🤍
Masih dengan pakaian kerjanya, Caesar melangkahkan kakinya dengan cepat menyusuri lorong rumah sakit ini. Ia sangat terkejut setelah mendapatkan kabar bahwa Cara— anak perempuannya masuk rumah sakit.
Caesar menghentikan langkahnya saat ia melihat di depan sana Jhea menangis dan sedang ditenangi oleh Jennie.
Clarissa menyadari kehadiran anaknya, lalu ia menghampiri Caesar yang masih saja terdiam. “Abang....”
Jhea langsung menoleh ke sana saat Clarissa memanggil kata Abang yang berarti Caesar sudah sampai di rumah sakit ini.
“Cara gimana, mah?” tanya Caesar cemas
“Cara masih ditanganin sama dokter....”
Caesar menghela napasnya, lalu ia menatap Jhea yang menatapnya jauh di depan sana. Detik itu juga, Caesar langsung menghampiri Jhea.
“Kamu gimana sih jadi ibu, ngga becus banget jagain anaknya,” bentak Caesar dan ia menatap Jhea dengan tatapan marah
Jhea menunduk, “Aku minta maaf.... T-tadi aku ke pameran sebentar, terus mba ngabarin kalo Cara kesedak makanan....”
“Pameran, pameran terus! Kamu mentingin pameran daripada anak kamu sendiri?! Terus sekarang kalo udah kayak gini kamu mau nyalahin mba?!” bentak Caesar
Jhea hanya menangis saat Caesar membentaknya, ia memang benar-benar tidak becus menjadi seorang ibu.
Clarissa menghampiri Caesar, “Sayang.... Udah lah jangan bentak Jhea kayak gitu. Mamih yakin kok Cara bakal baik-baik aja, Cara cuma kesedak biasa....”
Caesar menatap Clarissa, “Kesedak biasa gimana sampe masuk rumah sakit kayak gini? Ini namanya bukan biasa, mih. Mamih bela aja terus tuh menantu mamih. Mentingin pamerannya daripada anaknya sendiri,” ucap Caesar setelah itu ia langsung pergi dan menerobos masuk ke ruangan anaknya yang sedang di rawat
Jhea memeluk Jennie, “Kak.... gue nyesel....”
Caesar terduduk di kursi rumah sakit, di samping ranjang anaknya yang sedang terbaring lemah di sana. Caesar meneteskan air matanya, ia teringat dengan ucapan dokter tadi bahwa Cara kondisinya lemah.
Caesar meraih tangan anaknya yang sekarang usianya sudah menginjak 5 tahun. Anaknya sangat tumbuh dengan baik selama ini, Caesar benar-benar sangat sayang kepada anak-anaknya.
Caesar mengusap surai rambut Cara, lalu ia bangkit dan mengecup dahi anaknya secara perlahan. “Adek.... bangun, yuk? Ini papah di sini.... Ayo main lagi sama papah, main lagi sama abang Came di rumah.... Adek jangan sakit kayak gini, papah ngga bisa liat adek sakit kayak gini....” ucapnya sambil meneteskan air matanya
Pintu ruangan terbuka, Caesar buru-buru menghapus air matanya.
“Sar, keluar dulu, gantian sama Jhea. Jhea mau nemenin Cara,” ucap Edgar
Caesar bangkit dari duduknya. Sebelum ia melenggang pergi keluar, Caesar mengecup tangan Cara secara perlahan.
Jhea yang berada di belakang Edgar langsung menatap Caesar saat itu juga setelah keluar dari ruangan anaknya di rawat. Sepertinya Caesar benar-benar marah kepadanya, Caesar sama sekali tidak menatap Jhea setelah keluar dari ruangan.
Edgar menghampiri Caesar yang sedang menatap keadaan luar dari jendela rumah sakit yang berada di lorong ini. Edgar menawarkannya segelas kopi, tetapi Caesar menolaknya.
Edgar menghela napasnya, “Kenapa, sih? Dokter tadi juga bilang Cara baik-baik aja, kan? Cara cuma butuh istirahat sebentar aja.”
Caesar terdiam, ia tak membalas ucapan Edgar.
Caesar melihat Edgar menyodorkan sesuatu kepadanya, ia melihat di sana sebuah Kanvas yang bergambarkan sebuah lukisan dirinya dan keluarga kecilnya.
