nankeyst

“Udah dong, ya? Jangan nangis, dek....” ucap Agil menatap perempuan yang kini menangis sambil memeluk lengannya

Klea menggoyang-goyangkan lengan Agil sambil menangis. “Lea mau naik London eye, mas....”

“Ya kamu tau tadi kata penjaganya lagi ngga beroperasi, sayang.... Masa mau maksa naik, sih? Nanti kalo kenapa-kenapa gimana?”

Memakan waktu hampir setengah jam, Agil hanya sibuk menenangi Klea yang sedari tadi tidak berhenti menangis. Agil benar-benar kewalahan, ia tidak menyangka bahwa istrinya akan berperilaku seperti ini disaat mengandung. Ini baru seberapa, bagaimana nanti jika kandungan Klea sudah semakin membesar? Apakah Agil akan kuat dengan sikap Klea yang mungkin saja nanti akan lebih manja daripada ini?

Agil bangkit dari duduknya secara perlahan, sambil melepas tautan tangan Klea di lengannya. “Ayo, mau kemana aja terserah Lea. Tapi jangan naik London eye.”

“Orang Lea mau nya naik London Eye gimana, sih?” ucapnya kesal

Agil mengusap wajahnya dengan gusar, ia menghembuskan napasnya dari mulut sampai mengeluarkan asap. Udaranya kali ini cukup dingin, Agil tidak mungkin membiarkan Klea dan calon buah hatinya kedinginan. Maka dari itu, sedari tadi ia berpikir, kemana kah ia akan membawa Klea pergi? Kalau pulang tidak mungkin, yang ada Klea akan lebih marah karena tadi keinginannya saja tidak tersampaikan.

Agil menghela napasnya, lalu ia berjongkok menatap sang istri yang masih menangis sambil terduduk di sebuah kursi taman. “Dek.... jangan nangis lagi, ya? Kita masih bisa naik London Eye nya nanti. Sekarang ayo, ikut mas....”

Klea menatap manik mata Agil. “Mau ke mana?”

Agil tersenyum, lalu ia meraih tangan Klea untuk digenggamnya dan langsung membantunya untuk berdiri. “Ikut aja ayo. Tapi nanti di dalem mobil ya, jangan keluar. Mas juga ngga mau ajak kamu jalan, lagi dingin banget. Pasti juga sebentar lagi saljunya turun.... Mas ngga mau kamu capek, kedinginan. Nanti kasian juga adeknya....” ucap Agil sambil mengusap secara perlahan perut Klea

Klea menunduk, menatap tangan Agil yang masih mengusap perutnya. Hati Klea benar-benar sangat hangat setiap Agil mengusap perutnya, seperti ada rasa kebahagiaan tersendiri di dalam dirinya. Klea sangat bahagia, benar-benar sangat bahagia.

“Ayo, kenapa diem aja? Dingin banget, dek....” ucap Agil menatap Klea

Klea tersenyum, lalu ia memeluk lengan Agil. Dan pada saat itu juga, mereka berdua langsung meninggalkan tempat tersebut.


Setelah melakukan perjalanan selama dua belas menit, akhirnya Agil dan Klea telah sampai di tempat tujuannya.

“Tower Bridge?” tanya Klea menatap Agil yang duduk di sampingnya

Agil mengangguk, lalu ia memarkirkan mobilnya dengan sembarang. Setelah mematikan mesin mobilnya, ia mengatur jok kursi Klea agar posisinya agak sedikit berbaring. “Nyaman ngga?” tanya Agil

Klea mengangguk. “Nyaman, mas....”

Hari semakin lama semakin larut, salju pun turun secara perlahan di kota London ini. Klea dan Agil berbaring di jok kursinya masing-masing sambil menikmati pemandangan di depan sana, pemandangan Tower Bridge dan Sungai Thames yang kelihatan sangat jelas dari dalam mobil.

Klea terdiam, ia seperti merasa dejavu di tempat ini. Ia.... teringat momen dengan Leon kala itu. Leon.... bagaimana kabarnya sekarang? Dia baik-baik saja, kan?

Klea tersadar saat ada tangan kekar yang menyelusup masuk ke dalam pakaiannya, tangan tersebut mengelus perutnya secara perlahan.

“Adek.... Cepet besar, ya? Nanti kita main sama mamah, papah, mas Adam, sama kak Ale....”

Klea tersenyum hangat, ia membiarkan Agil mengelus perutnya secara terus menerus.

“Dek,” panggil Agil

“Hm?”

Agil menghentikan aktivitasnya, ia beralih untuk meraih tangan Klea dan ia kecupnya saat itu juga. “Mas sayang sama kamu.”

Klea tersenyum haru, ia menatap Agil yang menatapnya juga sambil berbaring di kursi mobil. Klea menarik tangan Agil yang menggenggam tangan dirinya, lalu— Cup! Klea juga melakukan hal yang sama seperti Agil, ia mengecup punggung tangan Agil.

“Lea juga sayang banget sama Mas Agil....” ucap Klea yang setelahnya berhasil meneteskan air matanya

Agil tersenyum, lalu ia menghapus secara perlahan air mata Klea yang jatuh. “Jangan nangis, dek....”

“Mas bakal bosen ngga sih kalo Lea bilang sayang terus ke mas?” tanya Klea yang masih setia menatap pria yang sangat ia cintai

Agil terkekeh kecil. “Ngga, sayang.... Yang ada mas yang nanya kayak gitu ke kamu. Kamu bosen atau ngga kalo mas bilang sayang terus ke kamu?”

