nankeyst

🤍

Masih dengan pakaian kerjanya, Caesar melangkahkan kakinya dengan cepat menyusuri lorong rumah sakit ini. Ia sangat terkejut setelah mendapatkan kabar bahwa Cara— anak perempuannya masuk rumah sakit.

Caesar menghentikan langkahnya saat ia melihat di depan sana Jhea menangis dan sedang ditenangi oleh Jennie.

Clarissa menyadari kehadiran anaknya, lalu ia menghampiri Caesar yang masih saja terdiam. “Abang....”

Jhea langsung menoleh ke sana saat Clarissa memanggil kata Abang yang berarti Caesar sudah sampai di rumah sakit ini.

“Cara gimana, mah?” tanya Caesar cemas

“Cara masih ditanganin sama dokter....”

Caesar menghela napasnya, lalu ia menatap Jhea yang menatapnya jauh di depan sana. Detik itu juga, Caesar langsung menghampiri Jhea.

“Kamu gimana sih jadi ibu, ngga becus banget jagain anaknya,” bentak Caesar dan ia menatap Jhea dengan tatapan marah

Jhea menunduk, “Aku minta maaf.... T-tadi aku ke pameran sebentar, terus mba ngabarin kalo Cara kesedak makanan....”

“Pameran, pameran terus! Kamu mentingin pameran daripada anak kamu sendiri?! Terus sekarang kalo udah kayak gini kamu mau nyalahin mba?!” bentak Caesar

Jhea hanya menangis saat Caesar membentaknya, ia memang benar-benar tidak becus menjadi seorang ibu.

Clarissa menghampiri Caesar, “Sayang.... Udah lah jangan bentak Jhea kayak gitu. Mamih yakin kok Cara bakal baik-baik aja, Cara cuma kesedak biasa....”

Caesar menatap Clarissa, “Kesedak biasa gimana sampe masuk rumah sakit kayak gini? Ini namanya bukan biasa, mih. Mamih bela aja terus tuh menantu mamih. Mentingin pamerannya daripada anaknya sendiri,” ucap Caesar setelah itu ia langsung pergi dan menerobos masuk ke ruangan anaknya yang sedang di rawat

Jhea memeluk Jennie, “Kak.... gue nyesel....”

Caesar terduduk di kursi rumah sakit, di samping ranjang anaknya yang sedang terbaring lemah di sana. Caesar meneteskan air matanya, ia teringat dengan ucapan dokter tadi bahwa Cara kondisinya lemah.

Caesar meraih tangan anaknya yang sekarang usianya sudah menginjak 5 tahun. Anaknya sangat tumbuh dengan baik selama ini, Caesar benar-benar sangat sayang kepada anak-anaknya.

Caesar mengusap surai rambut Cara, lalu ia bangkit dan mengecup dahi anaknya secara perlahan. “Adek.... bangun, yuk? Ini papah di sini.... Ayo main lagi sama papah, main lagi sama abang Came di rumah.... Adek jangan sakit kayak gini, papah ngga bisa liat adek sakit kayak gini....” ucapnya sambil meneteskan air matanya

Pintu ruangan terbuka, Caesar buru-buru menghapus air matanya.

“Sar, keluar dulu, gantian sama Jhea. Jhea mau nemenin Cara,” ucap Edgar

Caesar bangkit dari duduknya. Sebelum ia melenggang pergi keluar, Caesar mengecup tangan Cara secara perlahan.

Jhea yang berada di belakang Edgar langsung menatap Caesar saat itu juga setelah keluar dari ruangan anaknya di rawat. Sepertinya Caesar benar-benar marah kepadanya, Caesar sama sekali tidak menatap Jhea setelah keluar dari ruangan.

Edgar menghampiri Caesar yang sedang menatap keadaan luar dari jendela rumah sakit yang berada di lorong ini. Edgar menawarkannya segelas kopi, tetapi Caesar menolaknya.

Edgar menghela napasnya, “Kenapa, sih? Dokter tadi juga bilang Cara baik-baik aja, kan? Cara cuma butuh istirahat sebentar aja.”

Caesar terdiam, ia tak membalas ucapan Edgar.

Caesar melihat Edgar menyodorkan sesuatu kepadanya, ia melihat di sana sebuah Kanvas yang bergambarkan sebuah lukisan dirinya dan keluarga kecilnya.

“Jhea ke pameran buat ambil ini. Waktu itu ada event melukis gitu, tapi Jhea ngga selesain lukisannya karena mba nelpon kalo Cara nangis minta digendong sama mamahnya. Jhea lupa buat ambil lukisan ini, terus tadi dia balik ke pameran lagi buat ambil lukisan ini. Lo liat, apa yang dia lukis. Dia lukis keluarga kecil lo.”

Caesar meraih Kanvas tersebut dari tangan Edgar, ia melihatnya dengan sangat rinci lukisan tersebut. Walaupun belum sepenuhnya selesai, tapi Caesar sangat takjub dengan lukisan Jhea ini.

“Jangan marahin Jhea, sar. Jhea tuh selama ini berusaha jadi yang terbaik buat lo, buat anak-anak lo. Lagian ibu mana sih, yang tega sama anaknya sendiri kayak gini? Lo ngga tau ya daritadi Jhea nangis terus di luar, dia nyalahin dirinya sendiri. Dia bilang dia ngga becus jadi ib—“ ucap Edgar terpotong saat melihat Caesar langsung melenggang pergi saat itu juga

Caesar membuka pintu ruangan Cara, ia terkejut saat melihat Cara di sana sudah bangun dan sedang mengobrol dengan Jhea.

“PAPAHHH!!!!” teriak Cara

Dengan cepat Caesar langsung menghampiri Cara dan memeluknya dengan sangat erat.

“Sayang, anak papah gapapa?” tanya Caesar cemas

Cara mengangguk girang, “Gapapa, papah....”

Caesar langsung membawa Cara ke dekapannya lagi. Syukurlah.... jika Cara tidak kenapa-kenapa.

“Papah....” panggil Cara

Caesar melepaskan pelukannya, “Iya, sayang? Cara mau apa? Bilang sama papah.”

Cara menatap Jhea yang berada di sampingnya, lalu ia kembali menatap Caesar. “Papah tadi marahin mamah, ya? Mamah sampe nangis gitu pasti tadi papah marahin.... Kan Cara udah bilang sama papah jangan marahin mamah Cara, nanti Cara marah sama papah....”

Caesar terdiam sejenak, lalu ia menatap Jhea di sana yang sedang menunduk.

Caesar menahan tangisnya mati-matian, lalu ia menatap anaknya kembali. “Iya.... tadi papah marahin mamah.... Maaf, ya? Maafin papah.... Cara jangan marah sama papah....”

“Cara ngga akan marah sama papah kalo papah baikan sama mamah. Cara ngga mau papah sama mamah berantem cuma gara-gara Cara. Ini Cara baik-baik aja kok Cara ngga kenapa-kenapa,” ucap Cara menatap Caesar

Caesar tersenyum getir, anak perempuannya ini benar-benar sudah tumbuh dengan baik.

“Ayo papah.... papah minta maaf gih sana sama mamah terus baikan.”

Caesar terkekeh, lalu ia mencium dahi anaknya. “Iya, sayang....”

Jhea masih saja menunduk, ia menggigit bibir bawahnya dan memainkan jarinya.

Jhea sangat terkejut saat Caesar tiba-tiba saja memutar kursi yang ia duduki. Caesar berjongkok di hadapannya, lalu ia meraih tangannya dan langsung menggenggamnya saat itu juga.

Jhea benar-benar sudah tak tahan saat Caesar menatapnya cukup lekat, air mata Jhea berhasil menetes di pipinya.

“Maafin aku, udah ngebentak kamu tadi,” ucap Caesar sambil mengelus tangan Jhea

Jhea terdiam. Entah mengapa, ia jadi sangat takut menatap Caesar.

“Hey....” ucap Caesar sambil menarik dagu Jhea agar menatap dirinya

“Aku minta maaf, je....” ucap Caesar sekali lagi

Detik itu juga, Jhea langsung menangis dan langsung memeluk Caesar.

“A-aku yang harusnya minta maaf.... Aku ngga b-becus jadi i-ibu....” ucap Jhea sambil menangis sesegukan

Caesar melepaskan pelukannya, lalu ia menghapus air mata Jhea. “Ngga, sayang. Maaf, maafin aku yang bilang kayak gitu ke kamu tadi. Aku terlalu emosi, maafin aku yang ngga bisa kontrol emosi aku....”

Jhea menggeleng lemah.

Caesar bangkit dari posisinya lalu ia mengambil Kanvas tadi. “Ini, kamu mau ngambil ini kan tadi?”

“Dapet dari mana?” tanya Jhea

“Bang Edgar,” jawab Caesar

Jhea kembali menangis, ia menutup wajahnya. Caesar yang melihat itu langsung membawa Jhea ke dekapannya lagi. “Sayang.... maafin aku, ya? Aku bener-bener minta maaf, aku ngga seharusnya bentak kamu....” jeda Caesar

Caesar melepaskan pelukannya, ia menatap Jhea cukup lekat, “Makasih, ya? Makasih udah mau ngelukis keluarga kecil kita.... Makasih kamu udah berusaha jadi yang terbaik buat aku sama anak-anak. Maaf, aku minta maaf je.... Maafin aku, ya?”

Jhea menatap sendu Caesar, lalu tanpa berlama-lama lagi Jhea pun langsung mengangguk dan ia langsung memeluk Caesar kembali.

“A-aku juga minta maaf sama kamu....” ucap Jhea menangis di sela-sela dekapannya

“Udah gapapa, kamu jangan salahin diri kamu ya?” ucap Caesar sembari mengelus punggung Jhea

Jhea melepaskan pelukannya, lalu ia mengangguk.

“Baikan dong!” ucap Cara

Caesar dan Jhea menoleh, mereka berdua terkekeh.

“Mamah kamu, nih. Jelek, nangis,” ledek Caesar yang setelahnya dapat pukulan dari Jhea

“Udah baikan ih lama banget deh mamah sama papah,” ucap Cara kesal

“Iya iya bawel....” ucap Caesar menatap anaknya

Caesar menatap Jhea, lalu ia menyodorkan jari kelingkingnya. “Baikan?” tanya Caesar

Jhea menghapus sisa air matanya, lalu ia menyatukan jari kelingkingnya dengan jari kelingking Caesar. “Baikan.”

Caesar tersenyum, lalu ia mengecup bibir Jhea saat itu juga.

