”

Agil tersenyum getir, ia mengangguk paham. Padahal, hatinya benar-benar sangat hancur.

Agil menghela napasnya, lalu ia melihat jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya. Air mata yang sedari tadi ia tahan akhirnya berhasil turun di pipinya, ia teringat bahwa jam tangan ini adalah pemberian dari Klea kala itu.

Agil menarik napas sesaknya. Ia menghapus air matanya, lalu ia menatap Klea, “Mas udah telat, nih. Mas berangkat kerja, ya?” ucapnya sedikit bergetar

Agil melangkahkan kakinya mendekat ke arah Klea, lalu— Cup! Agil mengecup dahi Klea cukup lama, lalu ia langsung membawa Klea ke dekapannya.

“Selamat ulang tahun, ya? Mas harap kamu bahagia terus. Tolong janji sama mas ya, dek? Janji untuk bahagia terus,” lirih Agil disela-sela dekapannya sambil meneteskan air matanya

Maafin mas dek yang belum bisa bahagiain kamu selama ini.... /batin Agil

Air mata Klea turun deras. Tetapi ia memilih untuk diam dan ia tak membalas pelukan Agil.

Agil melepaskan pelukannya, lalu ia menatap Klea cukup lama.

“Mas pamit, ya? Mas mau kerja, mas mau berusaha lebih keras lagi buat bahagiain kamu. Oh iya, mas hari ini flight ke Malaysia. Katanya di Malaysia indah banget, dek. Mas seneng dapet jadwal flight kesana. Besok kayaknya mas gaada jadwal flight deh, nanti kalo mas udah pulang kita langsung jalan-jalan, ya?” jedanya

Sebelum Agil pergi, ia kembali mencium dahi Klea dan ia langsung membawa ke dekapannya kembali. Agil sangat ingin terus mendekapnya lebih lama, selamanya. Tetapi, ia tak bisa. Perkataan Klea yang tadi terus-terusan muncul di dalam benaknya. Jujur, ia juga sangat kecewa dengan perkataan Klea. Tetapi, ia lebih kecewa dengan dirinya sendiri yang belum bisa membahagiakan seseorang yang sangat amat ia cintai.

Agil melepaskan pelukannya, ia menangkup wajah Klea dan menatapnya dengan mata yang berkaca-kaca.

“Udah, ya? Mas pergi dulu. Kamu jangan kangen, ya? Kalo ada apa-apa telpon mas aja, jaga diri kamu baik-baik. Assalamualaikum....”

Klea meneteskan air matanya melihat punggung Agil yang secara perlahan menghilang dari tatapannya.

“Waalaikumsalam,” ucap Klea setelah melihat Agil yang sudah keluar dari kamarnya


Dek, bangun....” bisik seseorang

Klea membuka matanya, ia terkejut dengan suara bisikan seseorang.

Pukul 4 pagi, Klea terbangun juga karena suara petir yang menggema. Biasanya disaat hujan besar dan petir sebesar ini, Agil yang berada di sampingnya langsung memeluk dirinya. Tapi Klea menatap kasur yang kosong di sampingnya, tidak ada Agil disana.

Klea membuka handphonenya, ia melihat ada beberapa pesan dan voice note dari Agil di lockscreen nya. Tapi ia tak membukanya, hatinya masih terasa sangat sakit dengan apa yang sudah Agil lakukan kepadanya.

Klea tiba-tiba saja terkejut mendengar teriakan Ajeng dan Bella di bawah sana, dengan buru-buru Klea langsung memakai Cardigannya dan turun ke bawah.

“Mas Agil.....” rintih Bella sambil menangis

Klea mendengar suara tangisan itu, ia melangkahkan kakinya menuruni tangga dengan hati-hati.

“Agil, pak.... Ngga mungkin, pak....” ucap Ajeng menangis menatap Bapak

Klea telah sampai di anak tangga terakhir, ia melihat di depan sana ternyata ada Saka, Dito, dan Abeng yang sedang menangis juga.

Dengan tiba-tiba saja air mata Klea menetes begitu saja.

Dito yang melihat keberadaan Klea langsung menghampirinya.

“Klea,” panggil Dito

“Ada apa?” tanya Klea langsung

Dito meneteskan air matanya dan ia menatap sendu Klea.

“Kak, ada apa? Kenapa pada nangis? Ini jam 4 pagi, lo kenapa disini?” tanya Klea kebingungan

“Maafin Agil ya Klea kalo Agil punya salah sama lo,” jeda Saka yang tiba-tiba saja muncul

“Klea, ikhlasin Agil, ya?” lanjutnya

Jantung Klea berdebar, ia tak tahu sebenarnya apa yang terjadi.

“Ini ada apaan, sih?” tanya Klea kebingungan lalu ia menghampiri Ajeng, Bella, dan Bapak yang menangis disana

“Pak, kenapa? Mas Agil mana pak....” tanya Klea menatap Bapak

Bapak tak kuasa menahan tangisnya, bapak juga tak kuat menjawab pertanyaan Klea.

Klea benar-benar kebingungan kali ini melihat Ajeng, Bella, dan Bapak yang sedari tadi tidak berhenti menangis.

“Assalamualaikum,” ucap Tiff yang baru saja datang

“Waalaikumsalam.”

Klea menoleh ke arah pintu, ia menghampiri mamahnya, “Mah, mamah tau Mas Agil dimana? Mas Agil mana, mah?” jedanya

Klea menatap ke luar rumah yang ternyata di luar sana masih hujan deras.

“Ujan, Mas Agil kok belum pulang, ya? Kejebak ujan apa? Tapi kan naik mobil.....” lanjutnya

Tiff sudah tak kuasa menahan tangisnya, ia langsung memeluk erat anaknya.

