at night with you.
Leon langsung bergegas pergi menghampiri Klea yang sedari tadi tidak kembali dari toilet. Ia sangat khawatir, ia menaiki beberapa anak tangga yang cukup banyak. Setelah sampai di depan toilet, Leon sangat terkejut melihat Klea yang sedang berjongkok di bawah sana.
“Klea,” panggil Leon
Yang dipanggil pun mendongak, lalu Klea langsung bangkit dari posisinya.
“What happened?” tanya Leon panik
Klea memalingkan wajahnya ke arah lain, raut wajahnya benar-benar tak bisa diartikan sama sekali. Klea terlihat seperti terkejut dan kebingungan.
“Klea, kamu kenapa?” tanya Leon sekali lagi
“I’m oke,” ucap Klea sambil memegang lengan Leon
“No, you’re not. Kamu kayak panik, kaget, kebingungan gitu. Kenapa, Klea? Ada yang jahat sama kamu? Who? Tell me now!” ucap Leon dengan tegas
“Ngga Leon, ngga ada yang jahat sama aku. Tadi aku, a-aku cuma kaget aja....” ucap Klea setelahnya menunduk
“Kaget kenapa?”
Klea menggigit bibir bawahnya, apakah Klea benar-benar sangat yakin dengan apa yang sudah terjadi tadi?
“Klea, jangan diem aja. Kenapa, sih?” ucap Leon sangat penasaran
Klea meremas erat jas Leon, “A-aku, aku tadi nabrak orang....”
“Terus?”
“Aku ngga liat jelas mukanya, tapi aku denger jelas suaranya. S-suaranya, i-itu kayak suara Mas Agil....” ucap Klea menatap Leon
Deg! Jantung Leon berpacu sangat cepat.
“L-leon, aku ngga bermaksud apa-apa. Tapi tadi aku denger jelas dia ngomong it’s okay. I-itu suaranya Mas Agil....” ucap Klea yang kini meneteskan air matanya
Leon langsung membawa Klea ke dekapannya saat itu juga, ia mendekapnya sangat erat.
“Leon.... aku mau pergi dari sini....”
Leon melepaskan pelukannya, lalu ia langsung merangkul pundak Klea dan mereka berdua langsung pergi begitu saja meninggalkan tempat ini.
Pukul sebelas malam. Gelap, sunyi, Leon dan Klea hanya duduk berdua di kursi taman ini. Di taman yang letaknya tak jauh dari tempat Wedding Party rekan kerja Leon.
Leon menoleh ke arah Klea, ia menatap wajah Klea yang sedikit bercahaya karena disinari rembulan malam. Leon tersenyum sambil menatapnya, lalu ia menyelipkan sedikit helaian rambut ke belakang telinga Klea. Klea menoleh menatap Leon, lalu ia tersenyum kecil.
“Kamu mungkin salah denger, itu juga kamu mungkin lagi kangen sama Agil,” ucap Leon menatap Klea
Klea terdiam. Sepertinya memang benar perkataan Leon, Klea hanya rindu Agil.
“Klea,” panggil Leon
“Apa?”
“Kalo Agil ternyata masih hidup, pasti kamu bakal ninggalin aku kan?” ucapnya
Klea mengernyit, lalu ia menatap Leon, “Kok ngomong gitu?”
Leon terkekeh, “Kamu tau, aku kan random orangnya.”
Klea terdiam kembali, ia hanya menatap sinar rembulan yang kini menerangi mereka berdua yang sedang duduk di kursi taman ini.
“Sini,” ucap Leon sambil merentangkan satu tangannya
“Apa?”
“Senderan di aku, kamu kedinginan kayaknya.”
Klea terdiam sejenak, lalu ia menggeser tubuhnya dan menjatuhkan kepalanya di pundak Leon. Leon mengelus secara perlahan pundak Klea, satu tangannya ia gunakan juga untuk menggenggam kedua tangan Klea agar tidak kedinginan.
“Kamu tau Mas Agil udah ngga ada, Leon. Mas Agil udah pergi ninggalin aku, dan anak-anak.”