Klea menggeleng dengan cepat. “Ngga, Lea ngga pernah bosen. Yang ada malah Lea seneng banget dengernya, Lea mau mas ucapin kata itu setiap saat....”

Agil menghela napasnya, ia tersenyum kecil. Tangannya beralih mengusap kepala Klea, lalu ia menatap istrinya dengan lekat. “Kamu cantik banget. Kamu ngga pernah berubah di mata mas, kamu tetep sama, dek....”

Klea tersenyum.

“Kamu bahagia kan mas kembali?” tanya Agil

Lagi-lagi Klea mengangguk dengan cepat. “Mas, ngga usah ditanya lagi.... Lea bahagiaaaa bangetttt....”

Agil kembali menghela napasnya, ia mengubah posisinya menjadi menatap Tower Bridge dan Sungai Thames di depan sana.

“Kalo kehadiran mas cuma sementara gimana?”

Deg! Jantung Klea berdebar saat Agil mengatakan kalimat itu. Agil.... tidak akan pernah pergi meninggalkan dirinya lagi, kan?

Klea bangkit dari posisinya, menatap Agil yang masih saja setia menatap Tower Bridge di depan sana. “Maksudnya apa? Mas mau ninggalin Lea lagi?”

Agil bangkit juga dari posisinya dengan cepat, ia menatap manik mata Klea yang terlihat sangat cemas. “Bukan gitu, sayang.... Maksud mas tuh kita kan ngga tau kedepannya bakal gimana, kita ngga tau kedepannya kita akan sama sama terus atau eng—“

“Kita akan sama sama terus, selamanya,” potong Klea

Agil menunduk, lalu ia kembali menatap Klea yang kini meneteskan air matanya. Secara perlahan, Agil mengelus surai rambut Klea. Lalu jemarinya beralih menghapus air mata yang berhasil turun di pipi perempuan yang sangat ia cintai ini.

“Kita akan sama sama terus, selamanya. Kalo suatu saat mas pergi, kamu mau ikut?”

“Lea kan udah pernah bilang sama mas. Kalo mas mau pergi, Lea bakal ikut. Kemana pun mas pergi, Lea bakal ikut. Di mana ada Mas Agil, di sampingnya harus ada Lea. Lea ngga bisa hidup tanpa Mas Agil, sampai kapanpun.”

Agil terkekeh kecil, hal itu membuat Klea kebingungan.

“Kok malah ketawa?” tanya Klea

Agil mengacak-acak rambut Klea. “Lagian pembicaraannya serius banget sih, dek....”

Klea berdecak kesal, ia menepis tangan Agil. “Ya emang serius. Mas ngapain coba nanya kayak gitu ke Lea?”

“Ya mas iseng aja.... Sebenernya tuh mas juga lagi mikirin sesuatu. Umur kita makin lama makin bertambah, mas takut mas dipanggil duluan akhirnya mas ninggalin kamu lagi.”

Bugh! Klea memukul lengan Agil. “Kok ngomong gitu, sih?!”

“Umur ngga ada yang tau, dek....” ucap Agil menatap keadaan di luar sana

“Mas....” panggil Klea

“Apa sayanggg....” jawab Agil sambil menatap Klea

Klea mendekatkan tubuhnya ke arah Agil. “Penyakit mas.... Mas belum sembuh, ya?”

“Mas udah sembuh total, dek....”

“Terus kenapa mas ngomong kayak gitu?” tanya Klea

“Ya kan mas tadi udah bilang, umur kita makin lama makin bertambah. Pasti salah satu dari kita juga nanti bakal dipanggil duluan, alhasil kita saling meninggalkan satu sama lain....” jedanya

Agil meraih tangan Klea, ia genggamnya dengan sangat erat. “Dek.... Kita akan hidup selama-lamanya berdua, sampai kita mati, kalo Allah udah takdirin semua itu ke kita. Kalo emang takdir Allah ngga seperti apa yang kita inginkan ya yaudah gapapa, kita harus terima itu.”

Klea meneteskan air matanya. “Kalo salah satu di antara kita nanti meninggal duluan, kita pastikan kalo nanti kita terkubur di tanah yang sama, di liang lahat yang sama. Kita harus berdampingan selamanya, mas....”

Agil tersenyum, ia mengusap secara perlahan pipi Klea.

“Mas....” panggil Klea

“Apa?”

“Mas ngomong kayak gitu bukan karena mas mau ninggalin Lea lagi, kan?” tanya Klea dengan mata yang berkaca-kaca

Agil menggeleng. “Ngga usah khawatir, mas kan udah janji sama kamu untuk ngga ninggalin kamu lagi, dek....”

“Lea takut, mas.... Kalau pun nanti mas pergi karena emang udah waktunya Lea ngga bisa terima sampai kapan pun....” ucap Klea menunduk sambil menangis

Agil menarik dagu Klea, ia menatap Klea sangat lekat. “Jangan ngomong kayak gitu.... Kita harus nerima takdir yang Allah kasih ke kita.... Pokoknya sekarang yang terpenting kita harus nikmatin masa masa hidup kita, kita gunakan waktu yang kita punya dengan baik, kita buang pikiran pikiran yang buat kita cemas. Kalo emang nanti kita udah waktunya dipanggil, tandanya waktu kita udah selesai. Setiap orang punya waktu hidupnya sendiri, dek.... Dan yang atur itu semua adalah Tuhannya masing-masing....”