“YEAYYYY!!!! AKHIRNYA PAPAH SAMA MAMAH BAIKAN!!!! YEAY YEAY YEAY!!!!” teriak Cara kegirangan

Caesar dan Jhea hanya terkekeh melihat tingkah laku anak perempuannya itu. Mereka berdua sangat senang jika Cara kembali ceria lagi walaupun ia berada di ranjang rumah sakit.

“Eh ini om Harvi video call, nih. Pasti abang came. Cara mau video call an sama abang, ngga?” ucap Caesar menatap Cara

“MAU! MAU!!! MANA!!!!”

“Halooo adekkkkk! Adek udah sembuh?”

“Ya belom lah, bang. Adek aja baru masuk rumah sakit.”

“Abang kira udah sembuh, nanti kita mainan bareng lagi.... Oh iya, ini katanya om Harvi mau beliin kita mobil tau.”

”EH APAAN NGGA NGGA BOHONG,” teriak Harvi

“Beneran dek katanya nanti dibeliin sama om Harvi. Adek cepet sembuh ya, biar nanti kita bisa main lagi terus nanti naik mobil yang dibeliin om Harvi deh....”

“OKEEEE, HARI INI ADEK LANGSUNG KE LUAR DARI RUMAH SAKIT DEH.”

“NGGA GITU JUGA, BOCAH.... OM GAADA DUIT....” ucap Harvi

Di luar sana, Edgar, Jennie, Clarissa, dan Mario hanya tertawa saat melihat Caesar, Jhea, dan Cara sedang tertawa juga di dalam sana. Hati mereka berempat sangat lega saat melihat Caesar dan Jhea sudah berbaikan saat ini. Mereka sama sama tersenyum melihat keharmonisan keluarga Caesar dan Jhea. Memang ya, komunikasi itu sangat penting dalam suatu hubungan. Dan itu adalah kunci utama dari rumah tangga Caesar dan Jhea selama ini.

Happy 30k jhesar au!!!!! Thank you so much, guys <3

Dierrel menghentikan langkahnya di depan sebuah ruangan rumah sakit ini, ruangan yang tadi diberitahu oleh Kenny bahwa ruangan ini adalah tempat Klea dirawat. Entah mengapa, Dierrel sangat takut untuk memasuki ruangan tersebut. Tapi pada akhirnya, ia memberanikan dirinya untuk segera masuk ke ruangan tersebut.

Dierrel meraih knop pintu itu, tapi tak lama pintu tersebut langsung terbuka dengan cepat dan menampilkan Kenny di sana yang keluar dari ruangan tersebut saat itu juga. Bukan hanya Kenny yang keluar, tetapi di belakangnya ada Adam dan Alea.

“Eh, lo udah dateng. Kok ngga bilang-bilang, sih?” ucap Kenny

Adam dan Alea sangat terkejut saat melihat siapa orang yang berada di hadapan mereka berdua sekarang. Jantung mereka sangat berdebar, mereka benar-benar tak percaya dengan apa yang mereka lihat saat ini.

“P-papah?” ucap Alea terbata-bata

Dierrel menunduk, ia menghela napasnya lalu kembali menatap Adam dan Alea yang terpaku di sana.

“Hi? Saya…. Dierrel. Dierrel Kamaiel. Saya rekan kerja mamah kalian,” ucap Dierrel menatap Adam dan Alea secara bergantian

Alea melangkahkan kakinya secara perlahan ke arah Dierrel. Ia menatap Dierrel secara rinci, dari atas sampai bawah. Lalu, ia menatap wajah Dierrel dengan sangat lekat.

Setetes air mata berhasil turun di pipi Alea. “Papah? Papah Agil....?”

“Em.... Ale.... D-dia bukan papah kamu, dia Dierrel. Iya memang wajahnya mirip sama papah kamu, tapi dia bukan papah kamu....” ucap Kenny sambil memegang pundak Alea

Alea mengacuhkan ucapan Kenny, yang ia lakukan sekarang hanyalah menatap Dierrel yang benar-benar sangat mirip dengan Agil.

“Ini Ale ngga mimpi, kan? Papah Agil? Papah, masih, hidup....?” ucap Alea yang matanya tak berhenti menatap Dierrel

Dierrel terdiam.

“Pah.... mamah sakit.... mamah tadi pingsan.... ini semua pasti gara-gara Ale. Maafin Ale ya, pah? Papah marah ya sama Ale? Pasti papah marah banget kan sama Ale? Pah.... kenapa diem aja?” ucap Alea dengan mata yang berkaca-kaca sambil menggerakkan lengan Dierrel

Adam menarik tangan Alea agar menjauh dari Dierrel. “Mas.... papah, mas.... papah masih hidup....” ucap Alea menatap Adam

Adam menggeleng, “Dia bukan papah, Ale....”

Bugh! Secara tiba-tiba Alea memukul dada Adam, “Lo gila, ya? Jelas-jelas ini papah....” ucap Alea sambil memegang lengan Dierrel

Adam menghela napasnya, lalu ia menggeleng lemah.

“Pah.... ini kenapa diem aja, sih?” ucap Alea frustasi

“Ale tenang, ya? Kamu tenang dulu.... Lelaki ini bukan papah kamu. Dia temen tante, dia Dierrel....” ucap Kenny memegang kedua pundak Alea

Alea langsung menepis tangan Kenny saat itu juga, lalu ia berdiri di samping Dierrel sambil memegang lengannya, “Ngga, tante. Ini papah Ale, ini papah Agil....”

Alea menatap Dierrel kembali, lalu ia langsung mendekapnya dan menangis di dekapan Dierrel saat itu juga.

“Papah.... Ale kangen banget sama papah.... Ini papah, kan? Ini papah Agil, kan?” ucap Alea disela-sela tangisannya

Dierrel terdiam sejenak, lalu ia langsung mendorong tubuh Alea secara perlahan agar Alea melepaskan pelukannya.

Dierrel menghela napasnya. Lalu ia menatap Alea, Kenny, dan Adam secara bergantian.

“Saya harus pergi, saya lupa ada kerjaan,” ucapnya setelah itu Dierrel membalikkan tubuhnya dan langsung melenggang pergi saat itu juga

“PAPAH!” teriak Alea sambil berlari mengejar Dierrel, tapi dengan cepat Adam berhasil mencegatnya.

Alea memberontak saat Adam memegang tangannya dengan sangat erat, “APAAN SIH, LEPASIN NGGAK?!”

“Dia bukan papah, Ale!”

Bugh! Bugh! Alea memukul dada Adam berkali-kali, “LO BUTA APA GIMANA SI, ANJING! LO LIAT MAS, TADI ITU PAPAH!” teriak Alea

“Lo jaga ucapan lo!”

Alea mendorong tubuh Adam cukup kencang, lalu ia meremas erat rambutnya dan mengusap wajahnya. “Itu papah, mas.... itu papah Agil....” ucap Alea yang kembali menangis

Bruk! Alea menjatuhkan tubuhnya di lantai rumah sakit, ia menangis sejadi-jadinya. “Papah marah ya sama gue makanya dia ngga mau ngaku....”

Kenny meneteskan air matanya saat melihat Alea menangis di bawah sana.

Adam menghela napasnya secara perlahan, ia tidak sadar bahwa dirinya meneteskan air matanya sedari tadi. Adam langsung berjongkok menyamakan posisi tubuhnya dengan tubuh Adiknya, ia mengelus secara perlahan rambut adiknya. Ia benar-benar tidak tahan saat melihat adiknya menangis seperti ini, lalu ia langsung membawa adiknya ke dalam dekapannya saat itu juga.

“Dia bukan papah, Ale....”

Alea menangis sesegukan. “Dia papah, mas.... Papah Agil....”

Leon membuka pintu rumahnya secara perlahan, ia melangkahkan kakinya menuju dapur untuk mengambil segelas air. Ia melihat sekeliling ruangan di rumahnya, sangat gelap. Akhirnya Leon mengecek kamar Adam dan Alea terlebih dahulu, dan ternyata Adam dan Alea sudah pulang kuliah dan sudah tertidur pulas. Setelah mengecek kedua anaknya, Leon kembali ke dapur. Ia menghentikan langkahnya saat melihat Klea yang terduduk di kursi dapur sambil menatap ke arahnya sekarang.

“Abis dari mana, jam segini baru pulang,” ucap Klea menatap Leon

Leon terdiam sejenak. “Ya abis dari kantor. Kamu udah pulang?”

“Kamu ngga liat aku ada di sini sekarang?”

Leon menghela napasnya, ia mengalihkan pandangannya ke arah lain. Ia sangat malas berdebat dengan Klea, lalu ia berbalik badan dan langsung melangkahkan kakinya untuk ke kamar. Tetapi baru melangkahkan kakinya beberapa langkah, Leon langsung menghentikan langkahnya saat itu juga di saat Klea bertanya sesuatu kepadanya.

“Jawab aku, Leon. Kamu selingkuhin aku?” ucap Klea sembari menghampiri Leon

Suara hujan dan petir di luar sana yang menggema tiba-tiba saja muncul, dan hal itu membuat keadaan saat ini sangat menjadi tegang.

Klea menangis, ia menarik tangan Leon agar menghadap ke arahnya, “Kenapa diem aja?”

Leon masih saja terdiam, ia tak membalas ucapan Klea.

Klea menunduk, ia menangis sejadi-jadinya sambil meremas erat sweater rajut coklat yang Leon kenakan.

“J-jawab aku, Leon.... Kamu selingkuhin aku....?”

Leon menatap Klea yang menatapnya dengan air mata yang tidak berhenti turun sama sekali. Leon menghela napasnya, lalu ia melepaskan tangan Klea yang meremas sweaternya.

“Yes, I have another girl.”

Klea menggeleng dengan cepat, lalu ia mendekatkan tubuhnya ke Leon, “Ngga, ngga mungkin. Kamu ngga selingkuhin aku, kan? Kamu bohong sama aku....” ucap Klea menatap Leon

“Aku ngga bohong sama kamu,” jeda Leon cukup lama

“Dia hamil, hamil anak aku,” lanjutnya tanpa menatap Klea

Klea menutup mulutnya tak percaya. “Kamu bohong, kan? Sumpah, ngga lucu Leon....”

“Bohong apa, sih? Emang aku keliatan bohong?” ucap Leon menatap Klea

“Kamu ngga mungkin ngelakuin ini, Leon....” ucap Klea yang kembali menangis

“Ngga mungkin gimana? Dulu aku kasarin kamu aja bisa, kenapa sekarang aku hamilin perempuan lain ngga bisa? Aku jahat, kan? Aku jahat, Klea....”

Klea meremas erat rambutnya, tubuhnya bergerak tak menentu. Ia benar-benar tidak percaya dengan hal yang terjadi kali ini. Ia teringat mimpi waktu itu. Apakah mimpi itu sekarang akan menjadi kenyataan? Apakah Leon akan menceraikannya cepat atau lambat? Tapi tidak, Klea benar-benar tidak percaya bahwa Leon melakukan hal itu kepadanya.