Leon merasakan kemejanya basah, ia tahu bahwa Klea menangis. Masa lalu yang sangat kelam kembali berputar di kepala Leon.
“I’m so sorry. Aku yang udah buat semuanya jadi rumit kayak gini.”
Klea memejamkan matanya, ia merasakan rasa sesak yang kembali muncul di dadanya. Kenapa hidupnya jadi seperti ini? Ia menikah dengan seseorang yang sudah menghancurkan dunianya dulu. Walaupun kepergian Agil, jelas-jelas bukan kesalahan Leon. Itu benar-benar murni kecelakaan. Tetapi, Leon lah yang menghasut Klea sampai-sampai rumah tangganya hancur. Dan, lagi-lagi Klea menyalahkan dirinya sendiri. Ia merasa memang bahwa kepergian Agil karena dirinya.
Leon yang mendengar isakan tangis Klea langsung memeluknya dengan erat saat itu juga. Klea menangis sejadi-jadinya dalam pelukan Leon.
“Maafin aku. Aku juga ngerasa ngga pantes tiba-tiba muncul di kehidupan kamu lagi. Tapi rasanya, setiap dulu aku menjalani hari, aku makin kesiksa. Sampai akhirnya aku kembali buat selalu mantau dan jagain kamu dari jauh, karena cuma itu yang bisa aku lakuin. Dan ngga disangka-sangka, ternyata Ale minta aku buat nikahin kamu. Aku ngga tau harus apa, aku bener-bener bingung.”
Klea melepaskan pelukan Leon, ia menghapus air matanya.
“Klea, satu hal yang bikin aku ngga nolak tawaran Ale itu adalah.... Jujur, karena aku cinta sama kamu. Aku mau ngerasain gimana rasanya hidup bahagia sama orang yang aku cintai. Aku tau, aku jahat. Tapi aku ngga bisa bohong sama perasaan aku sendiri, aku bener-bener cinta sama kamu,” ucap Leon dengan mata yang berkaca-kaca
Klea kembali menangis, ia benar-benar sangat bingung dengan nasibnya sekarang. Tapi mungkin ini memang sudah jalan yang Tuhan beri, Leon dan Klea sudah menikah hampir dua tahun. Dan selama ini, kehidupan mereka memang lancar-lancar saja.
Klea menghela napas beratnya, ia menatap Leon dengan mata sembabnya, “Aku ngga tau harus ngapain, Leon. Aku rasa emang ini udah jalannya kita kayak gini. Jujur, aku juga berat buat nerima kamu. Tapi kalo jalannya udah kayak gini, mau gimana lagi?”
“Divorce me,” ucap Leon dengan cepat
Klea sangat terkejut mendengar Leon berkata seperti itu, ia mengerjapkan matanya berulang kali.
“M-maksudnya?”
Leon menunduk, “Hidup kamu tersiksa kayak gini tuh karena aku. Maka dari itu, lebih baik kamu cerai in aku.”
Klea menggeleng dengan cepat, “Kenapa, Leon?”
Leon bangkit dari duduknya, ia menghela napas beratnya, “I heard your conversation with Adam that time.”
Klea terkejut, sangat terkejut bukan main.
“I know, emang selama ini kamu terpaksa. Dan ya, daripada kita saling menyakiti hati kita masing-masing, lebih baik kita pisah Klea.”
Klea pun bangkit dari duduknya, ia mendongak menatap Leon karena tinggi Leon lebih dari dirinya, “Kamu mau pergi gitu aja? Kamu mau hancurin hati aku lagi?”
Leon terdiam cukup lama, sampai akhirnya ia kembali bersuara.
“Aku lebih baik disakiti dengan kebenaran, daripada aku disakiti dengan kepalsuan. Selama ini, selama ini kamu pura-pura nerima aku, semua yang kamu lakuin ke aku itu cuma pura-pura. Kamu tau, setiap saat aku selalu bilang i love you ke kamu ya karena aku beneran cinta sama kamu. And you know? why i never asked you to say i love you to me? Because I just want you to say those words sincerely from your heart. And I also know, that you will never say those words. Iya mungkin kamu bakal ucapin itu sekarang, but it's just a word. Itu ngga tulus dari hati kamu, itu palsu. Dan hati aku sakit, Klea.... kita selama ini hidup cuma dalam kepalsuan....” ucap Leon sambil menahan rasa sesaknya
Klea meneteskan air matanya.