“Mamah kenapa nangis? Kok pada nangis, sih?” ucap Klea yang masih saja kebingungan

Tiff mengusap rambut anaknya, “Sayang, sabar ya....”

Klea melepaskan pelukannya, “Sabar kenapa, sih? Ih orang pada aneh-aneh banget, deh.”

Tiff benar-benar tak tega melihat anaknya seperti ini. Tiff meraih kedua tangan Klea, lalu ia berkata, “Agil ngga pulang ke rumah, kak. Agil pulang ke atas sana, ke tuhannya.”

Klea terdiam sejenak, lalu ia terkekeh, “Mamah apaan sih kalo ngomong, jangan bercanda lah,” ucapnya lalu Klea langsung membalikkan tubuhnya untuk menuju ke ruang TV, tetapi tiba-tiba saja ia langsung kehilangan keseimbangannya.

“Klea!” ucap semua orang yang berasa di sini. Tapi untungnya dengan cepat Saka berhasil menahan tubuh Klea yang hampir saja terjatuh

Klea menghiraukan semua orang. Ia melangkahkan kakinya menuju ruang TV, lalu ia menekan remot dan TV menyala menunjukkan berita yang terjadi pada pagi ini.

Berita pada pagi ini saya sampaikan bahwa beberapa jam yang lalu terjadi sebuah kecelakaan Pesawat Garda Indonesia dengan nomor penerbangan GD-230 Jakarta-Malaysia, Pesawat yang melaju dengan ketinggian 30.000FT diatas permukaan air laut yang di kendalikan oleh Capt Raden Agil Lakeswara dan Co-Pilot Bazgara Kalee mengalami kecelakaan pada dini hari. Dikabarkan pesawat tersebut jatuh ke laut setelah lepas landas dengan waktu kurang lebih 30 menit dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta. Sudah ada beberapa saksi mata yang melihat bahwa pesawat tersebut jatuh ke laut, hal ini disebabkan karena cuaca buruk dan terdapat mesin pesawat yang mengalami ledakan yang cukup keras. Berikut nama-nama korban penumpang pesawat tersebut....

Sekujur tubuh Klea melemas saat mendengar berita tersebut, ia menjatuhkan tubuhnya di lantai— Bruk!

“Klea!” teriak semua orang yang berada di rumah Agil

“Kak....” ucap Tiff menghampiri anaknya

Klea menggeleng lemah, “Mah, ngga mungkin kan mah?” ucapnya tak percaya menatap Tiff

Tiff menangis, lalu ia memeluk anak pertamanya ini.

“Mas Agil ngga ninggalin Klea kan, mah?” tanya Klea dalam dekapan Tiff

“Mamah.... jawab, mah....” ucapnya dengan nada yang bergetar

Tiff mengusap wajah dan rambut Klea, ia menatapnya lekat, “Kak.... ikhlasin Agil, ya?

Klea kembali menggelengkan kepalanya, “Ngga, ngga mungkin. Mas Agil ngga mungkin ninggalin Klea....” ucapnya setelah itu langsung menangis

“Mas Agil.... Mas Agil bener-bener jahat. Mas katanya ngga akan ninggalin Lea, mas katanya mau ajak Lea jalan-jalan.... Mana mas, mana? Kenapa mas bohongin Lea lagi....” ucap Klea menangis tak karuan

Klea menangis sejadi-jadinya, ia juga teringat bahwa malam tadi adalah pelukan terakhirnya. Tapi dengan bodohnya Klea sama sekali tak membalas pelukan Agil. Jika ia tahu itu adalah pelukan terakhirnya dengan Agil, Klea akan memeluknya dengan erat.

“Mas.... jangan tinggalin Lea mas.... Lea sayang banget sama Mas.... pulang ke rumah mas, pulang kesini.... Lea selalu nungguin mas pulang.... Lea janji, Lea setiap hari bakal bikinin mas terong balado. Lea juga bakal pijitin mas setiap hari. Tapi mas pulang, mas jangan ninggalin Lea.....” ucapnya menangis kencang

Tiff masih saja setia memeluk anaknya.

“Mas.... maafin Lea, Lea ngga nyesel nikah sama mas. Lea minta maaf mas.... Lea bahagia, Lea bahagia hidup sama Mas Agil.... Mas Agil pulang, mas.... Lea minta maaf....” ucap Klea yang masih saja belum berhenti menangis

Klea mengambil handphonenya yang berada di saku Cardigannya, lalu dengan tangan gemetar ia membuka roomchatnya dengan Agil. Klea menangis melihat pesan terakhir yang Agil beri untuknya. Lalu ia membuka pesan suara yang dikirimkan oleh Agil. Klea menutup mulutnya, hatinya benar-benar sangat sakit mendengarkan pesan suara terakhir yang dikirimkan oleh Agil. Klea menyesal, Klea menyesal berkata apa yang seharusnya tidak ia katakan. Jika bisa ia memutar waktu, ia akan memutar waktu sekarang juga.

Tidak, Agil tidak bisa meninggalkannya seperti ini. Ia sudah banyak berucap kepada Klea untuk tidak pergi meninggalkannya. Agil berbohong, Agil berbohong kepada Klea.

Klea memukul-mukul dadanya, dadanya terasa sangat sesak sekali, “Mas, pulang mas.... Maafin Lea.... Lea juga cinta sama mas.... Jangan tinggalin Lea, mas....”

Dito, Saka, dan Abeng yang melihat Klea menangis seperti itu lagi-lagi meneteskan air matanya. Mereka benar-benar tak menyangka bahwa Agil akan pergi secepat ini.

Kala itu, waktu mereka berempat menongkrong di Nasgor lamer sebelum Agil pergi ke sekolah penerbangannya.

Flashback On.

“Buset dah, fullteam ini ceritanya yak,” ucap Dono

“Weh iya dong, si Agil juga besok pengen cabut dia sekolah penerbangan,” ucap Saka sambil mengisap rokoknya

Jono tepuk tangan, “Keren lu gil, akhirnya ya bisa jadi Pilot juga nih nanti.”