Klea menghapus air matanya dengan cepat, lalu ia kembali menghampiri Leon dan memegang erat lengan Leon.

“Kamu ngga selingkuhin aku, kan? Please bilang kalo kamu bohong. BILANG KALO KAMU BOHONG LEO—“

“AKU SELINGKUH, KLEA. PEREMPUAN ITU HAMIL ANAK AKU!” bentak Leon

Klea tersentak saat Leon membentaknya, karena suara Leon terdengar sangat keras. Setelah itu, Leon langsung melangkahkan kakinya pergi ke kamar meninggalkan Klea yang masih terpaku sambil menangis di sana.


Klea terduduk di kasur kamarnya, ia tak berhenti meneteskan air matanya. Mengapa hidupnya seperti ini? Mengapa hal yang sangat ia benci sekarang terulang kembali? Mengapa Leon menyelingkuhinya? Klea salah apa? Perempuan itu sangat banyak menanggung derita selama ini, dan sekarang hal yang sangat menyakitkan kembali masuk ke kehidupannya lagi. Tuhan, mengapa banyak sekali cobaan yang datang ke kehidupan Klea? Ia baru saja merasakan kebahagiaan, tapi mengapa semua akhirnya menjadi seperti ini? Cobaan apa lagi ini ya Tuhan.... Klea tahu bahwa dulu ia melakukan kesalahan yang cukup besar, tetapi ia tidak menyangka bahwa ia mendapatkan balasan seperti ini. Klea benar-benar tidak tahu, apakah ini semua akan menjadi akhir dari segalanya?

Klea menangis, memukuli dadanya secara perlahan, “Mas.... Lea capek, mas.... Lea ngga kuat.... Kenapa hidup Lea seberat ini, mas.... Lea bener-bener ngga kuat....”

Klea menghentikan tangisannya, ia mendengar bahwa ada suara panggilan dari handphone Leon yang terletak di rak samping kasurnya. Klea bangkit dari duduknya, lalu ia melangkahkan kakinya ke arah kamar mandi kamarnya terlebih dahulu untuk memastikan bahwa Leon masih bersih-bersih di dalam sana. Setelah memastikan bahwa Leon masih mandi, secara perlahan Klea mengambil handphone Leon. Di sana tertera nama Sherin. Apakah ini.... perempuan itu? Dengan tangan yang gemetar, Klea mengangkat panggilan tersebut.

“Halo sayang.... Besok kamu nginep di Apart aku aja, ya? Perut aku pengen di elus lagi sama kamu.... Nanti juga jangan lupa beliin Strawberry Cheesecake yang biasa kita beli waktu itu, ya? Sama ini, aku mau dibeliin boneka Teddy bear buat temen tidur aku sama anak kita.... Jangan lupa ya, sayang.... I love youuu, i love you papah Leon....”

Bruk! Tangan Klea melemas saat itu juga, dan ia juga berhasil menjatuhkan handphone Leon begitu saja. Klea mengerjapkan matanya berulang kali, napasnya terasa sangat sesak. Klea meneteskan air matanya, ia benar-benar tidak menyangka bahwa Leon memang benar menyelingkuhi dirinya.

“Aku emang belum sepenuhnya cinta sama kamu, Leon.... Tapi bukan berarti aku mau diginiin....”

Klea menoleh saat ia menyadari ada seseorang yang duduk di sampingnya. Ternyata, itu Dierrel. Dierrel memberikan secangkir teh kepada Klea, lalu Klea menerimanya dengan sepenuh hati.

Klea menyeruput sedikit tehnya, “It’s chamomile?”

Dierrel mengangguk.

Setelah menyeruput tehnya, Klea kembali menatap langit sore di depan sana.

“Kamu kenapa nangis? Kamu nangis kan tadi? Kata grandma kamu nangis,” ucap Dierrel yang sedang menatap langit sore juga

Klea menghela napasnya, “Cuma sedih aja.”

“Sedih kenapa?”

“Ya.... Sedih liat foto foto sama video kamu waktu kecil.”

“Apa kamu udah sepenuhnya percaya kalo saya ini memang Dierrel?”

Klea terdiam sejenak, ia menunduk, lalu mengangguk kecil.

Sudah sekitar setengah jam mereka berdua terdiam duduk di jendela sambil menatap langit sore yang mulai menggelap, mereka benar-benar tak berbicara lagi sedari tadi. Namun, pada akhirnya pun Dierrel kembali membuka suaranya untuk memecahkan keheningan ini.

“Kamu ngga bosen liatin langit terus daritadi? Udah setengah jam, loh.”

Klea menggeleng, “Ngga akan pernah bosen. Kamu suruh aku seharian buat liatin langit terus bakal aku lakuin, kok.”

“Ngga, ngga akan mau. Nanti kamu sakit, saya yang repot.”

Klea menoleh, menatap Dierrel dari samping. Lalu, ia kembali menatap langit lagi.

“Kamu pernah kangen seseorang?” tanya Klea tiba-tiba

“Pernah.”

“Who? Your parents?”

“Yes.”

“Orang tua kamu beneran udah meninggal?” tanya Klea menatap Dierrel

Dierrel terdiam sejenak, lalu ia mengangguk, “Mamah meninggal beberapa hari setelah lahirin saya, papah meninggal karena kecelakaan.”

Klea menunduk, “I’m sorry to hear that.”

“Kalo kamu? Pasti kamu selalu kangen ya sama suami kamu?”

Klea tersenyum getir, “Ngga usah ditanya lagi, always. aku bener-bener kangen sama dia....”

“Em.... Aku pernah dikasih tau sama Kenny, kalo kamu hidup dalam penyesalan. Kalo boleh aku tau, itu maksudnya gimana ya? Kamu ngelakuin apa, sampe buat kamu nyesel?” tanya Dierrel penasaran

Klea meneteskan air matanya, ia kembali menangis. Hal itu membuat Dierrel terkejut melihatnya, dengan sangat ragu Dierrel mengelus pundak Klea.

“I-im sorry, seharunya saya ngga tanya itu.”

“It’s okay.... Aku lebay nih dikit-dikit nangis....” ucap Klea terkekeh sambil menghapus air matanya

“Minum lagi tehnya....” ucap Dierrel

Setelah menyeruput habis tehnya, Klea kembali menatap langit. Ia memandangnya tanpa rasa bosan sama sekali.

Klea menghela napasnya, “Aku nyesel, nyesel ngga pernah ngehargain Mas Agil. Aku bodoh, aku gampang kehasut omongan orang. Aku juga nyesel, aku nyesel ngucapin kata-kata yang ngga seharusnya aku ucapin. Aku ngga pernah nyangka, kalo kata-kata aku bisa bikin dia pergi ninggalin aku dan anak-anak aku....”

Dierrel menatap Klea yang tak berhenti meneteskan air matanya, ia benar-benar bisa merasakan sakit yang Klea rasakan.

“Dan sekarang, aku menikah dan berumah tangga sama orang yang udah berhasil hancurin rumah tangga aku dulu. Aku bodoh kan, errel?” tanya Klea menatap Dierrel

Dierrel menggeleng, “No, jangan pernah bilang kalo kamu itu bodoh. Kamu ngelakuin semua ini karena terpaksa, kan? Kamu ngelakuin ini karena ngga ada jalan lain,” jedanya

Dierrel menghela napasnya, ia menatap langit yang di mana terdapat burung burung berterbangan di atas sana, “Terkadang seseorang itu kalo lagi di ambang keputus asaan, mereka ngga bisa berpikir dengan jernih dan bahkan ngga bisa berpikir panjang. Sampai akhirnya, suatu hal yang cukup buruk mereka ambil saat itu juga. I know, kamu ngelakuin ini semua untuk anak perempuan kamu, kan?”

Klea menunduk.

“Aku ngga mau menyalahkan kamu, apalagi aku bilang kalo kamu itu bodoh. Pasti berat banget, kan?” tanya Dierrel yang kini menatap Klea

Klea meneteskan air matanya saat ia menatap manik mata Dierrel.

“Akleea, kamu cinta sama Leon?” tanya Dierrel yang tak berhenti menatap manik mata Klea

Klea tidak menjawab pertanyaan Dierrel, karena ia sendiri pun sampai sekarang masih bingung dengan perasaannya sendiri.

“Kamu jujur aja sama saya, kamu jujur sesuai dengan hati kamu. Do you love him?” tanya Dierrel sekali lagi

Klea kembali meneteskan air matanya, lalu ia menggeleng lemah, “I tried, but still can't....”

Dan pada detik itu juga, Klea kembali menangis sejadi-jadinya.

“Kadang aku ngerasa kalo aku cinta sama Leon, tapi tetep aja aku ngga bisa bohongin perasaan aku sendiri.... aku bener-bener ngga bisa buka hati buat orang lain lagi....” lirih Klea sambil menangis

Dierrel membawa Klea ke dekapannya, ia memeluk Klea yang menangis, ia memeluknya dengan sangat erat.

“Aku ngga bisa berpaling ke lain hati, hati aku tetep buat Mas Agil sampai kapanpun.....” ucap Klea disela-sela tangisannya

Dierrel ikut meneteskan air matanya, ia mengusap perlahan punggung dan kepala Klea, “Jangan nangis....”

Klea melepaskan pelukannya, ia menghapus air matanya secara perlahan. Ia membenarkan posisi duduknya, dan lagi-lagi ia kembali menatap langit yang sekarang sudah mulai menggelap.

“Errel,” panggil Klea

“Ya?”

“Kalo kamu kangen seseorang, tatap aja langit sore. Hal itu yang Mas Agil lakuin dulu, dan sampai sekarang pun aku juga ngelakuin itu. Makanya kamu juga jangan heran, kalo kamu sering liat aku tatap langit terus.”

Dierrel menatap wajah Klea dari samping. Cantik, selalu cantik. Lalu, ia kembali menatap langit.

“Coba kamu bayangin, kalo saya itu suami kamu. Sekarang coba kamu liat saya, kamu bilang ke saya apa yang mau kamu bilang. Anggap saya ini suami kamu,” ucap Dierrel membenarkan posisinya menghadap Klea

Klea menoleh ke arah Dierrel yang kini menghadap ke arahnya sekarang.

“Ayo, saya mau kamu ngeluarin semuanya. Saya ngga mau kamu sedih terus, saya mau kamu bahagia, Klea....” ucap Dierrel menatap Klea

Klea meneteskan air matanya, “Tapi kebahagiaan aku udah hilang, errel....”