Klea terdiam sejenak, lalu ia langsung masuk ke dalam dekapan Agil. “Lea ngga mau ditinggalin sama mas lagi....”

Agil membalas pelukan Klea, ia cium juga secara perlahan pundaknya. “Mas ngga akan ninggalin kamu lagi....”

Klea melepaskan pelukannya, menatap Agil cukup lekat. Tangannya beralih mengusap rambut Agil, lalu turun ke wajahnya. Agil.... seseorang yang sangat ia cintai rupanya tidak berubah sama sekali. Klea tersenyum, lalu ia mendekatkan wajahnya ke wajah Agil.

“Ngapain?” tanya Agil

“Mau cium....” ucap Klea

Cup! Agil mengecup bibir Klea.

“Apalagi yang mau dicium?” tanya Agil sembari merapikan rambut istrinya

“Semuanya.”

Agil tersenyum, lalu ia menangkup wajah Klea dan langsung menciumi wajah Klea secara berurutan.

“Mas....” panggil Klea

“Apa sayang....”

Klea dan Agil saling menatap satu sama lain cukup lama.

“Mas janji ya akan di samping Lea terus sampai kapanpun, kalau bisa sampai Lea mati....” ucap Klea yang manik matanya tak lepas menatap Agil

Agil tersenyum tipis, lalu ia mencium dahi Klea secara perlahan. “Mas janji. Mulai detik ini, sampai selamanya, kita akan selalu berdampingan terus. Dan tentunya, mas akan di samping kamu terus. Jangan khawatir, ya?”

Klea meneteskan air matanya, lalu ia mengangguk secara perlahan.

Agil kembali membawa Klea ke dalam pelukannya. Ia tahu, bahwa Klea sangat khawatir saat ini. Tapi ia sekarang benar-benar bersumpah, bahwa dirinya tidak akan pergi lagi meninggalkan Klea. Agil berjanji, akan selalu di samping Klea, selamanya.

“Makasih ya mas, udah ajak Lea keliling London, ya walaupun waktu itu mas masih pake identitas Dierrel,” ucap Klea diakhiri dengan kekehan

Sekarang posisi mereka terduduk di kursi mobil, sambil menatap pemandangan Tower Bridge dan Sungai Thames di depan sana yang dituruni oleh salju. Agil merangkul pundak Klea dengan erat, ia biarkan perempuan tersebut bersandar di pundaknya. Sedangkan Klea, ia masih saja setia menggenggam satu tangan Agil dengan kedua tangannya.

“Iya, sama sama. Kamu sebenernya udah puas atau belum?” tanya Agil yang matanya tak lepas melihat pemandangan di luar sana

Klea mendongak, lalu ia mengecup secara perlahan pipi Agil. “Udah kok, udah puas banget. Tapi ya.... Lea belum naik London Eye....”

Agil terkekeh. “Masih aja, sih.... Yaudah nanti kapan-kapan kita naik London Eye ya.... Semoga aja nanti beroperasi....”

“Beneran, ya?” ucap Klea

Agil menatap Klea, lalu tangannya mengusap kembali perut Klea. “Beneran, bumillllll..... Pokoknya sekarang bumil harus sehat sehat terus, ya?”

Klea tersenyum. “Iya papah....”

Agil melepaskan rangkulannya pada pundak Klea. “Dek, tiduran deh.”

Klea mengernyit, melihat Agil yang sibuk mengubah posisinya. “Mau ngapain?”

“Tiduran aja, ini mas turunin dikit lagi,” ucap Agil sambil mengatur posisi jok kursi Klea

Setelah mengaturnya beberapa detik, akhirnya kini Klea sudah berbaring di jok kursi sesuai dengan permintaan Agil. Klea bingung, apa yang ingin Agil lakukan? Ia menatap Agil yang kini membuka sedikit bajunya, menampilkan perutnya yang sedikit membesar. Klea merasakan usapan yang Agil beri, lalu ia juga merasakan bahwa Agil mengecupi perutnya.

“Adek.... Sehat-sehat terus ya di dalam perut mamah? Adek jangan nakal, adek harus nurut sama mamah....” ucap Agil yang menatap perut Klea sambil mengusapnya

“Adek nanti jangan bikin mamah kesakitan, kasian mamahnya.... Pokoknya kalo adek mau apa-apa bilang ke papah, nanti papah turutin....”

Klea tersenyum, lalu tangannya beralih mengusap rambut Agil.

Cup! Cup! Cup! Agil tak berhenti mengecupi perut Klea.

“Papah ngga sabar, kamu cepet-cepet besar ya? Banyak yang nungguin kamu. Pokoknya sekarang yang papah minta cuma satu, kamu harus sehat-sehat di dalam perut mamah Lea. Papah janji, papah akan di samping kamu dan di samping mamah kamu terus.”

Klea meneteskan air matanya. Berulangkali ia tidak akan pernah bosan mengatakan bahwa ia sekarang benar-benar merasa sangat bahagia.

Agil kembali mendekatkan wajahnya ke perut Klea, ia mengusap perut Klea dengan rasa kasih sayang. Lalu, ia membisikkan sesuatu di sana.

“Terima kasih sudah hadir, terima kasih sudah membuat Lea bahagia atas kehadiranmu.”

Klea berlari kecil ke luar rumahnya setelah ia mendengar suara mobil Agil yang baru saja sampai. Ia membuka pintu rumahnya, lalu ia melihat Agil di sana yang menenteng jas nya dengan lengan kemeja yang ia lipat sampai sikunya.