Agil terkekeh, “Makasih mang,” jedanya

Agil menyeruput kopi hitamnya, lalu ia menghela napas, “Nanti kalo gue udah sukses banyak duit, gue ajak lo pada naik pesawat terus kita jalan-jalan keliling dunia, ya? Nanti gue yang bawa pesawatnya.”

“Anjayyy kan, yoiiiii,” ucap Abeng girang

“Bener ya, gil? Jangan bohong lo,” ucap Dito menatap Agil

“Bener lah, kapan si gue bohong sama lo pada. Udah pokoknya pada tenang aja, nanti gue ajak lo pada jalan-jalan gratis,” ucap Agil gembira

“Widihhhhhh,” ucap Mereka serentak

Flashback Off.

“Agil bohong. Katanya Agil mau ajak kita jalan-jalan. Tapi mana? Dia malah jalan-jalan duluan, sendirian,” ucap Abeng yang menahan rasa sesaknya

Saka menepuk pundak Abeng, ia menenangi temannya ini.

Dito melihat handphonenya yang berdering, ternyata itu panggilan dari Kala.

To....” panggil Kala dengan nada lirih

Kal,” jedanya

Temen gue terlalu tinggi kal bawa pesawatnya....

“Lo dari mana gil? Lama amat,” tanya Saka yang duduk di sebuah kursi

Agil menyodorkan sebuah kantung plastik yang berisikan makanan dan minuman. Iya, mereka berempat sekarang berada di sebuah tambal ban pinggir jalan karena tadi tiba-tiba saja mobil Dito ban nya meledak.

“Tolol sih lo bukannya di cek dulu,” ucap Abeng kesal menatap Dito

Dito mendelik, “Ngecek gimana sih, bangsat. Kuping lo budeg apa gimana? kan tadi ban nya tiba-tiba meledak.”

“Mana panas banget ini,” ucap Saka sambil mengipasi wajahnya

Agil hanya terdiam melihat perdebatan teman-temannya.

“Mas, udah selesai nih,” ucap Tukang tambal ban

“Berapa, pak?” tanya Dito

“Jadi seratus lima puluh ribu aja, mas.”

Saka melongo, ia bangkit dari duduknya, “AJA, PAK? SERATUS LIMA PULUH RIBU?”

“I-iya, mas....”

Abeng pun tak mau kalah dari Saka, ia juga bangkit dari duduknya, “Ini nambel ban apaan pak sampe seratus lima puluh? Di rumah saya cuma ceban.”

Dito menatap Abeng, “Itu nambel ban apaan?”

“Motor,” ucap Abeng polos

Plak! Saka mengeplak kepala Abeng, “Yang bener aja, tolol. Ini yang ditambel ban mobil anjing bukan motor. Wah, ngga waras ni anak.”

Agil menghela napasnya, lalu ia mengeluarkan dompetnya.

“Gue tau lo pada ngga ada uang cash,” jeda Agil menatap ketiga temannya

Agil menyodorkan tiga lembar uang kertas bewarna merah ke tukang tambal ban, “Kembaliannya ambil aja, pak. Buat makan anak sama istri di rumah. Makasih ya, pak,” ucap Agil ramah, setelah itu ia langsung masuk ke dalam mobil Dito.

Dito, Saka, Abeng yang masih berada disitu melongo melihat apa yang baru saja Agil lakukan.

“Yaallah mas makasih banyak ya mas, semoga rezekinya lancar terus. Oh iya mas, mas nya yang tadi udah punya istri belum, ya?” tanya Tukang tambal ban ke Dito, Saka, dan Abeng.

“Udah,” ucap Saka ketus

“Yaallah semoga mas nya yang tadi selalu dalam lindungan Allah. Semoga rumah tangganya harmonis dan awet selalu sampai tua, aamiin.”

Dito tersenyum, “Aamiin, makasih ya pak,” ucapnya lalu ia langsung menyusul Agil

Saka dan Abeng masih diam di tempat, ia masih terheran-heran dengan tukang tambal ban ini.

“Lama lo berdua!” teriak Agil dari kaca jendela mobil

Saka dan Abeng tersadar, lalu mereka berdua langsung masuk ke mobil Dito dan melanjutkan perjalanan.

Setelah memakan waktu sekitar 10 menit, kini Dito sudah memarkirkan mobilnya di sebuah parkiran yang letaknya agak jauh dari tempat pemotretan Klea hari ini.

“Lo udah bilang Klea?” tanya Dito

“Belom, kan gue mau surprise,” ucap Agil

Abeng berdecak kesal, “Gue masih bingung dah sama tambal ban tadi. Itu mahal banget, anjing. Sumpah ya, itu orang kaga jujur.”

“Udah lah gapapa,” ucap Dito santai

“Gapapa, gapapa. Tadi kan tambal ban si Agil yang bayarin,” ucap Abeng ketus

Dito menatap Abeng sinis, lalu mereka beradu mulut. Di sela-sela adu mulut antara Abeng dan Dito, Agil menatap Saka terheran-heran karena tumben ia tak ikut beradu mulut dengan Abeng dan Dito.

“Lo kenapa, sak? Tumben diem,” tanya Agil heran

Dito dan Abeng berhenti beradu mulut, mereka berdua langsung menatap Saka yang terdiam melihat ke arah depan sana.

“Balik aja, yuk?” ucap Saka menatap ketiga temannya

“Hah? Baru ge nyampe,” ucap Abeng menatap Saka

Dito yang sedari tadi juga sudah melihat apa yang dilihat Saka hanya terdiam menatap ke arah depan sana.