“Jhea ke pameran buat ambil ini. Waktu itu ada event melukis gitu, tapi Jhea ngga selesain lukisannya karena mba nelpon kalo Cara nangis minta digendong sama mamahnya. Jhea lupa buat ambil lukisan ini, terus tadi dia balik ke pameran lagi buat ambil lukisan ini. Lo liat, apa yang dia lukis. Dia lukis keluarga kecil lo.”
Caesar meraih Kanvas tersebut dari tangan Edgar, ia melihatnya dengan sangat rinci lukisan tersebut. Walaupun belum sepenuhnya selesai, tapi Caesar sangat takjub dengan lukisan Jhea ini.
“Jangan marahin Jhea, sar. Jhea tuh selama ini berusaha jadi yang terbaik buat lo, buat anak-anak lo. Lagian ibu mana sih, yang tega sama anaknya sendiri kayak gini? Lo ngga tau ya daritadi Jhea nangis terus di luar, dia nyalahin dirinya sendiri. Dia bilang dia ngga becus jadi ib—“ ucap Edgar terpotong saat melihat Caesar langsung melenggang pergi saat itu juga
Caesar membuka pintu ruangan Cara, ia terkejut saat melihat Cara di sana sudah bangun dan sedang mengobrol dengan Jhea.
“PAPAHHH!!!!” teriak Cara
Dengan cepat Caesar langsung menghampiri Cara dan memeluknya dengan sangat erat.
“Sayang, anak papah gapapa?” tanya Caesar cemas
Cara mengangguk girang, “Gapapa, papah....”
Caesar langsung membawa Cara ke dekapannya lagi. Syukurlah.... jika Cara tidak kenapa-kenapa.
“Papah....” panggil Cara
Caesar melepaskan pelukannya, “Iya, sayang? Cara mau apa? Bilang sama papah.”
Cara menatap Jhea yang berada di sampingnya, lalu ia kembali menatap Caesar. “Papah tadi marahin mamah, ya? Mamah sampe nangis gitu pasti tadi papah marahin.... Kan Cara udah bilang sama papah jangan marahin mamah Cara, nanti Cara marah sama papah....”
Caesar terdiam sejenak, lalu ia menatap Jhea di sana yang sedang menunduk.
Caesar menahan tangisnya mati-matian, lalu ia menatap anaknya kembali. “Iya.... tadi papah marahin mamah.... Maaf, ya? Maafin papah.... Cara jangan marah sama papah....”
“Cara ngga akan marah sama papah kalo papah baikan sama mamah. Cara ngga mau papah sama mamah berantem cuma gara-gara Cara. Ini Cara baik-baik aja kok Cara ngga kenapa-kenapa,” ucap Cara menatap Caesar
Caesar tersenyum getir, anak perempuannya ini benar-benar sudah tumbuh dengan baik.
“Ayo papah.... papah minta maaf gih sana sama mamah terus baikan.”
Caesar terkekeh, lalu ia mencium dahi anaknya. “Iya, sayang....”
Jhea masih saja menunduk, ia menggigit bibir bawahnya dan memainkan jarinya.
Jhea sangat terkejut saat Caesar tiba-tiba saja memutar kursi yang ia duduki. Caesar berjongkok di hadapannya, lalu ia meraih tangannya dan langsung menggenggamnya saat itu juga.
Jhea benar-benar sudah tak tahan saat Caesar menatapnya cukup lekat, air mata Jhea berhasil menetes di pipinya.
“Maafin aku, udah ngebentak kamu tadi,” ucap Caesar sambil mengelus tangan Jhea
Jhea terdiam. Entah mengapa, ia jadi sangat takut menatap Caesar.
“Hey....” ucap Caesar sambil menarik dagu Jhea agar menatap dirinya
“Aku minta maaf, je....” ucap Caesar sekali lagi
Detik itu juga, Jhea langsung menangis dan langsung memeluk Caesar.
“A-aku yang harusnya minta maaf.... Aku ngga b-becus jadi i-ibu....” ucap Jhea sambil menangis sesegukan
Caesar melepaskan pelukannya, lalu ia menghapus air mata Jhea. “Ngga, sayang. Maaf, maafin aku yang bilang kayak gitu ke kamu tadi. Aku terlalu emosi, maafin aku yang ngga bisa kontrol emosi aku....”