Setelah menutup pintu mobilnya, Agil dikejutkan oleh Klea yang sudah berdiri di depan pintu sana. “Dek, ngapain keluar? Dinginnnnn,” ucapnya yang setelah itu langsung menarik Klea masuk ke dalam rumahnya

Kini, mereka berdua sudah berada di dalam kamarnya. Agil kebingungan, mengapa sedari tadi Klea diam terus sambil menatapnya, apakah Klea masih marah?

“Kamu masih marah sama mas?” tanya Agil sambil melepaskan pakaian kerjanya

Klea terdiam, tak menjawab ucapan Agil.

Agil menghela napasnya, ia menatap Klea yang duduk di kasurnya lalu ia menghampirinya. “Masih marah, ya? Maaf.... Mas mandi dulu deh, ya? Kotor, bau....” ucapnya yang setelah itu langsung mengecup dahi Klea

Agil melangkahkan kakinya menuju kamar mandi yang berada di dalam kamarnya. Saat ingin menutup pintu kamar mandinya, di luar sana Klea menahannya. Agil mengernyit, tak mengerti apa yang Klea lakukan.

“Mau ikut,” ucap Klea yang setelahnya langsung menyelonong masuk ke dalam

Agil mandi dengan perasaan yang sangat tak bisa diartikan, karena Klea sedari tadi hanya duduk di closet sambil memperhatikannya yang sedang mandi. Karena sudah tak tahan, ia menghentikan aktivitasnya lalu menatap sang istri yang masih saja terdiam sambil menatapnya.

“Kamu ngapain sih, dek? Kamu mau ikut masuk cuma buat liatin mas mandi?” tanya Agil kebingungan

Klea mengangguk dengan cepat.

Agil menghela napasnya, ia benar-benar tak paham dengan Klea sekarang. “Dek, keluar dulu gih.... tunggu mas di luar aja, jangan di dalem gini, mas malu....”

“Ngga mau. Lagian malu kenapa, sih? Udah suami istri juga.”

“Ye kamu kalo mas gituin aja marah,” ucap Agil tak mau kalah

“Kok gitu?!”

Agil memukul bibirnya. “Maaf, bukan gitu maksudnya. Iya, mas yang salah....”

“Udah sih cepet mandi, Lea tungguin di sini. Pokoknya, Lea, ngga mau, keluar,” ucapnya penuh penekanan

Setelah menemani Agil mandi tadi, kini Klea sudah berbaring di kasur sambil memeluk Agil yang berada di sampingnya dengan sangat erat. Agil hanya terdiam saja, karena jika ia berbicara atau melakukan sesuatu yang ada ia akan terkena omelan oleh Klea.

“Mas,” panggil Klea

“Apa?”

Klea melepaskan pelukannya dengan cepat, ia mendongak menatap Agil. “Cuek banget, sih? Jawabnya apa doang.”

Agil menghela napasnya. Salah lagi kan gue.... /batinnya

Agil mengecup dahi Klea, lalu ia menatap istrinya itu. “Apa dek.... Sayangku, cintaku, istriku, bumilku....”

Klea kembali memeluk Agil dengan erat. “Mau naik London Eye....”

“Kapan?”

“Besok,” ucap Klea sambil menatap keadaan di luar sana yang turun salju

“Lagi dingin, dek.... Nanti kasian dede nya....” ucap Agil sambil mengelus surai rambut Klea secara perlahan

Klea melepaskan pelukannya, lalu ia mengubah posisinya menjadi duduk menghadap ke arah Agil.

“Tapi ini dede yang mau, mas....” ucapnya memasang wajah melas sambil mengusap perlahan perutnya

Agil tersenyum, lalu ia mengecup pipi Klea. “Dedenya yang mau apa kamu?”

“Dede!”

Agil terkekeh, lalu ia beralih mendekatkan wajahnya ke perut Klea. “Adek.... Kamu yang mau naik ke London Eye? Bukan mamah?”

“Iya papah....” ucap Klea menirui suara anak kecil

Agil kembali terkekeh. Lalu ia menaruh kepalanya di paha Klea, tangannya pun tak berhenti mengusap perut sang istri. Klea yang melihat itu pun hanya tersenyum haru sambil mengelus rambut Agil, ia masih benar-benar tidak menyangka bahwa pada kali ini ia hamil kembali dan bahkan di dampingi oleh Agil.

“Iyaudah besok ya kita naik London Eye? Tapi mamah kamu suruh pake jaket yang tebel biar ngga kedinginan, oke?” ucap Agil sambil menatap perut Klea dan mengelusnya

“SERIUS?!” tanya Klea girang

Agil bangkit dari posisinya, lalu ia mengecup bibir Klea. “Serius, bumilllll....”

Saat itu juga, Klea langsung memeluk Agil dengan sangat erat. “AAAAA makasih sayanggggg.” Cup! Cup! Cup!

Agil tersenyum bahagia saat Klea mengecup wajah Agil tak henti. “Udahhhhh, dicium muluuuu....” ucapnya

“Emang ngga boleh?” tanya Klea

“Ya boleh, tapi kamu udah ngga marah sama mas?” tanya Agil menatap Klea

Klea menggeleng dengan cepat, lalu ia menarik tubuh Agil agar berbaring di kasur. “Udah ngga sayang.... Pokoknya Lea sayang banget sama Mas Agil, sayang sayangggggg bangetttttt....”