Dierrel menggeleng, “No, kebahagiaan kamu masih ada, tapi kamu ngga sadar itu. Ayo, sekarang coba kamu tatap mata saya. Bayangin kalo saya ini suami kamu, kamu bilang semuanya ke saya, kamu keluarin semuanya.”

Suara burung burung berkicauan, pepohonan yang tertiup angin, beberapa kendaraan yang berlalu lalang, dan cahaya yang kini sudah mulai meredup. Dua pasang insan yang kini terduduk di sebuah jendela kamar, saling berhadapan dan menatap satu sama lain. Klea, dan Dierrel saling menatap lekat satu sama lain. Mereka tidak peduli sama sekali jika ada orang orang yang melihat mereka, mereka berdua hanya merasakan bahwa mereka berada di sebuah tempat yang sangat sunyi dan sepi.

Klea meraih kedua tangan Dierrel, ia genggamnya secara perlahan.

“Mas.... ini Lea.... Lea minta maaf ya, mas? Lea ngga pernah ngehargain apa yang mas kasih ke Lea selama ini. Lea lebih mentingin omongan orang, padahal omongan itu belum tentu bener. Mas.... Lea beruntunggg banget ketemu sama mas.... Lea beruntung milikin mas.... kalo seandainya waktu bisa diputar lagi, Lea ngga akan ucapin kata-kata itu ke mas, Lea bakal bales pelukan mas waktu itu. Andai Lea bisa tahan ego Lea, mungkin hari itu kita ngerayain ulang tahun Lea bareng bareng. Lea ngga pernah nyesel hidup sama mas, Lea bahagiaaaa banget hidup sama mas.... Lea ngga pernah nemuin sebuah rumah senyaman ini.... Mas.... Lea tuh berharap banget kita bisa menua bersama, kita habisin sisa hidup kita bersama. Kita hidup bersama, sampai kita bisa ngeliat anak-anak kita nemuin pasangannya masing-masing. Kita bisa kan mas hidup bersama selama-lamanya? Mas.... kalo sekarang Lea dikasih pilihan untuk hidup sendiri atau ikut sama Mas Agil, Lea bakal pilih untuk ikut sama Mas Agil.... Lea ngga bisa mas hidup tanpa mas.... rasanya kalo ngga ada mas di samping Lea, Lea kayak jalan tanpa arah.... berat mas, berat..... Lea mau ikut sama mas, kemanapun itu.... Lea mau terus berada di samping mas, selamanya.... Mas.... Lea sayang banget sama mas..... Maafin semua kesalahan Lea, ya? Mas, i love you until i die. You will be the only one in my heart, forever.”

Mobil yang membawa Dierrel dan Klea lima belas menit lamanya dari tempat pemotretan, kini sudah terparkir di depan sebuah rumah besar bewarna putih yang terlihat sangat mewah dari luar. Klea masih terdiam, terduduk di posisinya sambil melihat rumah nenek Dierrel ini.

“Why?” tanya Dierrel

Klea menoleh, menatap Dierrel yang sedang melepas seat beltnya.

“Nenek kamu tinggal sendirian di rumah sebesar ini?”

Dierrel terkekeh, “Nope. Ada beberapa asisten yang nemenin nenek saya.”

Klea mengangguk paham, lalu saat itu juga Klea mengikuti Dierrel untuk langsung masuk ke dalam rumah neneknya.

Ceklek! Pintu terbuka, menampilkan seorang perempuan paruh baya yang sangat cantik terduduk di kursi rodanya.

“Cucuku....” ucap perempuan itu sambil memeluk Dierrel saat itu juga

“Kabarmu bagaimana, nak? Kamu baik-baik saja, kan?”

Dierrel melepaskan pelukannya, lalu ia menggenggam tangan neneknya, “I’m fine.... Grandma gimana? Grandma baik-baik aja, kan? Grandma makan sama minum obatnya teratur, kan?”

Hati Klea menghangat melihat Dierrel yang sangat perhatian kepada neneknya, ia tersenyum tipis.

“Grandma sedih, kamu jarang ke sini,” ucap Elina— Dierrel’s Grandma

Dierrel terkekeh, “Ini aku udah ke sini.... Nih, aku bawa....” jedanya sambil menatap Klea

“Aku bawa teman kerjaku,” lanjutnya

Elina memajukan sedikit kursi rodanya, “Oh, it’s you? Akleea?”

Klea tersenyum ramah, lalu ia mencium tangan Elina.

“Yaampun, cantik sekali.... Pantas saja Dierrel suka cerita tentang kamu, ternyata kamu secantik ini ya....”

Klea terdiam, lalu ia menatap Dierrel yang menggaruk tengkuk lehernya.

“Ah, sudah sudah. Masuk saja, yuk?” ucap Elina

Klea tersenyum, lalu mengangguk.

Hal pertama yang Klea lihat saat memasuki rumah ini adalah ada sebuah foto besar yang terpajang di dinding. Sebuah foto dua orang yang sedang tersenyum bahagia di sana, sebuah foto yang Klea kenali siapa orang itu. Iya, foto tersebut adalah foto Dierrel dan Elina.

“Itu foto kami pas Dierrel lulus kuliah waktu itu. Ganteng ya cucu grandma?” tanya Elina pada Klea

Klea menoleh ke arah Elina, lalu ia tersenyum manis.

“Saya mau bersih-bersih dulu ya sebentar,” ucap Dierrel menatap Klea

Klea mengangguk.

Klea mengalihkan pandangannya ke arah lain, ia melihat banyak foto foto yang terpajang di seluruh ruangan ini. Ia melangkahkan kakinya ke sebuah rak di depan sana, ia melihat ada beberapa foto anak kecil.

“Itu Dierrel, sekitar umur 7 tahun,” ucap Elina

Klea menatap foto foto itu cukup lama, lalu matanya beralih ke sebuah dinding yang terdapat beberapa piagam penghargaan Dierrel.

Dia.... Beneran Dierrel? /batin Klea

“Akleea.... Sini duduk....” pinta Elina

Klea menoleh, menatap Elina yang di sana sedang sibuk mengotak-atik sesuatu. Klea menghampirinya, melihat apa yang sedang Elina lakukan.

“Itu apa?” tanya Klea penasaran

“Kamera. Di kamera ini ada beberapa foto dan video Dierrel waktu kecil,” ucap Elina yang masih saja mengotak-atik kamera tersebut

“Hello, my name is Dierrel. I'm 9 years old, and it was my grandmother who recorded me. Grandma, please introduce yourself.”

Klea meneteskan air matanya saat Elina sudah berhasil memutarkan sebuah video anak lelaki yang sedang berada di taman bermain. Ia benar-benar masih tidak percaya, apakah itu Dierrel?

“Oekkk.... Oekkk.....”

“Welcome to this world Dierrel Kamaiel, our handsome son....”

Klea tiba-tiba saja langsung menangis saat Elina memutarkan beberapa video Dierrel waktu kecil, dan bahkan Elina pun memutarkan video saat Dierrel lahir ke dunia ini.

“Why are you crying, Akleea?” tanya Elina yang sangat terkejut melihat Klea menangis

Klea menghapus air matanya, ia menggeleng lemah, “No, eum.... i-i just....” jedanya cukup lama sambil mengatur napasnya

“I’m just sad.... h-he is, Dierrel?” lanjut Klea sambil menatap Elina

Elina tersenyum, “Yes. He is Dierrel Kamaiel, my grandson....”

Klea menutup mulutnya, lalu ia kembali menangis. Entah mengapa, dadanya begitu terasa sangat sesak.

“I want to go to the toilet, where is the toilet?” tanya Klea

“Daphnee, can you take Akleea to the toilet?” pinta Elina yang setelah itu langsung diberi anggukan oleh asistennya


Klea menjatuhkan tubuhnya ke lantai, lalu ia menyandarkan tubuhnya di pintu toilet. Klea menangis, ia menangis kembali. Ia memukuli dadanya yang begitu terasa sangat sesak, ia menahan tangisnya dengan kedua tangan yang membekap mulutnya.

Awalnya memang Klea masih benar-benar tak percaya bahwa Dierrel memanglah Dierrel. Tapi setelah Elina menunjukkan beberapa foto dan video Dierrel waktu kecil, seketika pun Klea langsung percaya. Klea menangis, ia tak bisa menerima semua ini. Klea masih mengira bahwa selama ini Dierrel berbohong kepadanya, Dierrel adalah Agil, tapi pada kenyataannya kali ini Dierrel memanglah Dierrel, dia bukan Agil.

Isakan tangis yang sangat sesak Klea tahan sedari tadi, ia menggigit bibir bawahnya.

“Mas.... Dierrel bukan mas, ya....?” ucap Klea dengan nada yang kecil

“Lea kira, Dierrel itu emang mas.... mas lagi nyamar, atau mas lagi amnesia.... tapi nyatanya....” ucap Klea yang setelah itu menangis kembali

Klea merogoh saku celananya, ia mengambil handphonenya dan membuka sebuah foto dirinya dengan Agil dulu. Sebuah foto dua pasangan yang sedang berdansa di tengah-tengah keramaian memakai sebuah jas dan gaun yang indah. Mereka tersenyum, tersenyum bahagia saat berdansa.

Klea masih terus menatap sendu foto kedua pasangan itu, ia tersenyum getir, “Lea masih berharap banget kalo mas masih hidup.... Mas Agil ngga meninggal kan, mas....? Mas ngga ninggalin Lea, kan? Mas Agil masih di sini, kan? Di samping Lea....?”

“Mas.... Lea kangen.... Lea harap mas masih ada di sini, di samping Lea....”

Berkas berkas yang berhamburan dan sangat berantakan di meja Leon kini membuatnya sangat pusing melihatnya. Leon menelungkupkan kepalanya di meja, ia meremas rambutnya cukup erat. Pikirannya benar-benar sangat kacau sekarang. Ia bingung, kapan waktu yang tepat untuk memberitahu Klea. Dan ya, dia memang juga sudah tahu seseorang yang mirip dengan Agil. Tapi ia pun sama halnya dengan Klea, ia masih tak yakin bahwa seseorang itu adalah Dierrel. Leon meneteskan air matanya, ia sudah tak kuat menahan semua ini.

Bugh! Bugh! Bugh! Leon memukul meja kerjanya cukup kencang. Hal itu membuat Klea yang baru saja membuka pintu ruangan kerja Leon sembari membawa segelas teh hangat terkejut.

“What hapenned???” tanya Klea panik menghampiri Leon

Leon terkejut mendengar suara Klea, ia menghapus air matanya secara sembunyi. Lalu, ia mendongak menatap Klea.

Klea memasang wajah cemasnya, “Leon, are you crying?”