“Ada apaan, sih? Lo kenapa sak? Kesambet?” tanya Agil sekali lagi menatap Saka

“Gil. Di depan, arah jam 11,” ucap Dito

Agil menatap Dito yang duduk di sampingnya, lalu ia membalikkan tubuhnya secara perlahan dan langsung menatap ke arah depan sana.

Deg! Jantung Agil seperti berhenti berdetak. Ia mengerjapkan matanya berulang kali memastikan siapa yang ia lihat di depan sana. Perempuan itu, perempuan yang sangat ia kenal, yang saat ini akan ia beri kejutan. Klea, Klea sedang bermesraan dengan lelaki yang tadi ia temui di depan sebuah supermarket saat ia membeli makanan dan minuman.

Agil terdiam, lalu ia menatap sebuah kotak dan bouquet bunga yang ia letakkan di dashboard. Agil menghela napas beratnya, napasnya seperti tercekat. Hatinya terasa sangat sakit melihat apa yang seharusnya tidak ia lihat. Agil teringat perkataan Klea, ia bilang bahwa ia tak akan mengecewakan Agil lagi. Tapi pada kenyataannya, Klea berhasil mengecewakannya lagi.

Agil menunduk, ia menahan rasa sakitnya mati-matian.

“Gil?” panggil Saka, Dito, Abeng.

Agil mengacuhkan ketiga temannya. Ia mengambil ponselnya lalu membuka roomchat istrinya, dan ia menekan tombol panggilan.

“Halo mas.”

Agil terdiam sejenak, manik matanya tak beralih menatap Klea yang masih berada di depan sana.

“Assalamualaikum.”

“Waalaikumsalam mas, kenapa?”

“Kamu lagi dimana?”

“Lea.... Lea ya lagi pemotretan, mas.”

“Sendiri?”

“I-iya, sendiri kok.”

Hati Agil berdesir, ia menahan rasa sakitnya yang amat dalam. Klea berbohong kepadanya. Mungkin ini balasan untuk Agil karena waktu itu ia juga membohongi Klea. Tapi, Agil punya alasan mengapa ia membohongi Klea waktu itu.

“Mas? Mas udah pulang?”

“Belum.”

“O-oh, oke. Iyaudah udah dulu ya, mas? Lea mau pemotretan lagi.”

Agil tersenyum getir.

“Iya, semangat ya pemotretannya.”

“Iya mas.”

Tut.... tut....

Agil meneteskan air matanya, ia meremas erat handphone yang ia genggam.

“Gil?” panggil Saka, Dito, Abeng sekali lagi

Agil sudah tak kuat menahan semua ini, ia menghela napasnya, “Balik, gue gapapa.”

Setelah ia selesai mengobrol dengan Bapak, Agil langsung meminta izin untuk langsung ke kamar. Agil membuka pintu kamarnya, ia tidak melihat keberadaan Klea disana.

“Dek?” panggil Agil sambil melangkahkan kakinya ke arah kasur

“Dor!” ucap Klea mengkageti Agil dari belakang

Agil menoleh, ia mengelus dadanya, “Astaga, kaget.”

Klea terkekeh, sedangkan Agil terdiam menatap dirinya.

“Kenapa?” tanya Klea

“Sexy banget.”

Klea melihat tubuhnya dari atas ke bawah, lalu ia menggaruk tengkuk lehernya yang tidak gatal, “I-iyaa, biasanya gini, kan?”

Agil terkekeh, “Iya, ya, ya.”

“Mana, katanya mau cium?” ucap Klea dengan muka yang ditekuk

Agil membaringkan dirinya di kasur, lalu ia menepuk kasur di sebelahnya yang kosong, “Sini.”

Klea tersenyum sumringah, ia juga langsung membaringkan dirinya di samping Agil lalu ia memeluknya.

“Mau dicium di bagian mana?” tanya Agil

Klea mendongak, lalu ia menunjuk bibirnya. Agil tersenyum, dan Cup! Agil mengecup bibir Klea sesuai dengan permintaannya.

“Mas....”

“Iya.”

“Masss....”

“Apa, dek?”

“Masa dua minggu sih, lama banget tau.”

“Dua minggu sebentar, satu tahun yang lama.”

Klea berdecak kesal, “Udah bilang dadakan, dua minggu lagi. Sumpah ya, ngeselin banget.”

Agil mengeratkan pelukannya, “Iyaudah sih, kan nanti mas pulang lagi.”

“Sama mantan mas, ya?”

Agil terdiam sejenak.

“Mas?”

“Iya, satu jadwal. Sama Gara juga, kok.”

Klea menenggelamkan kepalanya di leher Agil, “Jangan macem macem, ya?”

Agil kembali terdiam.

“Mas....” ucap Klea menatap Agil

Agil menatapnya, ia mengecup dahi Klea, “Iya sayang.”

Klea menghela napasnya, lalu ia kembali menenggelamkan kepalanya di leher Agil.

“Pengen banget ke London, pengennya pas musim dingin. Cuma kenapa mahal banget ya disana? Mahal banget kan, mas?” tanya Klea

Agil mengangguk, tangannya tidak berhenti mengelus punggung Klea, “Iya, lumayan.”

“Mas ngga mau ajak Lea kesana? Sebentar lagi kan Lea ulang tahun, kasih kado itu aja hehe.”

Agil tersenyum, “Iya doain aja, ya? Doain semoga mas bisa ajak kamu kesana, doain mas supaya rezekinya lancar. Mas pasti bakal ajak kamu kesana, kok.”

“Janji?” ucap Klea menatap Agil

Agil menatap manik mata Klea cukup lama, lalu ia tersenyum.

Klea kembali memeluk Agil, “Makasih, mas.”

Mas ngga bisa janji, dek. /batin Agil

Klea bangun dari posisinya, ia menjepit rambutnya.

“Mau ngapain?” tanya Agil

“Mau beresin baju mas, takutnya ada yang kelupaan juga.”