Agil terkekeh, lalu ia memeluk Klea dengan sangat erat. “Iya sayangggg, mas juga sayang sayangggggg banget sama Lea,” ucapnya setelah itu langsung menyerbu wajah Klea dengan kecupannya

“UDAHHHHH! ENGAP SUMPAH NGGA BISA NAPAS!” ucap Klea sambil menjauhkan wajah Agil

Agil terkekeh, lalu ia kembali memeluk Klea secara perlahan dan bahkan mendusel-ndusel tubuh Klea.

“Mas geliiiiiii,” ucap Klea sambil terkekeh

Agil tak peduli, ia masih saja mendusel-ndusel tubuh Klea.

“MASS, UDAH NGGA?! LEA MARAH NIH YA!” ucapnya dengan nada kesal

Saat itu juga Agil langsung menghentikan aktivitasnya, lalu ia menatap Klea cukup lekat. Ia tersenyum, tersenyum sangat manis. Ia merapikan rambut Klea yang sedikit berantakan, lalu secara perlahan ia mengecup dahi Klea cukup lama. “Mas sayang kamu, Mas sayang kamu, Mas sayang Lea, Mas sayang Lea, Mas sayang bumilllllllll.”

Klea tersenyum manis, ia benar-benar sangat merasa bahagia kali ini. Lalu, ia kembali mendekap tubuh Agil. Mendekap tubuhnya sangat erat, dan rasanya seperti tidak mau kehilangan lagi.

“Makasih ya mas, Lea sekarang bahagiaaaa banget....”

Klea melangkahkan kakinya secara perlahan menuju ruang keluarga. Ternyata di sana bukan hanya ada Agil, anak-anaknya pun ada sedang terduduk manis di sofa sana.

Agil yang menyadari bahwa Klea datang menghampirinya langsung berdiri. “Gimana?” tanya Agil penasaran

Klea terdiam cukup lama, ia tak menyangka bahwa hasilnya positif. Ia mengusap perlahan testpack yang ia genggam dan ia sembunyikan di belakang tubuhnya.

Alea berdiri, menghampiri Agil dan Klea yang saling menatap satu sama lain. “Gimana apanya? Mamah kenapa?” tanya Alea menatap sang ibu

Sebulir air mata berhasil menetes di pipi Klea, lalu ia menatap anak perempuannya yang kini berada di hadapannya. “Ale mau punya adik lagi, ngga?”

Alea tersenyum. “Iya mau lah mah, iya kan mas?” tanya Alea yang langsung menoleh ke arah Adam

Klea menunduk, perasaannya sangat campur aduk sekarang antara senang dan sedih. Klea, benar-benar sangat bahagia kali ini.

“Dek....” panggil Agil

“Kenapa, mah?” tanya Adam yang kini juga sudah berada di hadapannya

Klea menghela napasnya secara perlahan. Ia mendongak, dan menatap Agil, Adam, Alea secara bergantian. Lalu, ia mengeluarkan sesuatu dari belakang tubuhnya.

“I’m pregnant.”

Agil, Adam, dan Alea sangat terkejut disaat Klea memberikan sebuah benda kepada mereka bertiga yang di sana terdapat tulisan Pregnant.

“I-ini serius?” tanya Agil yang masih tak percaya

Klea menangis, lalu ia langsung memeluk Agil. “Serius, mas....”

“Ya Allah, alhamdulillah....” ucap Agil lalu ia memeluk Klea dengan erat

Adam dan Alea saling menatap satu sama lain. “Mas, kita punya adek....”

Klea menangis sejadi-jadinya dalam pelukan Agil. Agil mengusap rambut serta punggung Klea, dan ia juga mengecupi pipi dan dahinya.

“Mas.... Lea hamil....” ucap Klea sambil menangis

“Iya, sayang.... Ya Allah makasih ya, dek?” ucap Agil yang ikut meneteskan air matanya juga

Klea melepaskan pelukannya, lalu ia menatap kedua anaknya yang tersenyum haru kepada dirinya. “Mamah hamil, kalian nerima adik kalian, kan?”

Adam dan Alea mengangguk dengan cepat. Alea tak kuasa menahan tangisnya, lalu ia langsung memeluk sang ibu. “Mamah.... Ale sama Mas Adam nerima kok kalo mamah hamil lagi.... Ale sama Mas Adam seneng banget ternyata nanti kita punya adik....” ucap Alea sambil menangis

Klea melepaskan pelukannya, lalu ia mengecup dahi anak perempuannya secara perlahan. Tak hanya Alea, Klea pun melakukan hal yang sama kepada anak lelakinya.

Klea menghapus air matanya secara perlahan, lalu tangannya beralih mengusap perutnya yang di dalam sana terdapat buah hatinya yang mungkin masih sangat kecil. “Adek.... Makasih udah mau hadir, ya? Kamu liat nih sekarang, papah sama kakak kalian seneng banget pas tau kamu hadir di dalam perut mamah. Mereka pasti ngga sabar nunggu kamu keluar dari perut mamah, mereka sayang banget sama kamu. Bertahan ya sayang? Nanti kita main bareng-bareng sama papah sama kakak....”

Agil tak kuasa menahan tangisnya, ia kembali memeluk Klea. “Makasih, dek.... Makasih, ya?”

Klea membalas pelukan Agil. “Tolong bahagiain Lea lagi mas kali ini.... Mas jangan pergi lagi, ya?”