“I’m so sorry, kalo perkataan aku terdengar maksa kamu banget. But, jauh di dalam lubuk hati aku, aku pengen banget kamu ngucapin kata i love you ke aku dengan tulus. Walaupun aku tau, I don't deserve those words.”
Klea menunduk, ia menangis sejadi-jadinya.
Leon menatap Klea dengan lekat, “Udah, Klea. It's better if we divorce, daripada kita nyakitin hati kita masing-masing. Kayaknya selama ini percuma, aku minta kamu buat anggap aku sebagai suami. Because your heart is still completely for Agil,” jeda Leon
Leon menghela napasnya, “Aku bakal urus surat perpisahan kita secepatnya.”
Klea menggeleng sambil menangis, “No. Don’t do it, Leon....”
“Aku pergi,” ucap Leon, setelah itu secara perlahan ia melangkahkan kakinya meninggalkan Klea sendirian di taman yang gelap dan sunyi ini
“Leon, kamu tega ninggalin aku kayak gini?”
“Leon!” teriak Klea
“LEONNNN!”
Klea membuka matanya dengan cepat, napasnya tersendat-sendat, jantungnya sangat berdebar. Ia merasakan bahwa wajahnya bercucuran keringat. Leon, di mana Leon?
“Hey? Kok bangun?”
Klea menoleh ke arah sampingnya, ia sangat terkejut melihat Leon yang sekarang duduk di sampingnya. Klea melihat ke arah sekeliling, ternyata ia berada di dalam mobil yang sedang melaju ini.
“Klea.... what happened?” tanya Leon panik yang melihat Klea seperti orang linglung
Klea kembali menatap Leon dengan raut wajah yang sangat panik, “K-kita mau ke mana?”
“Iya.... pulang? Tadi kamu ketiduran di pundak aku pas di taman. Yaudah aku gendong kamu, terus kita pulang,” ucap Leon
Klea menghela napasnya leganya, ia menyandarkan tubuhnya di kursi mobil. Ternyata, tadi hanya mimpi. Tetapi, rasanya sangat nyata sekali dan begitu terasa sangat menyakitkan.
“Ini Ac nya kurang gede apa gimana? Kok kamu keringetan, sih?” ucap Leon sambil mengatur Ac mobilnya
“Lo mimpi ya, Klea?” ucap Felix yang ternyata ia menyetir mobil ini
Leon mengusap seluruh keringat di wajah Klea dengan tangannya, “Kamu kenapa, sih? Mimpi? Duh, ini napas kamu sendat-sendat gini, sih.... mau minum?” tanya Leon benar-benar sangat khawatir
Klea menggeleng dengan cepat.
Klea kembali menatap Leon, tapi kali ini ia menatapnya benar-benar lekat.
“Leon,” panggil Klea
“Apa sayang?”
Klea terdiam cukup lama.
“Kenapa?” tanya Leon sambil memegang tangan Klea
“K-kamu, mau cerai in aku?” tanya Klea tiba-tiba sampai Felix terkejut dan mengerem mobilnya secara mendadak
“Felix anjing. Setan, sakit sialan,” ucap Leon menggaduh kesakitan karena kepalanya menubruk jok depan
“Aduh....” ringis Klea sambil memegang kepalanya
“Eh, eh, eh.... kamu gapapa?” tanya Leon panik sambil mengelus kepala Klea
Klea mengangguk.
“Sorry, sorry. Lagian Klea bikin gue kaget aja,” ucap Felix yang setelahnya kembali melajukan mobilnya
Leon hanya mendelik, lalu ia kembali menatap Klea, “Udah, bahas nanti aja ya? Sekarang tidur lagi aja. Masih jauh perjalanannya.”
“Leon....” panggil Klea kembali
“Apa lagi, sayang?”
Klea menunduk sejenak, lalu ia memberanikan dirinya untuk menatap Leon.
“A-aku, mau peluk....”