“Besok aja lah, mas kan berangkat sore.”

“Tapi nanti kalo ada yang kelupaan gimana?”

Agil menarik lengan Klea, lalu ia membaringkannya kembali, “Ngga ada, udah besok aja.”

Klea mengangguk kecil.

“Buka.”

“Buka apa?” tanya Klea bingung

“Maunya?”

Klea terdiam sejenak, lalu ia menutup wajahnya karena ia blushing.

Agil terkekeh, “Buka jedai kamu, dek. Bukan buka baju.”

Bugh! “Aduh, kok dipukul sih,” ringis Agil karena Klea memukul dadanya

“Lagian.”

“Apa?” tanya Agil menatap heran Klea

“Tau, ah!” ucap Klea yang saat itu juga langsung membelakangi Agil

Lea kenapa, sih? /batin Agil

Agil mendekatkan tubuhnya ke tubuh Klea, ia melepaskan jedai yang menjepit rambut istrinya.

“Nanti kalo ngga dilepas sakit kepala kamu.”

Klea tak berkutik sama sekali, ia masih sangat kesal dengan Agil.

Agil mencium pundak Klea, lalu ia berbisik di telinganya.

“Iyaudah buka, buka bajunya.”

🧸

“Assalamualaikum.”

“Waalaikumsalam. Dari mana aja, sih? Mas tau ngga Lea panik banget.”

“Dek, aduh, maaf.”

“Mas dimana sekarang?”

“Ini mas jalan pulang, kok.”

“Mas dari mana semalem Lea telponin, Lea chat ngga dibales sama sekali. Ceklis.”

“Emm... anu, m-mas—“

“Mas?”

“Iya, mas ada jadwal flight dadakan. Mas gantiin senior mas buat terbang ke Pontianak. Maaf, ya?”

“Beneran? Kok kayak gugup gitu ngomongnya.”

“Iya beneran, kamu dimana sekarang?”

“Lea udah berangkat kerja, ada banyak pemotretan hari ini. Lea pulang malem, mas.”

“Iyaudah, nanti mas jemput, ya?”

“Iya.”

“Hm, oke.”

“Mas.”

“Iya.”

“Mas ngga bohong kan sama Lea?”

“Ngga, dek.”

“Iyaudah. Tadi Lea udah masak, nanti langsung makan ya? Abis itu istirahat.”

“Iya, dek. Makasih, ya?”

“Iya, mas.”

Baikan

Klea membuka pintu kamarnya, ia melihat Agil duduk diatas kasur sambil memegang handphonenya. Agil yang melihat Klea datang, ia langsung mematikan handphonenya dan menatap ke arah istrinya.

Klea mengacuhkan Agil, ia melangkahkan kaki menuju lemarinya. Ia terdiam sejenak, ia melihat kaca yang sekarang sudah tidak utuh lagi bentuknya. Hati ia sangat sakit mengingat kejadian waktu itu.

Agil berdehem, hal itu membuat Klea tersadar dari lamunannya.

“Kemeja yang mana?” tanya Klea

“Yang putih, yang kancing atasnya lepas satu.”

Tak lama setelah Agil menjawab pertanyaan Klea, Klea sudah berhasil menemukan kemeja itu. Klea menghela napasnya, lalu ia menoleh dan menatap ke arah Agil.

“Ini apa?” tanya Klea sambil menunjukkan kemeja putih yang sekarang sudah ia genggam di tangannya

Agil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, lalu ia bangkit dari posisinya, “Tadi ngga ada.”

“Itu, di bawah baju kerja mas.”

“Iya tadi ngga ada mas cari.”

Klea kembali menghela napasnya, lalu ia melangkahkan kakinya ke arah kasurnya.

“Makanya kalo cari apa apa tuh pake tangan, liat pake mata, jangan pake mulut. Kebiasaan banget,” ucap Klea kesal sambil melipat kemeja Agil di kasur

Setelah Klea sudah selesai melipat rapih kemeja Agil, ia menatap Agil sebentar sebelum beranjak keluar, “Itu udah Lea lempitin, jas nya udah Lea gantung di lemari. Lea mau pulang dulu.”

Baru ingin melangkahkan kakinya, Agil sudah berhasil menarik tangan Klea.

Klea menoleh, “Jangan kemana-mana, disini aja,” ucap Agil tanpa menatap Klea

Klea terdiam.

Agil menghela napasnya, lalu ia menarik Klea dan mendekapnya dengan erat.

“Mas kangen kamu, dek.”

Klea meneteskan air matanya, ia juga sangat rindu dengan Agil.

“Mas minta maaf, mas ngebentak kamu waktu itu. Mas nyesel....”

Setelah berpelukan cukup lama, Agil melepaskan pelukannya dan ia langsung membawa Klea untuk duduk di kasur.

“Mas mau jelasin yang waktu itu. Dengerin, ya? Kamu jangan ngomong dulu,” ucap Agil dengan nada lembut dan menatap Klea

Klea terdiam sejenak, lalu ia mengangguk perlahan.

Agil menghela napasnya, “Waktu itu mas lagi nyusurin pesawat, mas pastiin kalo semua penumpang udah pada turun, dan yang paling penting tuh ngga ada barang yang ketinggalan. Disitu cuma ada mas sama co Pilot mas, yang lain udah pada turun. Raline juga udah turun. Terus mas liat ada kabin yang kebuka sedikit, mas tutup lah itu kabin tapi ngga bisa. Ternyata pas mas liat, itu ada lipstick, lipstick Dior. Mas ngga tau itu punya siapa, terus mas bilang ke co Pilot mas suruh nyimpen. Co Pilot mas bilang pegang aja dulu, nanti dikasih ke klaim bagasi maskapai aja. Dengan bodohnya mas lupa, mas lupa kasih ke klaim bagasi maskapai. Dan waktu Raline nelpon mas itu ya dia nanya lipsticknya ada di mas atau ngga, soalnya dia juga abis nanya ke co Pilot mas, co Pilot mas bilang kalo waktu itu mas yang megang. Mas bener bener ngga tau kalo lipstick itu punya Raline. Ini semua salah mas, Lea. Mas yang lupa buat kasih lipstick itu ke klaim bagasi, akhirnya kebawa pulang. Dan kamu juga salah paham, mas ngga ngapa-ngapain sama Raline.”