Agil melepaskan pelukannya, ia mengecup dahi Klea secara perlahan. “Mas janji akan bahagiain kamu lagi. Mas janji ngga akan pernah ninggalin kamu lagi, dek....”

Adam dan Alea tersenyum haru melihat kebahagiaan sang ibu yang secara perlahan mulai kembali. Lalu, mereka berdua menatap Agil yang kini menatapnya.

“Adam, Ale.... Kalian jangan ngerasa gimana-gimana, ya? Kalian kan tetap anak papah sama mamah. Dan papah minta maaf soal dulu, waktu kalian masih kecil papah ngga ada di samping kalian, papah ngga ajak kalian jalan-jalan kesana kesini, papah ngga ngasih kalian rasa kasih sayang seorang papah. Papah minta maaf, ya? Sekarang papah janji akan menyayangi kalian selamanya, papah janji papah akan di samping kalian berdua terus. Maaf ya? Maafin papah....”

Adam dan Alea berhambur ke pelukan Agil saat itu juga. “Papah ngga usah minta maaf, pah. Lagian kita berdua juga udah maafin papah kok, sekarang kita juga udah ngerasain lagi rasa kasih sayang seorang papah Agil. Kita berdua udah bersyukur banget kok, pah....” ucap Alea

Agil lebih mengeratkan dekapannya dengan kedua anaknya.

“Ini mamah sama adek ngga diajak pelukan?” ucap Klea yang menatap Agil mendekap anak-anaknya cukup lama

Agil, Adam, dan Alea melepaskan pelukannya, lalu mereka menatap Klea yang mengerucutkan bibirnya.

“Eh.... Mamah Lea mau dipeluk juga?” tanya Agil

Klea tak bisa menahan senyumannya. “Iya mau, lah. Masa aku dianggurin gini....”

Agil, Adam, dan Alea terkekeh berbarengan. Lalu, Agil menarik Klea dan juga kedua anaknya untuk masuk ke dalam dekapannya.

“Lea, Adam, Ale, dan Adik. Semoga kita selalu bahagia, ya? Semoga kita selalu bahagia selamanya, bersama-sama. Untuk kedepannya, hal apapun yang terjadi di dalam kehidupan kita, kita harus jalanin dan kita harus terima. Sekarang, kita nikmatin kebahagiaan kita, ya? Karena sebentar lagi kita akan kedatangan calon anggota keluarga lagi. Sebentar lagi, anak yang dikandung mamah Lea akan lahir ke dunia. Kita lindungin dan sayangin mamah, ya? Dan tentunya juga anak yang dikandung mamah....”

Klea menangis di dalam dekapan Agil, Klea benar-benar tak menyangka bahwa momen ini terjadi di hidupnya. Momen di mana Agil, Adam, Alea, dirinya, dan tentunya calon buah hati yang dikandungnya sekarang berkumpul menjadi satu. Ditanya bahagia atau tidak? Tentunya Klea sangat bahagia, benar-benar sangat bahagia.

Ya Allah, terimakasih sudah mempersatukan kembali keluarga kami.... Dan terimakasih juga engkau sudah memberi hamba dan Mas Agil buah hati lagi.... Lindungi keluarga kami Ya Allah, tolong jangan pisahkan keluarga kami kembali.... Dan untuk Mas Agil, semoga ini menjadi kado terindah yang Allah beri ke kamu, mas.... Lea harap mas bahagia.... Kali ini, Lea janji akan menjadi istri yang lebih baik untuk mas.... Lea ngga akan sia-siain mas lagi, dan Lea akan lebih menghargai mas sebagai suami Lea. Mas.... terimakasih sudah mau kembali.... /batin Klea

“Mas ini di mana sih....” ucap perempuan yang matanya tertutup oleh sehelai kain, dan kini ia dituntun secara perlahan untuk menuju ke suatu tempat.

Adam dan Alea yang melihat Agil menuntun Klea melangkahkan kakinya hanya tersenyum.

“Udah, mamah tinggal ikutin aja. Ini sebentar lagi sampe, kok,” ucap Alea

Klea benar-benar sangat bingung. Setelah Agil menyelesaikan pekerjaannya, Agil langsung membawa Klea pergi. Dan sebelum Agil mengajaknya pergi, Agil menutupkan mata Klea menggunakan sehelai kain. Klea tidak tahu, apa yang sebenarnya Agil ingin lakukan kepadanya? Bahkan Klea juga terkejut, disaat Agil bilang sudah sampai di tempat tujuannya, ternyata anak-anaknya pun berada di sini juga. Sebenarnya, apa yang mereka rencanakan?

“Ini ngga terlalu jauh dari Apart, ya? Ini kita di mana, sih?” tanya Klea yang sangat penasaran

“Mas? Sumpah malah diem aja ditanyain. Anak-anak juga mana lagi,” ucap Klea kesal

Agil menghentikan langkahnya, dan Klea pun juga menghentikan langkahnya. Klea menoleh ke kanan dan ke kiri, ia berusaha melihat sebenarnya sekarang ia berada di mana. Klea tak mendengar ada suara apapun di sini, rasanya sangat sepi. Dan sekarang pun udaranya sangat dingin, ia menggenggam tangan Agil cukup erat.

“Ini udah? Kok berhenti?” tanya Klea sambil memainkan salju dengan kakinya di bawah sana

“Kamu siap ngga?” tanya Agil

“Ya siap lah aduh cepetan dong ini sumpah Lea ngga betah matanya ditutupin kayak gini....”