Lagi-lagi Leon tak bisa menahan tangisnya, ia bangkit lalu ia mendekap Klea dengan sangat erat. Leon menangis, menangis sejadi-jadinya dalam dekapan Klea.

Klea bingung, apa yang sebenarnya terjadi pada Leon. Ia merasakan tubuhnya didekap erat oleh Leon, dan Klea pun membalas dekapannya serta mengelus punggung Leon secara perlahan.

“L-leon, kamu kenapa sih?” tanya Klea

“Give me a long time, to hug you.”

Klea meneteskan air matanya.

Leon mendekap Klea sangat erat. Ia mengelus surai rambut istrinya, mengecup pundaknya, mengelus punggungnya. Aroma yang sangat wangi ditubuh Klea mungkin nanti akan Leon rindui. Cepat atau lambat, Leon tidak akan pernah bisa lagi mendekap Klea seperti ini. Ia kembali menangis, merasakan rasa sesak yang teramat dalam di dadanya.

“Leon, aku istri kamu. Kamu tenang dulu ya sekarang, aku ngga bakal kemana-mana. Aku masih di sini, peluk kamu....” jeda Klea

Leon melepaskan pelukannya, ia menghapus air matanya dan menatap Klea yang kini menatapnya juga.

Tangan Klea beralih mengelus lengan Leon secara perlahan, lalu Klea menatap Leon cukup lekat, “What hapenned? Kamu lagi ada masalah, ya?”

Leon benar-benar tak kuat melihat manik mata perempuan cantik yang kini berada di hadapannya, ia menunduk.

Klea menghela napasnya, lalu ia meminta Leon untuk duduk di kursi kerjanya.

“Minum dulu tehnya, nanti keburu dingin.”

Leon menghela napasnya, lalu ia langsung meneguk secara perlahan teh yang dibuatkan oleh Klea. Rasanya sangat nikmat.

Klea mengambil kursi di pojokan ruang kerja Leon, lalu ia meletakannya di samping Leon dan langsung duduk saat itu juga.

“Kamu ngga mau cerita sama aku?” tanya Klea menatap Leon dengan sendu

Leon terdiam sejenak, ia menaruh gelasnya di meja, “Bingung mau cerita apa.”

“Kamu tadi kenapa nangis? Kamu lagi ada masalah, kan? Cerita sama aku.”

Leon menatap Klea yang terlihat sangat cemas sekarang, ia menghela napasnya secara perlahan, “Iya. Emm.... ngga sih, ngga ada masalah. Aku cuma lagi capek kerja aja, aku pusing.”

“Yakin cuma capek? Pasti ada hal lain yang bikin kamu kayak gini.”

Emang ada. Aku takut kehilangan kamu, Klea.... /batin Leon

“Leon,” panggil Klea

Leon menggeleng dengan cepat, “Ngga ada. Ya aku cuma lagi capek aja.”

“Kamu udah tau Dierrel dari lama, kan? Apa kamu akhir-akhir ini diemin aku terus karena itu?”

“Iya, aku udah ketemu dia beberapa kali. Dan maaf, aku ngga bilang ke kamu,” ucap Leon

Mereka berdua sama sama terdiam cukup lama.

“Klea,” panggil Leon

“Iya.”

Leon menghela napasnya, “Kamu percaya, kalo dia itu Dierrel?”

Leon menatap Klea yang menunduk sambil memasang raut wajah yang terlihat sangat ragu, lalu tak lama Klea kembali menatapnya, “Yes, I believe that he is Dierrel.”

Leon memejamkan matanya, ia menyandarkan tubuhnya di kursi sambil memijat pelipisnya.

“Apa kamu marah pas tau kalo ternyata aku kerja bareng sama dia?” tanya Klea

Leon kembali membenarkan posisi duduknya, lalu ia menatap Klea, “Nope.”

“Kamu ngga ngelarang aku kerja sama orang yang mirip sama Mas Agil?”

Kali ini, Leon terdiam cukup lama. Tetapi setelahnya ia mengeluarkan senyumnya kepada Klea.

“Ngga, aku ngga mau ngelarang-larang kamu lagi. Lagian juga kamu kan percaya kalo dia Dierrel. Sekarang terserah kamu aja, kamu lakuin apa yang buat kamu seneng. Kamu seneng kan kerja jadi model?” tanya Leon

Klea mengangguk girang, “Iya, seneng banget.”

Leon mengangguk kecil, “Oke, do what you want to do.”

“Terus sekarang kita gimana?” tanya Klea

“Gimana apanya?”

“Kamu masih mau diemin aku lagi?”

Leon mendekatkan wajahnya sedikit ke wajah Klea, lalu ia menggeleng, “No. Aku udah tenang sekarang, karena kamu udah peluk aku yang lama tadi.”

Klea tersenyum, “Want me to hug again?”

Leon terkekeh, lalu ia mengangguk dengan cepat.

Dan detik itu juga, Klea langsung memeluk Leon dengan sangat erat. Leon tersenyum bahagia, setidaknya ia merasa sedikit lebih tenang sekarang. Iya walaupun ia tahu, ke depannya pasti akan menjadi lebih rumit. Sekarang ia harus mencari tahu sesuatu terlebih dahulu, sebelum akhirnya ia akan memberitahu hal ke Klea yang mungkin nantinya akan membuat dirinya dan Klea berpisah.

Pada malam itu, rasanya saya ingin terus memeluk dirinya. Memeluk dirinya sampai selama-lamanya. Tetapi, yang ada di dalam benak saya, apakah saya bisa memeluk dirinya untuk selama-lamanya? Saya rasa, tidak.

Berkas berkas yang berhamburan dan sangat berantakan di meja Leon kini membuatnya sangat pusing melihatnya. Leon menelungkupkan kepalanya di meja, ia meremas rambutnya cukup erat. Pikirannya benar-benar sangat kacau sekarang. Ia bingung, kapan waktu yang tepat untuk memberitahu Klea. Dan ya, dia memang juga sudah tahu seseorang yang mirip dengan Agil. Tapi ia pun sama halnya dengan Klea, ia masih tak yakin bahwa seseorang itu adalah Dierrel. Leon meneteskan air matanya, ia sudah tak kuat menahan semua ini.

Bugh! Bugh! Bugh! Leon memukul meja kerjanya cukup kencang. Hal itu membuat Klea yang baru saja membuka pintu ruangan kerja Leon sembari membawa segelas teh hangat terkejut.

“What hapenned???” tanya Klea panik menghampiri Leon

Leon terkejut mendengar suara Klea, ia menghapus air matanya secara sembunyi. Lalu, ia mendongak menatap Klea.

Klea memasang wajah cemasnya, “Leon, are you crying?”

Lagi-lagi Leon tak bisa menahan tangisnya, ia bangkit lalu ia mendekap Klea dengan sangat erat. Leon menangis, menangis sejadi-jadinya dalam dekapan Klea.

Klea bingung, apa yang sebenarnya terjadi pada Leon. Ia merasakan tubuhnya didekap erat oleh Leon, dan Klea pun membalas dekapannya serta mengelus punggung Leon secara perlahan.

“L-leon, kamu kenapa sih?” tanya Klea

“Give me a long time, to hug you.”

Klea meneteskan air matanya.

Leon mendekap Klea sangat erat. Ia mengelus surai rambut istrinya, mengecup pundaknya, mengelus punggungnya. Aroma yang sangat wangi ditubuh Klea mungkin nanti akan Leon rindui. Cepat atau lambat, Leon tidak akan pernah bisa lagi mendekap Klea seperti ini. Ia kembali menangis, merasakan rasa sesak yang teramat dalam di dadanya.

“Leon, aku istri kamu. Kamu tenang dulu ya sekarang, aku ngga bakal kemana-mana. Aku masih di sini, peluk kamu....” jeda Klea

Leon melepaskan pelukannya, ia menghapus air matanya dan menatap Klea yang kini menatapnya juga.

Tangan Klea beralih mengelus lengan Leon secara perlahan, lalu Klea menatap Leon cukup lekat, “What hapenned? Kamu lagi ada masalah, ya?”

Leon benar-benar tak kuat melihat manik mata perempuan cantik yang kini berada di hadapannya, ia menunduk.

Klea menghela napasnya, lalu ia meminta Leon untuk duduk di kursi kerjanya.

“Minum dulu tehnya, nanti keburu dingin.”

Leon menghela napasnya, lalu ia langsung meneguk secara perlahan teh yang dibuatkan oleh Klea. Rasanya sangat nikmat.

Klea mengambil kursi di pojokan ruang kerja Leon, lalu ia meletakannya di samping Leon dan langsung duduk saat itu juga.

“Kamu ngga mau cerita sama aku?” tanya Klea menatap Leon dengan sendu

Leon terdiam sejenak, ia menaruh gelasnya di meja, “Bingung mau cerita apa.”

“Kamu tadi kenapa nangis? Kamu lagi ada masalah, kan? Cerita sama aku.”

Leon menatap Klea yang terlihat sangat cemas sekarang, ia menghela napasnya secara perlahan, “Iya. Emm.... ngga sih, ngga ada masalah. Aku cuma lagi capek kerja aja, aku pusing.”

“Yakin cuma capek? Pasti ada hal lain yang bikin kamu kayak gini.”

Emang ada. Aku takut kehilangan kamu, Klea.... /batin Leon

“Leon,” panggil Klea

Leon menggeleng dengan cepat, “Ngga ada. Ya aku cuma lagi capek aja.”

“Kamu udah tau Dierrel dari lama, kan? Apa kamu akhir-akhir ini diemin aku terus karena itu?”

“Iya, aku udah ketemu dia beberapa kali. Dan maaf, aku ngga bilang ke kamu,” ucap Leon

Mereka berdua sama sama terdiam cukup lama.

“Klea,” panggil Leon

“Iya.”

Leon menghela napasnya, “Kamu percaya, kalo dia itu Dierrel?”

Leon menatap Klea yang menunduk sambil memasang raut wajah yang terlihat sangat ragu, lalu tak lama Klea kembali menatapnya, “Yes, I believe that he is Dierrel.”

Leon memejamkan matanya, ia menyandarkan tubuhnya di kursi sambil memijat pelipisnya.

“Apa kamu marah pas tau kalo ternyata aku kerja bareng sama dia?” tanya Klea

Leon kembali membenarkan posisi duduknya, lalu ia menatap Klea, “Nope.”

“Kamu ngga ngelarang aku kerja sama orang yang mirip sama Mas Agil?”

Kali ini, Leon terdiam cukup lama. Tetapi setelahnya ia mengeluarkan senyumnya kepada Klea.