Klea terdiam, ia tak berbicara sepatah kata apapun. Ia merasa sangat bodoh, ia sudah menuduh Agil separah itu.

“Kamu percaya sama mas, kan? Mas ngga akan pernah ngelakuin hal separah itu, dek. Dan mas ngga akan pernah mau,” ucap Agil menatap lekat Klea

Klea menunduk, ia meratapi kesalahannya, “Mas, Lea minta maaf.”

Agil menghela napas lega, “Mas juga minta maaf Lea, mas ngebentak kamu.”

Klea menggeleng lemah, “Ngga, gapapa mas ngebentak Lea. Waktu itu emang Lea yang salah, Lea ngga dengerin penjelasan mas dulu, Lea main nuduh mas kayak gitu. Lea bener bener salah, makanya mas berani ngebentak Lea.”

“Dek, mas bener bener ngerasa bersalah banget ngebentak kamu kayak gitu. Mas kepikiran terus kayaknya mas udah berlebihan sama kamu. Tapi jujur, mas waktu itu ngga bisa kontrol emosi mas. Mas juga main lempar hp mas sampe kaca lemari pecah. Hal yang paling mas sesalin itu mas ngebentak kamu, dek. Mas minta maaf....” ucap Agil sambil meneteskan air matanya

Klea menahan tangisnya, lalu ia mengambil handphone Agil yang ternyata layarnya sudah retak.

Agil terkekeh, “Masih bisa dipake, ya walaupun agak lemot sih.”

“Kenapa ngga beli lagi? Lea beliin, ya?” ucap Klea menatap Agil dengan tatapan sendu

Agil tersenyum, lalu ia menggeleng, “Gausah, terlalu banyak kenangan di hp itu. Nanti foto foto kamu ilang.”

Setetes air mata berhasil jatuh di pipi Klea, “Kan cuma ganti hp. Ini hpnya mas simpen, foto fotonya juga ngga bakal ilang kok.”

Agil meraih handphonenya yang berada di genggaman Klea, lalu ia menaruhnya di rak samping tempat tidurnya.

“Udah nanti aja gampang, selagi masih bisa dipake kenapa harus beli lagi?”

“Mass—“

“Sshhh. Udah, jangan bahas itu dulu. Sekarang bahas kita aja dulu. Sekarang gimana? Kamu mau maafin mas?” tanya Agil menatap Klea

Klea menatap Agil cukup lama.

“Dek, kalo pun mas bakal macem macem, mas bakal lakuin itu dari dulu. Tapi sumpah demi apapun, mas gapernah ada niatan buat macem macem sama sekali. Mas berangkat dari rumah, sampai sana juga mas langsung kerja aja, abis itu pulang. Mas harus ngomong berapa kali sama kamu kalo mas ngga pernah macem macem. Kamu tanya Gara, deh. Dia sahabat mas sekarang, mas selama ini jadwalnya sama terus sama dia. Kalo kamu ngga percaya tanya aja Gara, mau nomornya?”

Klea menggeleng, “Ngga, aku percaya sama mas,” jedanya

“Cuma asal mas tau, dengan kondisi Lea yang kayak gini Lea bener bener takut kalo mas bakal ninggalin Lea. Udah mas, itu aja,” lanjutnya dengan mata yang berkaca kaca

Agil meraih kedua tangan Klea, “Mas ngga akan ninggalin kamu, Lea. Kamu satu satunya orang yang selalu support mas, kamu orang yang nemenin mas dari bawah, dari nol. Kamu terima mas apa adanya, gimana bisa mas tega ninggalin kamu gitu aja?” jeda Agil

“Sekarang gini ya. Omongan orang orang yang nyakitin perasaan kamu udah diemin aja, jangan di tanggapin sama sekali, dek. Apalagi ada orang yang ngehasut, jangan sampe kamu kehasut sama omongan orang itu kalo kamu belum tau kebenarannya gimana.”

Deg! Klea langsung teringat Leon. Klea tersadar bahwa dirinya sepertinya terhasut akan omongan Leon, Klea meneteskan air matanya lalu ia langsung memeluk Agil begitu saja.

“Mas, Lea minta maaf. Lea bener bener minta maaf sama mas, Lea bakal maafin mas asalkan mas juga maafin Lea, ya?” ucap Klea menangis dalam dekapan Agil

Agil mengeratkan pelukannya, “Lea, sebesar apapun kesalahan kamu mas pasti bakal maafin. Karena mas sayang sama kamu, mas sayang banget sama kamu, Lea. Jujur, waktu itu emang mas kecewa sama kamu. Tapi gapapa, sekarang mas ngerti perasaan kamu gimana. Cuma mas minta ya, jangan kecewain mas lagi, dek.”

“Ngga mas, Lea ngga bakal kecewain mas lagi. Lea bakal berusaha buat bahagiain mas lagi, Lea ngga akan kecewain mas lagi. Sekarang Lea minta mas sabar ya, sabar sampai nunggu Lea hamil. Mas mau punya anak, Lea juga mau mas mau banget. Lea juga minta sama mas, tolong tetep bersama Lea mau gimana pun keadaan Lea, ya?”