Agil terkekeh, lalu ia melepaskan genggaman tangannya pada tangan Klea. Agil mendekap sedikit tubuh Klea, lalu ia berbisik.

“Mas harap kamu suka pemberian mas, dek....”

Klea merasakan tubuhnya sangat merinding disaat Agil membisikkan sesuatu di telinganya. Klea tidak bisa menahan senyumnya, mengapa Agil terus saja membuat hatinya berdebar seperti ini.

Cup! Agil mengecup pipi Klea, lalu ia membuka kain yang menutupi mata Klea secara perlahan. “Jangan dibuka dulu matanya....”

Klea menuruti permintaan Agil, ia masih saja memejamkan matanya sambil tersenyum. Klea benar-benar sangat penasaran, apa yang Agil berikan untuk dirinya.

Agil beralih berdiri di belakang tubuh Klea, ia memegang kedua pinggul kecil milik istrinya itu. Lalu, ia mendekatkan wajahnya ke telinga Klea. “Dek.... Buka matanya....”

Klea tersenyum, lalu ia menarik napasnya secara perlahan dan langsung membuka matanya saat itu juga.

“SURPRISE!!!!” teriak Adam dan Alea

Klea mengerjapkan matanya berulang kali, jantungnya benar-benar sangat berdebar. Ia menutup mulutnya tak percaya melihat sesuatu yang kini berada di hadapannya.

“Suka ngga?” tanya Agil yang kini menatap Klea

Klea menoleh, menatap Agil yang kini tersenyum sambil menatapnya. “Mas.... I-ini, beneran?” tanya Klea tak percaya

Agil tersenyum manis. “Beneran, sayang.... This is for you, for us.

Klea meneteskan air matanya, ia menggelengkan kepalanya secara perlahan sambil menatap Agil. “Bohong, kan?”

“Ya Allah mah ngga bohong.... Ini aku buktiin deh. Ayo mas, kita masuk,” ucap Alea

Klea menatap Alea dan Adam yang di sana memasuki sebuah rumah minimalis bewarna putih dan hitam. Memiliki nomor rumah dengan angka tiga ratus lima belas, dan di samping rumah tersebut juga terdapat beberapa pohon pinus yang ditutupi oleh salju.

Klea tak kuat menahan tangisnya, lalu ia kembali menatap Agil yang masih saja menatapnya. “Rumah? Mas kasih Lea rumah?” ucapnya dengan nada yang bergetar dan mata yang berkaca-kaca

Agil mengusap perlahan pipi Klea, ia menatapnya sangat lekat. “Iya, dek.... Rumah.... Buat kamu, buat Mas, buat anak-anak....”

Tangis Klea langsung pecah saat itu juga, ia mendekap Agil dengan sangat erat. Agil tersenyum, membalas dekapan perempuan yang sangat ia cintai ini.

“M-mas kasih Lea r-rumah?” tanya Klea sekali lagi memastikan bahwa ini semua bukanlah mimpi

Agil mendekap Klea sangat erat, lalu ia mengecup pucuk kepala Klea. “Iya, sayang.... Kenapa nanya lagi?”

“Lea mimpi ngga sih, mas....” ucap perempuan itu yang kini melepaskan pelukannya dan menatap lelaki yang berdiri di hadapannya

Agil menggeleng. “Ngga, kamu ngga mimpi.”

Klea menunduk, ia menangis kembali.

“Dek.... Kenapa nangis terus, sih? Kamu ngga suka ya sama rumahnya? Terlalu biasa aja? Kecil, ya?” tanya Agil

Klea mendongak menatap Agil, lalu ia menggeleng. “Ngga, mas.... Sumpah, ini udah cukup.... Lea nangis, karena Lea seneng banget.... Lea ngga nyangka, Mas kasih Lea rumah lagi.... Mas sayang banget ya sama Lea? Mas selalu ngelakuin apapun buat bahagiain Lea....”

Agil terkekeh, tangannya beralih mengusap surai rambut perempuan yang kini masih saja menangis di hadapannya. “Kenapa nanya kayak gitu coba? Iya jelas Mas sayang lah sama kamu, dek.... Mas sayang banget sama kamu. Kalo Mas ngga sayang sama kamu, mungkin sekarang bukan kamu yang Mas pilih buat jadi teman hidup Mas.... Mas udah pernah bilang kan sama kamu dulu? Mas akan ngelakuin apa aja untuk bahagiain kamu. Mas ngelakuin sebisa Mas, semampu Mas, untuk bahagiain kamu Lea....” ucapnya sambil menatap lekat sang istri

Tangis Klea kembali pecah, ia kembali memeluk Agil dengan erat. “Mas.... Makasih.... Mas udah ngelakuin apapun buat Lea bahagia.... Andai Mas tau, apapun itu yang Mas lakuin ke Lea, sebesar dan sekecil apapun itu, Lea pasti bahagia Mas....” jeda Klea

Klea melepaskan pelukannya, lalu ia mengusap wajah Agil secara perlahan. “Kebahagiaan Lea itu cuma Mas.... Kalo Mas pergi dari hidup Lea, kebahagiaan Lea juga ikut pergi, Mas.... Maka dari itu, tolong jangan tinggalin Lea lagi, ya? Lea mohon.... Kalo emang Mas mau pergi lagi, ajak Lea Mas....”

“Kamu mau ikut Mas pergi?” tanya Agil

Klea mengangguk dengan cepat.

“Kemana pun Mas pergi, kamu mau ikut?” tanya Agil sekali lagi

Lagi-lagi Klea mengangguk dengan cepat. “Kemana pun, Mas.... Lea bakal ikut kemana pun Mas pergi....”