“Ngga, aku ngga mau ngelarang-larang kamu lagi. Lagian juga kamu kan percaya kalo dia Dierrel. Sekarang terserah kamu aja, kamu lakuin apa yang buat kamu seneng. Kamu seneng kan kerja jadi model?” tanya Leon

Klea mengangguk girang, “Iya, seneng banget.”

Leon mengangguk kecil, “Oke, do what you want to do.”

“Terus sekarang kita gimana?” tanya Klea

“Gimana apanya?”

“Kamu masih mau diemin aku lagi?”

Leon mendekatkan wajahnya sedikit ke wajah Klea, lalu ia menggeleng, “No. Aku udah tenang sekarang, karena kamu udah peluk aku yang lama tadi.”

Klea tersenyum, “Want me to hug again?”

Leon terkekeh, lalu ia mengangguk dengan cepat.

Dan detik itu juga, Klea langsung memeluk Leon dengan sangat erat. Leon tersenyum bahagia, setidaknya ia merasa sedikit lebih tenang sekarang. Iya walaupun ia tahu, ke depannya pasti akan menjadi lebih rumit. Sekarang ia harus mencari tahu sesuatu terlebih dahulu, sebelum akhirnya ia akan memberitahu hal ke Klea yang mungkin nantinya akan membuat dirinya dan Klea berpisah.

Pada malam itu, rasanya saya ingin terus memeluk dirinya. Memeluk dirinya sampai selama-lamanya. Tetapi, yang ada di dalam benak saya, apakah saya bisa memeluk dirinya untuk selama-lamanya? Saya rasa, tidak.

“Are you okay?” tanya Dierrel yang menghampiri Klea di balkon Apartment Cantika

Klea tersenyum tipis tanpa menatap Dierrel.

Sehabis pulang pemotretan, Dierrel, Klea, Sam, dan Cantika memutuskan untuk makan malam di Apartment Cantika saja. Dan kini, setelah selesai makan malam, Klea memutuskan pergi ke balkon untuk melihat pemandangan malam kota London yang begitu indah dilihat dari ketinggian. Klea tidak hanya menikmati pemandangan kota ini, tetapi ia juga sedang merasa cemas karena malam ini ia memutuskan untuk memberitahu Leon bahwa ada seseorang yang sangat mirip dengan Agil, dan bahkan Klea bekerja dengannya. Klea benar-benar sangat takut, dan ia juga penasaran bagaimana reaksi Leon nanti.

Dierrel berdecak, “I'm like the wind.”

Klea menoleh, menatap Dierrel yang matanya fokus menatap ke arah depan sana. Lagi-lagi Klea berperang dengan pikirannya, ia terus menatap Dierrel dari samping, menatapnya dengan sangat rinci. Sangat mirip dengan Agil, benar-benar sangat mirip. Klea langsung membuang mukanya ke arah lain ketika Dierrel kembali menatapnya.

“Kamu liatin saya? Kenapa? I'm handsome, huh?” ucap Dierrel dengan tingkat percaya diri yang sangat tinggi

Klea memejamkan matanya, menahan rasa kesal yang menggebu-gebu. ‘Dia pd banget sih, astaga….’ batinnya

“Ah, saya bener-bener kayak angin di sini. Udah lah, saya pergi aja,” ucap Dierrel yang setelah itu langsung membalikkan tubuhnya dan melangkah pergi

Tapi baru saja melangkahkan kakinya beberapa langkah, Dierrel langsung menghentikan langkahnya dan kembali menatap Klea yang masih saja terdiam di balkon sana, “Ini saya ngga kamu cegat gitu?” tanyanya sedikit teriak

Klea terdiam sejenak, lalu ia menoleh dan ternyata Dierrel kembali menghampirinya.

“Kamu kenapa, sih? Kamu kesambet, ya?” tanya Dierrel

Klea menggeleng.

“Terus kenapa diem aja? Saya ajak ngobrol ngga disautin sama sekali,” ucap Dierrel dengan raut wajah yang sangat kesal

Lagi-lagi Klea terdiam, ia kembali menatap Dierrel dengan lekat. Kemudian, ia menunduk. ‘Klea, ayo…. Dia tuh beneran Dierrel, dia bukan Mas Agil…. Lo juga ngerasain kan gimana perbedaan antara Dierrel sama Mas Agil. Lo bener-bener ngerasain perbedaan itu…. Udah, ya? Yang sekarang ada di depan lo itu Dierrel, dia bukan Mas Agil….’ batinnya

“Akleea,” panggil Dierrel

Klea mendongak, “Apa?”

“Daritadi ada telpon kamu ngga denger? Itu, daritadi handphone kamu berdering terus.”

“O-oh, i-iya….” ucap Klea terbata-bata lalu ia langsung melihat siapakah yang menelepon dia

Ah, rupanya Leon. Dan pada saat itu juga, Klea langsung mengangkat telpon tersebut.

Halo….” ucap Klea

I'm below.

Klea terdiam, jantungnya berpacu dengan cepat sekarang.

Cepet, ya…. Nanti keburu malem, kasian anak-anak di rumah.”

Setelah membalas telpon dari Leon, Klea berpamitan dengan Cantika dan Sam. Ia melangkahkan kakinya untuk menuju ke bawah, menghampiri Leon yang sudah sampai di tempatnya. Ia akan pulang, karena hari sudah semakin larut.

“Saya belum pernah lihat suami kamu, katanya dia CEO di Birmingham, kan? Coba, kali aja nanti pas saya lihat suami kamu saya kenal. Soalnya waktu itu saya juga pernah ada meeting sama perusahaan yang cukup besar di Birmingham.”

Klea menghentikan langkahnya, lalu ia menatap Dierrel.

“Why?” tanya Dierrel kebingungan

“Nama perusahaannya apa?” tanya Klea dengan cepat

Dierrel terlihat tampak berpikir sejenak, “Emm…. Skypee CORP kayaknya, deh. Saya lupa.”

Jantung Klea benar-benar berdebar kali ini, ia mengerjapkan matanya berulang kali, ia benar-benar tak menyangka. Skypee CORP? Itu adalah perusahaan Leon. Berarti, selama ini Leon sudah tahu?

Klea dan Dierrel menyeberangi jalanan untuk menuju ke tempat parkir mobil Leon di depan sana. Sesampainya di sana, Klea lihat bahwa Leon langsung turun dari mobilnya.

“Wow.... it’s you? Leonadio?” ucap Dierrel yang saat itu juga langsung menghampiri Leon dan menjabat tangannya

Klea benar-benar tak menyangka bahwa momen ini akan terjadi.

“Wah, saya benar-benar ngga percaya.... Kalian berdua suami istri?” tanya Dierrel tak percaya

Klea terdiam sejenak, lalu ia tersenyum getir.

Leon terkekeh, “Shocked, huh?”

“Yes, of course. But, wait.... Anda beneran Leonadio yang waktu itu meeting sama perusahaan saya, kan?” tanya Dierrel menatap Leon

Leon mengangguk.

Dierrel menutup mulutnya tak percaya, lalu ia bertepuk tangan gembira. Entah, padahal tidak ada yang menarik dalam pembicaraan ini.

“Wow.... Oke-oke. Ngga, saya kayak cuma kaget aja gitu,” ucapnya disertai kekehan di akhir

Suasana kali ini menjadi sangat canggung. Klea hanya terdiam, dan Leon pun terdiam.

“W-why? Kok pada diem, ya?” tanya Dierrel

Leon menatap Dierrel, “We have to go home now, anak-anak kami udah nungguin di rumah.”

“Ohh, iya ya kalian punya anak, saya lupa. Anak kalian sudah pada besar, ya? Kuliah di Oxford juga, kan? Keren.... Sama seperti saya, lulusan Oxford,” ucap Dierrel sambil tersenyum

Klea tak tahu bagaimana perasaannya sekarang. Entah, ia sedari tadi sudah berhasil meneteskan air matanya.

“Klea, ayo pulang,” ucap Leon menatap Klea yang berdiri di samping mobil

Dierrel tersenyum, lalu menatap Klea di sana yang langsung masuk ke dalam mobilnya saat itu juga.

Leon menghela napasnya, lalu ia menatap Dierrel yang tak berhenti menatap Klea, “Dierrel,” panggilnya

Dierrel langsung menoleh ketika Leon memanggilnya, “Ya?”

“Klea banyak cerita sama anda?” tanya Leon

Dierrel terdiam sejenak, “Nope,” ucapnya setelah itu ia menatap Klea yang sudah duduk di kursi mobil. Dierrel kembali menatap Leon, “Paling dia cuma cerita tentang anak-anaknya. Dan.... dia ngga pernah cerita sama sekali tentang anda.”

Leon terdiam sejenak, ia tersenyum getir. Lalu, ia menunduk.

“Oh, sorry. Ngga ada maksud apa-apa,” ucap Dierrel diakhiri kekehan

“Saya juga mau bertanya sama anda, anda tidak marah kan kalo Akleea kerja sama saya? Soalnya saya sama Akleea sekarang dapet jadwal bareng terus.”

Leon mengernyit, “Akleea?”

“Ya. Saya panggil istri kamu Akleea,” ucap Dierrel dengan cepat

Di dalam mobil, Klea benar-benar tidak tenang. Ia terus saja menggerakkan kakinya serta menggigit ibu jarinya. Rasanya Klea benar-benar cemas kali ini, ia juga penasaran apa yang Leon dan Dierrel bicarakan di luar sana. Klea sudah tak tahan karena Leon dan Dierrel berbincang cukup lama, sampai akhirnya ia meneriaki Leon untuk pulang sekarang juga.

Tok! Tok! Tok! Dierrel mengetuk kaca jendela mobil milik Leon ketika Klea dan Leon sudah mau beranjak pulang.

Dierrel tersenyum saat kaca jendela mobil Leon dibuka, “Thanks,” ucapnya menatap Leon, lalu mata Dierrel beralih menatap Klea

“Careful. Don't forget, tomorrow and so on we are still on the same schedule.”

Dierrel berdecak kesal di dalam mobil saat melihat ada beberapa paparazzi yang sedang menunggu kedatangannya di sekitar agensi.

“Ini jadwal bocor apa gimana? Banyak banget Paparazzinya,” ucap Dierrel kesal

“I don’t know,” ucap Sam sambil melihat beberapa jadwal Dierrel di iPadnya

Dierrel menghela napasnya secara kasar, lalu ia mengecek handphonenya. Ternyata, ada beberapa pesan masuk yang cukup banyak dari Klea. Ia tak membuka pesannya dari tadi malam, karena Klea secara terus-terusan mengirimkan pesan ke Dierrel.

Mobil yang membawa Dierrel ke Agensi kini telah berhenti di sebuah parkiran yang terletak tak jauh dari Agensi.