“Mas bakal tetep sama kamu, Lea. Mas bakal terima gimana pun keadaan kamu. Mas juga akan sabar nunggu sampai kita punya anak nanti. Kamu tenang aja, ya?” ucap Agil mengelus kepala Klea

Klea mengangguk dalam dekapan Agil. Agil melepaskan pelukannya, lalu ia menatap Klea lekat.

Cup! Agil mengecup dahi Klea, lalu ia menunjukkan jari kelingkingnya.

Klea mengernyit, “Apa?”

“Baikan.”

Klea terkekeh. Ia menghapus air matanya, lalu ia menyatukan jari kelingkingnya dengan jari kelingking Agil.

“Baikan,” ucap Klea menatap sendu Agil

Setelah berhasil menyatukan jari kelingkingnya, mereka berdua langsung saling berpelukan lagi. Mereka berdua saling menukar rindu yang sudah tertahan selama satu minggu lebih lamanya. Mereka berdua sangat merasa bahagia karena mereka berdua berhasil saling menurunkan ego masing-masing. Jadi, kunci semua permasalahan ini adalah komunikasi. Karena cuma itu salah satunya cara agar hubungan kalian tetap baik, kalian bisa saling mengerti satu sama lain dan tentunya saling membagi perasaan satu sama lain.

Salah Paham

Setelah berdebat cukup lama, Klea kembali mendudukkan dirinya di samping Agil. Agil merangkul pundak Klea, ia tersenyum manis ke arahnya.

Klea menatap Agil yang cengengesan sendiri, “Ngapain, sih? Kayak orang gila.”

“Mas gila kan karena kamu,” ucap Agil sambil mengecup pipi Klea

“Hm, hm yaampun lo berdua ngga dimana mana bucin terus,” ucap Ajeng yang baru saja datang dan langsung duduk di sofa

“Iya biasalah mba namanya juga pasangan baru,” ucap Bella

Agil dan Klea hanya cengengesan.

Tak lama, semua keluarga Agil telah berkumpul menjadi satu di ruang tengah.

“Ini pasangan muda kayaknya harmonis banget, ya?” ucap Diana— budeh Agil menatap Agil dan Klea

“Iya dong, hehehe,” ucap Agil

“Gimana? Kok nikah udah mau 2 tahun belum punya anak juga, nih?”

Agil dan Klea terdiam. Klea menunduk, tebakannya benar pasti ia akan ditanyai seperti ini.

Agil menghela napasnya, “Belum dikasih aja, budeh.”

“Belum dikasih atau emang ngga bisa punya anak? Sayang banget sih ya kalo ngga bisa punya anak.”

Klea menahan air matanya sedari tadi, hatinya terasa sangat sakit mendengar perkataan Diana seperti itu.

“Diana, ngga usah bahas itu dulu,” ucap Danendra menatap Adiknya

“Iya mas aku kan cuma bingung aja kenapa Agil belum punya anak sampai sekarang. Aku tau pasti Agil itu subur, dan mungkin ya emang kamu kali ya yang ngga subur, Klea?” ucap Diana menatap Klea

Klea sudah tak tahan menahan semua ini, ia bangkit dari duduknya, “Aku izin ke toilet sebentar.”

“Alah, kamu mau kabur kan karena kamu gatau mau jawab apa? Berarti bener dong kalo kalo kamu emang ngga subur? Atau bahkan kamu punya penyakit jadi ngga bisa kasih Agil anak?”

Klea meneteskan air matanya, “Permisi,” ucapnya lalu langsung melenggang pergi

Agil bangkit dari duduknya, “Budeh keterlaluan banget, sih. Agil kira setelah mama meninggal budeh bakal berubah. Ternyata sama aja, omongannya suka nyakitin,” ucapnya lalu ia langsung melenggang pergi juga menyusul Klea

Kini Agil dan Klea memutuskan untuk langsung pulang ke rumah, Klea bilang bahwa ia tidak mau berlama lama di rumah Diana.

“Dek,” panggil Agil

Klea tidak menoleh ke arah Agil. Ia menatap ke arah depan jendela kamarnya, lalu ia kembali menangis.

Agil menghampiri Klea lalu ia memeluknya dari belakang, “Dek, maafin ucapan budeh, ya?”

“Omongan budeh mas bener, aku kan emang ngga bisa kasih mas anak.”

Agil meneteskan air matanya, ia mengeratkan dekapannya.

“Apa yang mau di harapin sih mas dari Lea? Lea ngga bisa kasih mas anak, Lea ngga bisa bahagiain mas. Hati Lea sakit banget setiap ngeliat mas liatin foto anak bayi. Lea mau banget kasih mas anak, tapi Lea ngga bisa mas....” ucap Klea yang masih saja menangis

Agil melepaskan pelukannya, ia membalikkan tubuh Klea lalu ia kembali memeluknya.

“Dek, udah.... Mas gapapa kok kalo kamu belum bisa kasih mas anak, mas ngga keberatan sama sekali dek. Kalo kamu bilang kamu ngga bisa bahagian mas itu kamu salah besar. Mas bener bener bahagia banget sama kamu, dek,” ucap Agil di sela sela dekapannya

Klea menangis sejadi jadinya dalam dekapan Agil, ia tak tahu mengapa cobaan rumah tangganya seberat ini. Ia tidak bisa membahagiakan Agil, ia tidak bisa.

Di sela-sela tangisannya, Klea meraba sesuatu yang berada di saku jaket Agil. Agil melepaskan pelukannya, ia melihat Klea mengeluarkan sesuatu dari dalam saku jaketnya.

Mereka berdua tercengang melihat barang yang sekarang di genggam oleh Klea. Mereka berdua sama sama terdiam sejenak, sampai akhirnya handphone Agil berdering dan tertera nama FA Raline disana.

Klea langsung mengambil handphone Agil begitu saja, ia langsung menekan tombol untuk mengangkat telepon itu.

Halo, Agil?

......

Agil, lipstick aku ada di kamu ngga ya? Lipstick aku yang Dior itu.