Jhea menggeleng lemah.
Caesar bangkit dari posisinya lalu ia mengambil Kanvas tadi. “Ini, kamu mau ngambil ini kan tadi?”
“Dapet dari mana?” tanya Jhea
“Bang Edgar,” jawab Caesar
Jhea kembali menangis, ia menutup wajahnya. Caesar yang melihat itu langsung membawa Jhea ke dekapannya lagi. “Sayang.... maafin aku, ya? Aku bener-bener minta maaf, aku ngga seharusnya bentak kamu....” jeda Caesar
Caesar melepaskan pelukannya, ia menatap Jhea cukup lekat, “Makasih, ya? Makasih udah mau ngelukis keluarga kecil kita.... Makasih kamu udah berusaha jadi yang terbaik buat aku sama anak-anak. Maaf, aku minta maaf je.... Maafin aku, ya?”
Jhea menatap sendu Caesar, lalu tanpa berlama-lama lagi Jhea pun langsung mengangguk dan ia langsung memeluk Caesar kembali.
“A-aku juga minta maaf sama kamu....” ucap Jhea menangis di sela-sela dekapannya
“Udah gapapa, kamu jangan salahin diri kamu ya?” ucap Caesar sembari mengelus punggung Jhea
Jhea melepaskan pelukannya, lalu ia mengangguk.
“Baikan dong!” ucap Cara
Caesar dan Jhea menoleh, mereka berdua terkekeh.
“Mamah kamu, nih. Jelek, nangis,” ledek Caesar yang setelahnya dapat pukulan dari Jhea
“Udah baikan ih lama banget deh mamah sama papah,” ucap Cara kesal
“Iya iya bawel....” ucap Caesar menatap anaknya
Caesar menatap Jhea, lalu ia menyodorkan jari kelingkingnya. “Baikan?” tanya Caesar
Jhea menghapus sisa air matanya, lalu ia menyatukan jari kelingkingnya dengan jari kelingking Caesar. “Baikan.”
Caesar tersenyum, lalu ia mengecup bibir Jhea saat itu juga.
“YEAYYYY!!!! AKHIRNYA PAPAH SAMA MAMAH BAIKAN!!!! YEAY YEAY YEAY!!!!” teriak Cara kegirangan
Caesar dan Jhea hanya terkekeh melihat tingkah laku anak perempuannya itu. Mereka berdua sangat senang jika Cara kembali ceria lagi walaupun ia berada di ranjang rumah sakit.
“Eh ini om Harvi video call, nih. Pasti abang came. Cara mau video call an sama abang, ngga?” ucap Caesar menatap Cara
“MAU! MAU!!! MANA!!!!”
“Halooo adekkkkk! Adek udah sembuh?”
“Ya belom lah, bang. Adek aja baru masuk rumah sakit.”
“Abang kira udah sembuh, nanti kita mainan bareng lagi.... Oh iya, ini katanya om Harvi mau beliin kita mobil tau.”
”EH APAAN NGGA NGGA BOHONG,” teriak Harvi
“Beneran dek katanya nanti dibeliin sama om Harvi. Adek cepet sembuh ya, biar nanti kita bisa main lagi terus nanti naik mobil yang dibeliin om Harvi deh....”
“OKEEEE, HARI INI ADEK LANGSUNG KE LUAR DARI RUMAH SAKIT DEH.”
“NGGA GITU JUGA, BOCAH.... OM GAADA DUIT....” ucap Harvi
Di luar sana, Edgar, Jennie, Clarissa, dan Mario hanya tertawa saat melihat Caesar, Jhea, dan Cara sedang tertawa juga di dalam sana. Hati mereka berempat sangat lega saat melihat Caesar dan Jhea sudah berbaikan saat ini. Mereka sama sama tersenyum melihat keharmonisan keluarga Caesar dan Jhea. Memang ya, komunikasi itu sangat penting dalam suatu hubungan. Dan itu adalah kunci utama dari rumah tangga Caesar dan Jhea selama ini.
Happy 30k jhesar au!!!!! Thank you so much, guys <3