Dierrel menatap Sam yang kini menatapnya, “What?”

“Ayo turun.”

Dierrel melihat sudah ada beberapa Bodyguardnya di luar, dan tentu saja Sam yang kini menatapnya lewat jendela mobil.

Tok! Tok! Tok! “Come on!”

Lagi-lagi Dierrel berdecak kesal, lalu ia langsung turun dari mobilnya saat itu juga.

“Omg! Dierrel!”

Cekrek! Cekrek! Cekrek!

“How are you, Dierrel?”

Cekrek! Cekrek! Cekrek!

“Omg, you’re very handsome.”

Cekrek! Cekrek! Cekrek!

“DIERREL I LOVE YOU SO MUCH.”

Dierrel menghela napas leganya setelah berhasil masuk ke Agensi, ia membalikkan tubuhnya menatap beberapa Paparazzi di luar sana. Gila, kali ini benar-benar sangat banyak Paparazzinya, sampai-sampai Dierrel pusing dengan flash kamera yang tak berhenti mengambil gambarnya.

Di sisi lain, Klea terduduk sambil menggerakkan kakinya. Napas Klea tak teratur, dadanya juga berdebar sedari tadi. Sebentar lagi, ia akan bertemu dengan seseorang yang sangat mirip dengan masa lalunya.

Pintu ruangan terbuka, menampilkan lelaki yang tubuhnya cukup tinggi dengan memakai sebuah pakaian yang cukup simple. Dan, di belakang lelaki itu ada seseorang yang sangat Klea tunggu kehadirannya sedari tadi.

Klea bangkit dari posisi duduknya, ia menatap lelaki itu, Dierrel.

“Good morning,” ucap Sam

“Morning,” ucap Cantika sambil tersenyum

“Sorry, nunggu lama ya? Di bawah Paparazzinya banyak banget,” ucap Sam

“It’s okay. Iya kan, Klea?” tanya Cantika menatap Klea yang kini matanya tak berhenti menatap Dierrel di depan sana

Klea meneteskan air matanya, ia benar-benar tidak percaya melihat seseorang yang kini berada di hadapannya.

Dierrel pun juga sedari tadi menatap Klea, lalu ia langsung duduk begitu saja di Sofa ruangan ini.

“Klea, this is not the time. Let's talk about the schedule first, ya? Nanti aku bakal kasih kamu waktu buat ngobrol sama Dierrel,” bisik Cantika

Kini, hanya ada mereka berempat di ruangan ini untuk membicarakan jadwal kerja Dierrel dan Klea.

“So, kita mau bahas dari mana dulu?” tanya Sam

“To the point,” ucap Dierrel dengan cepat

Sam menghela napasnya, lalu ia menatap lawan bicaranya, “Oke.... Klea, lo dapet jadwal pemotretan sama Dierrel buat beberapa bulan ke depan. Setelah data diri lo masuk ke Agensi ini, banyak brand-brand yang nawarin lo untuk kerjasama dengan mereka. Iya itu, tugas lo mempromosikan. Mereka pada tertarik sama lo. Begitu pun Dierrel, banyak yang mau lo kerjasama sama Dierrel. Udah sih gitu doang, di gue sama Cantika udah ada beberapa jadwalnya. Lo berdua tinggal siap-siap aja. Dan ya, di setiap jadwal lo berdua bakal ketemu. Karena lo berdua partner kali ini.”

Cantika mengangguk, “Iya, jadwal pemotretan kalian ngga cuma di London. Pokoknya banyak.”

Dierrel mengangguk paham, lalu ia menatap Klea yang sedari tadi tak berhenti menatapnya lagi.

“Oke, you two should sign the contract right now,” ucap Sam sambil memberi dua lembar kertas yang berisi perjanjian kerja di sana

Tanpa banyak berpikir, saat itu juga Dierrel langsung menandatanganinya.

Klea terdiam, ia tak tahu apa yang harus ia lakukan.

“Klea, ayo tanda tangan,” jeda Cantika

Klea menatap Cantika dengan tatapan yang tak bisa diartikan. Klea bingung, dan ia ragu apakah ia bisa bekerja sama dengan seseorang yang sangat mirip dengan Agil ini?

Cantika membisikkan sesuatu kepada Klea, “Kalo kamu mau ngebuktiin semuanya, tanda tangan aja. Nanti kamu bakal punya banyak waktu sama Dierrel, dan itu kesempatan kamu buat cari tau yang sebenernya.”

Klea mengerjapkan matanya berulang kali, ia kembali menatap Dierrel. Dan tak lama pun, Klea telah berhasil menandatangani surat kontrak tersebut.

Cantika menghela napas leganya, “It’sss doneee. Oke, aku bakal kasih kalian berdua waktu dulu. Kalian gunain kesempatan kalian ini untuk berkenalan, ya?”

Detik itu juga, Cantika dan Sam langsung pergi meninggalkan Dierrel dan Klea berdua di dalam ruangan ini.

Dierrel membenarkan posisinya duduknya, lalu ia menatap Klea, “I’m Dierrel, Dierrel Kamaiel. Saya udah tinggal di London bertahun-tahun lamanya. Saya tinggal di London sendiri, tapi saya masih punya nenek. My grandmother lives in Edinburgh,” jedanya

Dierrel sedikit memajukan tubuhnya agar lebih mendekat ke arah Klea, “And ya, I don't know you at all. And I'm not your husband.”

Air mata yang sedari tadi Klea tahan akhirnya turun di pipinya, ia merasakan dadanya sangat sesak sekali melihat seseorang yang ia cintai seperti ini sekarang. Klea masih saja percaya, bahwa sebenarnya Dierrel adalah Agil.

Klea menghapus air matanya, lalu ia mengambil handphonenya dan memberitahu Dierrel beberapa foto dirinya dengan Agil dulu.

Dierrel benar-benar sangat terkejut setelah Klea memberitahu foto-fotonya dengan Agil dulu. Dierrel terheran-heran, mengapa wajahnya sangat mirip sekali dengan lelaki di foto ini.

“Mas bohongin Lea, kan?”

Dierrel langsung menatap Klea yang menangis saat itu juga.

“Mas kenapa kayak gini, mas? Kenapa mas ngga mau ngaku? Mas marah sama Lea? Mas kecewa sama Lea? Mas benci sama Lea?” ucap Klea sambil menghampiri Dierrel secara perlahan

Bruk! Dierrel terkejut melihat Klea yang kini berlutut di hadapannya.

Klea menangis, menangis mengeluarkan rasa sesak yang selama ini ia pendam.

“Mas.... Mas kenapa kayak gini, mas? Mas ngga inget sama Lea? Mas lupain Lea? Mas.... delapan belas tahun mas ninggalin Lea sendirian.... Lea besarin anak-anak sendirian.... Lea selalu dapet fitnahan dari orang-orang.... Lea ngejalanin semuanya sendirian, tanpa Mas Agil, delapan belas tahun lamanya. Sekarang, sekarang kita ketemu lagi.... ketemu di tempat yang pengen kita kunjungi dulu.... Tapi kenapa? Kenapa Mas berubah kayak gini, mas....” ucap Klea sambil menangis sejadi-jadinya di bawah sana

Tanpa sadar, air mata Dierrel berhasil menetes begitu saja.

“Dari kemarin, dari kemarin Lea selalu mikirin apa bener Mas Agil masih hidup? Lea sekarang percaya Mas, kalo Mas Agil masih hidup.... sekarang Mas ada di depan Lea....” ucap Klea menatap Dierrel dengan mata sembabnya

Dierrel mengusap wajahnya dengan gusar, ia benar-benar tidak tahu apa yang harus ia lakukan sekarang. Tapi, semakin lama Dierrel semakin merasa terganggu. Akhirnya ia bangkit dari duduknya.

“Please, stop it.”

Klea mendongak, menatap Dierrel yang kini berdiri di hadapannya.

“I’m not your husband, Akleea Ayu Adine.”

Klea menggeleng lemah, lalu ia juga ikut bangkit dari posisinya. Klea menatap lekat manik mata Dierrel, “You lie.”

Dierrel berdecak kesal, lalu ia mengeluarkan sesuatu dari dalam dompetnya, “You see this? Masih mau bilang kalo saya itu suami kamu? Liat ini dengan jelas. Saya, Dierrel Kamaiel. Born in London, England, United Kingdom,” ucap Dierrel sambil menunjukkan kartu tanda pengenalnya

“Masih ngga percaya? Ayo sekarang juga kita ke Edinburgh. Kamu tanya semuanya tentang saya ke nenek saya.”

Klea terdiam, tak membalas ucapan Dierrel.

“Kenapa diem?! Ayo!” bentak Dierrel sambil menarik paksa tangan Klea

Klea tersentak dengan perlakuan lelaki ini, ia meneteskan air matanya, “Sakit....” rintih Klea

Dierrel terdiam sejenak, lalu ia melepaskan tangan Klea secara kasar. Dierrel memajukan sedikit tubuhnya, “Sekali lagi saya bilang, saya itu ngga kenal sama kamu sama sekali. And I’m, not, your, husband. Oke?” ucapnya penuh penekanan, dan setelah itu Dierrel langsung melenggang pergi meninggalkan Klea sendirian

Klea meneteskan kembali air matanya, ia benar-benar tidak menyangka bahwa lelaki tadi berperilaku seperti ini kepadanya.

“Dia bukan Mas Agil....”

Setelah selesai menyaksikan event Fashion Week, kini Klea memutuskan untuk menyusuri setiap sudut di British Museum London ini. Ini pertama kalinya bagi Klea menapakkan kakinya di sini.

Setelah membalas pesan dari Cantika, Klea kembali melangkahkan kakinya untuk melihat seisi Museum ini. Bangunannya masih sangat bagus, langit langitnya pun bermotif. Iya, seperti Museum pada umumnya saja. Dan tentunya, di sini sangat banyak sekali koleksi benda benda yang di pajangkan di setiap sudut ruangan.

Keadaan saat ini cukup ramai. Karena seperti Klea, banyak yang berkunjung sehabis menyaksikan event tadi.

Jauh di depan sana, Klea melihat sebuah koleksi yang dikelilingi banyak orang. Ia sangat penasaran, lalu ia melangkahkan kakinya menuju sana.

“Excuse me,” ucap Klea ramah

Klea menghentikan langkahnya sesuai pembatas pada benda ini. Ia mendongak, dan menatap sebuah patung yang kini berada di depannya. Patung yang dilindungi dengan kaca yang cukup besar. Patung tersebut adalah patung cinta sejati dari pasangan Odysseus dan Penelope.

“Wow, this is a true loyal couple right?”