Klea meneteskan air matanya, sedangkan Agil hanya terpaku terdiam disana.

Gil? Ada ngga? Kok diem aja, sih?

Lo abis ngapain sama suami gue?

Eh?

Tut.... tut... tut....

Setelah panggilan tersebut terputus, Klea kembali menatap lipstick yang ia genggam sekarang.

“Dek,” panggil Agil

Klea menatap Agil, “Raline mantan mas?” tanyanya dengan mata yang berkaca kaca

Agil mengusap wajahnya dengan gusar, “Dek, plis jangan salah paham, ya?” ucap Agil menyentuh pundak Klea

Klea menepis tangan Agil, “JAWAB!”

Agil terdiam sejenak, ia menghela napasnya, “Iya, Raline mantan mas.”

Klea kembali meneteskan air matanya, “Terus ini lipstick dia?” jedanya

“Kamu abis ngapain sama dia, mas....” ucap Klea sambil memukul dada Agil sampai Agil sedikit terhuyung ke belakang

“Mas ngga ngapa-ngapain sama dia, dek. Mas bisa jelasin, kamu salah paham,” ucap Agil memegang kedua tangan Klea

Klea menatap Agil, “Iya terus ini apa?! Kenapa lipsticknya bisa ada di mas? Mas abis kemana sama dia? Ngapain sama dia?”

Agil memijat pelipisnya.

“Kenapa diem aja?! Mas beneran mau berpaling dari Lea, kan? Mas berpaling cari cewek lagi karena mas tau Lea ngga bisa kasih mas anak. Ketakutan Lea terjadi kan, mas?”

Agil menggeleng gelengkan kepalanya, ia mendekap Klea kembali tapi dengan cepatnya Klea mendorong tubuh Agil.

“Mas bohongin Lea, mas bilang mas ngga akan pernah berpaling dari Lea. Tapi mas bohong, kan? Mas ngga bisa sama satu cewek. Mas ajak tidur mantan mas dimana?”

Mata Agil melebar, ia sangat kaget mendengar ucapan terakhir Klea.

“Tidur?” tanya Agil

Klea terkekeh, “Mas ajak dia tidur, kan? Terus nanti mas bisa punya anak deh sama dia. Kan pasti dia bisa kasih mas anak, makannya mas tidurin dia. Iya, kan?”

Prang! Klea tersentak. Agil melemparkan handphonenya ke arah kaca besar di lemarinya, sampai kaca itu pecah dan berhamburan di lantai.

Klea menoleh kearah sana, ia sangat kaget dengan apa yang baru saja Agil lakukan.

“Kamu nuduh mas nidurin Raline? Kamu berpikiran sejauh itu, Klea?!” bentak Agil

Klea tersentak kembali, ia mengerjapkan matanya berulang kali. Agil membentaknya? Agil juga memberi sebutan namanya dengan nama “Klea” ?

“Mas ngga habis pikir sama kamu. Kenapa sih, kenapa?! Kenapa kamu mikir sejauh itu? Kenapa kamu mikir kalo mas bakal berpaling dari kamu?!”

“Iya emang bener, kan? Salah aku ngomong kayak gitu?” ucap Klea menatap Agil

“Masih berani ngomong kayak gitu? Masih berani, hah?!” bentak Agil yang kali ini suaranya cukup kencang

Bugh! Bugh! Klea memukul dada Agil berulang kali, ia juga mendorong dorong tubuh Agil.

“MAS BENTAK LEA, HAH?!” teriak Klea sambil menangis

“KARENA KAMU UDAH KETERLALUAN! MAS BANTING TULANG SUSAH PAYAH CARI DUIT BUAT APA LEA? MAS LAKUIN ITU SEMUA BUAT KAMU, BUAT BAHAGIAIN KAMU!” ucap Agil dengan nada penekanan di akhir

“Kamu pikir kerjaan mas gampang? Mas juga kesiksa karena waktu mas udah ngga kayak dulu lagi buat kamu, mas ngga bisa bareng kamu setiap hari kayak dulu. Tapi mas selalu cari cara gimana caranya biar tetep bisa ngasih waktu luang buat berduaan sama kamu,” jeda Agil

Agil meneteskan air matanya, “Tapi balesan kamu selama ini apa buat mas? Kamu dengan gampangnya nuduh mas macem macem, bahkan kamu bilang kalo mas nidurin Raline? Kamu keterlaluan Klea, kamu gedein aja tuh overthinking kamu.”

Klea terdiam, ia tak membalas perkataan Agil sama sekali.

Agil menghela napasnya, “Sekarang kamu maunya gimana? Kamu mau mas berhenti kerja biar mas ngga disangka macem macem lagi sama kamu?” jeda Agil

“Coba sekarang mikir. Kalo mas berhenti kerja, kamu mau makan apa? Yang penuhin semua kebutuhan kita siapa? Mau minta Bapak? Mau minta Mamah? Mau minta Papah?” ucap Agil diakhiri dengan kekehan

“Kita udah dewasa, kita udah berumah tangga sekarang. Ngga mungkin kita masih bergantung sama orang tua kita, minta duit segala macem ke mereka padahal kita udah dewasa, dan seharusnya juga ngerti kalo kita harus cari duit sendiri. Sekarang cari duit itu ngga gampang, Klea. Coba kamu mikir, mikir....” ucap Agil menatap Klea

Agil memalingkan wajahnya ke arah lain, “Sekarang terserah kamu mau gimana, tapi yang paling penting mas ngga akan pernah berhenti kerja. Terserah kamu mau anggap mas macem macem apa gimana. Karena disini tujuan mas itu cuma kerja, dan duit hasil jerit payah mas cuma buat nafkahin dan bahagiain kamu,” ucap Agil lalu ia langsung melenggang pergi keluar kamar