“Yes. They are both really loyal. Odysseus was once seduced by the goddess of the ocean to marry him, but Odysseus remained faithful to Penelope. And Penelope was the same, she rejected several men who wanted to marry her.”

Klea terdiam, setelah mendengarkan pembicaraan dari orang-orang di sekitarnya. Lalu, ia beralih ke sebuah tiang kecil dengan papan di atasnya yang di sana bertuliskan kisah tentang Odysseus dan Penelope.

“Couples who understand sacrifice like this couple from Greece. After being torn apart, they waited twenty long years to meet again. The war caused Odysseus to disappear shortly after his marriage to Penelope. Although circumstances gave little hope of her husband's return, she refused with 108 suitors who wanted to replace her husband. Odysseus was equally loyal, refusing the offer of a beautiful sorcerer. And indeed that true love is worth the wait.”

Klea tiba-tiba saja meneteskan air matanya setelah membaca kisah itu, kisah sepasang suami istri yang saling setia satu sama lain walaupun terpisahkan selama bertahun-tahun lamanya. Ia.... jadi teringat dengan Agil.

Klea menatap kembali patung itu,ia berandai-andai bahwa kisah percintaannya sama seperti Odysseus Penelope. Tapi nyatanya, Klea menikah lagi, Klea tak setia dengan Agil. Klea, mengkhianati Agil.

Playing now: The Night We Met-Lord Huron.

Klea sudah tak kuasa menahan tangisnya, ia tak peduli dengan orang-orang yang berada di sekitarnya. Terkecuali, seseorang yang sekarang menatapnya di balik sebuah patung Odysseus Penelope di depan sana. Manik matanya, bertemu dengan manik mata Klea saat itu juga.

Klea mengerjapkan matanya berulang kali, memastikan dengan apa yang ia lihat saat ini. Seketika, tempat ini terasa menjadi sepi. Hanya ada Klea dan seorang lelaki yang menatapnya sekarang secara berhadapan. Layaknya di film-film, dua insan yang sudah lama tidak berjumpa kembali bertemu di tempat yang sama, dan di waktu yang sama. Mata Klea tetap fokus menatap manik mata seseorang yang sangat ia kenal di depan sana, di balik sebuah patung Odysseus Penelope.

Tidak, Klea tidak mungkin salah liat. Lelaki itu, sangat mirip sekali dengan seseorang yang Klea rindui selama ini.

“M-mas A-gil?” ucap Klea terbata-bata sambil meneteskan air matanya

Lelaki itu, lelaki yang benar-benar sangat Klea kenali. Ia memakai sebuah luaran coat bewarna coklat, jaket jeans, dalaman turtleneck, dan sebuah topi hitam yang menutupi kepalanya. Ia benar-benar sangat mengenali wujud lelaki itu.

“M-mas?” lirih Klea

Lelaki itu masih setia menatap Klea, matanya tak beralih sedikit pun. Dan tak lama, lelaki itu langsung melenggang pergi.

“MAS!” teriak Klea dengan cepat

Sontak, Klea langsung mengejar lelaki itu. Tetapi, ia menubruk beberapa orang yang berada di depannya, “I’m sorry, i’m so sorry.”

Klea kembali melangkahkan kakinya dengan cepat mengejar lelaki itu. Ia benar-benar kewalahan mencarinya, karena keadaannya sangat ramai sekarang. Tetapi, jauh di depan sana mata Klea berhasil menatap punggungnya. Lalu, dengan cepat Klea kembali mengejarnya.

“MAS, STOP! MAS AGIL, STOP!!! MAS LEA NGGA MIMPI KAN, MAS? MAS MASIH HIDUP!!” teriak Klea sambil berlari tergopoh-gopoh

Klea benar-benar sangat panik, jantungnya sedari tadi sangat berdebar. Ia teringat postur tubuh lelaki yang kala itu ia tabrak, itu memang persis seperti seseorang yang ia kejar sekarang. Apakah memang benar bahwa itu Agil?

“S-sorry, excuse me....” ucap Klea perlahan

Klea melangkahkan kakinya dengan cepat, ia tak peduli dengan orang-orang yang ia tabrak. Tetapi, tiba-tiba saja ia menghentikan langkahnya. Sampai akhirnya— Bruk! Klea terjatuh. Klea tiba-tiba merasakan napasnya sangat sesak sekali, dan kepalanya sangat pusing. Klea tersungkur lemah di bawah sana. Ia menatap langit langit Museum ini, dan banyak sekali orang yang khawatir dan ingin membantunya. Tapi apalah daya, saat ini Klea benar-benar seperti kehabisan tenaga. Ia meneteskan air matanya, ia melihat pandangannya sedikit memburam.

“Excuseee me!”

“KLEA, WHAT HAPPENED?!”

“Astagaaa, Klea. Klea, bangun!”

Klea mendengar suara itu dengan samar, suara Kenny dan Cantika yang terdengar sangat panik.

“Klea, wake up!”

Klea mendengar beberapa suara dari orang-orang yang ingin menolongnya. Dan, tiba-tiba Klea berhasil menatap kembali manik mata lelaki tadi. Walaupun terlihat samar, tetapi Klea tahu betul manik mata itu. Klea kembali meneteskan air matanya.

“Please help her wake up!” pinta Kenny ke lelaki tersebut

Detik itu juga, Klea merasakan tubuhnya sedikit diangkat. Dan lagi-lagi, Klea bertatapan dengan lelaki itu.

“Hey, you okay?” Tanya lelaki itu

“Mas Agil....” ucap Klea dengan nada yang sangat kecil

Dan seketika, saat itu juga Klea merasakan semuanya menjadi sangat gelap.


Klea membuka matanya secara perlahan, ia merasakan kepalanya sangat pusing sekali. Ia menghela napasnya, lalu ia menatap langit langit kamar ini. Ternyata ia berada di Apartment Kenny.

Pintu terbuka, menampilkan Kenny di sana yang membawa sebuah nampan berisikan air putih, makanan, dan obat.

“Hey, syukurlah udah bangun,” ucap Kenny menghampiri Klea dan ia menaruh nampannya di rak meja

Kenny kebingungan melihat Klea yang tiba-tiba saja bangkit dari posisinya dan langsung berdiri.

“Lo mau ke mana?” tanya Kenny khawatir

“Cari suami gue,” ucap Klea dengan cepat

Kenny bangkit dari duduknya, “No.... Lo masih lemes kayak gini.”

Klea mengacuhkan Kenny, lalu ia langsung melangkahkan kakinya secara perlahan. Tapi pada kenyataannya, Klea masih saja lemas. Dan— Bruk! Ia kembali terjatuh.

“Klea!” teriak Kenny, setelah itu ia langsung menghampiri Klea yang terjatuh di sana

“Kan udah gue bilang apa, lo masih lemes kayak gini,” ucap Kenny meraih lengan Klea, tetapi Klea langsung menepisnya dan hal itu membuat Kenny terkejut

“Gue mau cari suami gue, Kenny. Gue ngga peduli gue mau lemes atau ngga, gue tetep mau cari suami gue....” ucap Klea sambil menangis

“Ya tapi kan suami lo udah ngga ada, lo kenapa kayak gini....” ucap Kenny menatap sendu Klea

Klea menggeleng dengan cepat, “Gue tadi liat dia jelas di depan mata gue. Gue ngeliat suami gue, gue ngeliat Mas Agil, ken....”

Klea masih saja menangis di bawah sana, dan Kenny pun langsung mendekapnya.

“Lo tenang dulu, Klea. Lo habis pingsan tadi....”

“Gue ngga bisa tenang, ken.... Gue mau cari suami gue....”

Kenny melepaskan dekapannya, lalu ia menatap Klea yang masih menangis, “Suami lo yang mana, sih? Gue ngga tau, kasih tau gue sekarang.”

“Dia berdiri di hadapan gue. Dia pake coat coklat, turtleneck, topi, sama waist bag....”

Kenny terdiam sejenak.

“C-coba kasih tau gue foto suami lo. Ada?”

“Tas, hp gue di tas....” ucap Klea dengan anda yang terdengar sangat lemah

Kenny langsung mengambil tas Klea yang berada di sofa kamarnya, lalu ia mengambil handphone Klea dan memberikannya ke Klea.

“Ini....” ucap Klea sambil menunjukkan sebuah foto dirinya dengan Agil dulu

Kenny sangat terkejut, ia menutup mulutnya tak percaya, “Whatttt? This is your husband?”

Klea mengangguk lemah, “Dan tadi gue liat dia....”

Ah, sepertinya Kenny mulai paham sekarang.

Kenny menggaruk dahinya, “E-emm.... duduk dulu ayo di kasur, jangan di lantai gini.”

Klea menuruti permintaan Kenny, lalu Klea dituntun untuk duduk di kasur milik Kenny. Setelah duduk, Kenny memberikan Klea minum terlebih dahulu agar Klea lebih tenang.

“Is this really your husband? Are you serious?” ucap Kenny yang masih saja menatap Foto tersebut

“Lo liat di sampingnya ada gue, ken....”

Kenny menghela napasnya, lalu ia menatap Klea, “But, dia.... Dia mirip banget sama temen gue, Klea.”

Klea mengernyit, “What do you mean?”

Kenny terdiam, ia juga terheran-heran sedari tadi.

Kenny menatap Klea kembali, “Do you remember that time I wanted to introduce my friend to you? There he is, Dierrell. And your husband, really looks like Dierrel.”

Klea menggelengkan kepalanya tak percaya. Tidak, tidak mungkin bahwa itu orang lain. Klea yakin bahwa itu adalah Agil.

Kenny mendengus perlahan, “Klea, gue udah kenal Dierrel bertahun-tahun. Dan dia udah tinggal di Uk selama ini. Dia temen gue, temen deket gue. Dan gue juga kaget banget gue baru tau suami lo, dan ternyata suami lo mirip banget sama Dierrel.”

“This doesn't make sense, Kenny....” ucap Klea dengan tatapan yang kosong

“I knowww.... Makanya gue juga kaget banget, gue masih ngga percaya. Tapi gue emang udah temenan lama sama Dierrel. Kalo lo masih ngga percaya, lo tanya kak Cantika. Cowoknya itu Manager sama Assistennya Dierrel. Lagian juga semua orang kenal sama Dierrel, dia model internasional dan CEO di London. Dan tadi juga yang bawa lo ke Apart gue ya Dierrel.”

Klea terdiam, lalu ia meneteskan air matanya, “Take me to him.”

Kenny menggeleng dengan cepat, “No, i can’t. Dia tadi ada urusan mendadak makanya langsung pergi, dan pasti sekarang dia sibuk banget, ngga bisa ditemuin.”

“I want to go home,” ucap Klea