Agil menghela napasnya, lalu ia tersenyum dan mengecup dahi Klea cukup lama. “Mas ngga akan pergi ninggalin kamu lagi, Lea.... Mas akan terus di samping kamu sekarang....” ucapnya sambil menatap manik mata perempuan yang berada di hadapannya

“Janji?” ucap Klea menatap lekat lelaki yang sangat ia cintai ini

Agil tersenyum. “Mas janji, dek....”

Klea tersenyum sangat lega, ia kembali masuk ke dalam dekapan Agil. “Makasih, Mas.... Makasih untuk semuanya.... Lea bener-bener beruntung, punya teman hidup seperti Mas Agil....”

“PAPAH, MAMAH, AYO MASUK! INI NGGA MAU LIAT-LIAT ISI RUMAH BARU KITA APA? DI LUAR DINGIN TAU,” teriak Alea

“YA NGGA DINGIN, ALE. KAN PAPAH SAMA MAMAH PELUKAN TERUS DARITADI,” sarkas Adam dengan nada yang cukup keras

Agil dan Klea melepaskan pelukannya, mereka berdua terkekeh saat anak-anaknya di depan sana meneriaki mereka berdua.

“CEPETAN MASUK ATAU AKU KUNCIIN YA KALIAN BERDUA?! PACARAN MULU, HUH!!!!” teriak Alea

“Berisik banget ni anak satu,” ucap Adam kesal

Bugh! Alea memukul lengan Adam cukup keras sampai Adam meringis kesakitan. “PAPAH, ALE NAKAL NIH MUKUL AKU TERUS!” teriak Adam mengadu kepada Agil

Lagi-lagi Agil dan Klea terkekeh sambil menggeleng-gelengkan kepalanya melihat kedua anaknya yang di depan sana bertengkar.

“Udah yuk dek masuk, itu anak-anak kalo ngga ada yang pisahin ya ngga bakal berhenti,” ucap Agil menatap Klea

Klea terkekeh. “Ya begitulah anak-anak kamu. Ya bayangin aja aku selama ini ngurus tuh anak berdua apa ngga pusing ribut mulu tiap hari.”

“Anak Lea, anak Mas, anak kita. Sekarang kamu tenang aja, kamu ngga akan pusing lagi. Kan udah ada Mas, dek....” ucap Agil yang setelahnya kembali mengecup dahi Klea

Terdengar suara lonceng di pintu sana yang menandakan bahwa ada seseorang yang masuk ke dalam Cafe ini. Leon menoleh, ternyata itu bukan Klea.

Sedari tadi, hatinya sangat berdebar. Entah apa yang akan ia lakukan nanti disaat Klea sudah berada di hadapannya. Rasanya Leon ingin meneteskan air matanya saat ini.

Kring! Leon langsung menoleh dengan cepat saat suara lonceng berbunyi kembali. Mata ia menangkap manik mata perempuan yang sedari tadi ia tunggui. Ia melihat kini wanita itu sudah duduk di hadapannya. Yang Leon lakukan sekarang adalah ia masih saja tak berhenti menatap perempuan itu, menatap perempuan yang sebentar lagi akan resmi berpisah dengan dirinya.

“Langsung aja, kamu bawa suratnya kan? Aku ngga bisa lama-lama.”

Leon mengerjapkan matanya, ia menunduk lalu kembali menatap Klea. “Kamu ke sini sama siapa?”

Klea terdiam sejenak. “Sama Mas Agil,” ucapnya menatap Leon

Leon hanya mengangguk kecil, tetapi jauh di dalam lubuk hatinya ia merasakan sesak yang amat sesak. Lalu tak lama dari itu, Leon langsung mengeluarkan sebuah map kecil dan memberikan map tersebut ke Klea.

Klea menghela napasnya, lalu tangannya beralih membuka map tersebut. Surat Perceraian pihak pertama Leonadio Aksara kepada pihak kedua Akleea Ayu Adine, tulisan tersebut yang Klea lihat di kertas itu.

“Kamu belum tanda tangan?” tanya Klea tanpa menatap Leon

Leon menunduk. “Belum.”

Klea kembali menghela napasnya, lalu ia mengambil pulpen yang sudah Leon siapkan dan langsung ingin menandatangani surat itu. Tetapi baru saja ingin menandatangani surat tersebut, Leon memanggilnya.

“Kenapa?” tanya Klea sambil menatap Leon

Leon menghela napasnya, “Aku mau bicara dulu sama kamu.”

Klea menatap Leon cukup lama, lalu ia meletakkan kembali pulpen tersebut di meja.

“I just want to say— I'm sorry to you....” ucap Leon menatap Klea yang hanya terdiam menatapnya

Leon menghela napas sesaknya. “I know, apa yang aku lakuin ke kamu bener-bener salah. Disaat hati kamu mulai membaik karena kejadian dulu, dengan bodohnya aku nyakitin hati kamu lagi sekarang. But I don't know too, disaat kamu sama aku hati kamu udah membaik apa belum. Tapi emang kayaknya sama aja, hati kamu sepenuhnya belum membaik disaat sama aku. Aku emang jahat banget, Klea. Berkali-kali aku nyakitin hati kamu. I’m so sorry....”

Klea meneteskan air matanya.

“Ya sekarang aku seneng banget, aku bisa ngeliat kamu bahagia lagi sama orang yang kamu cintai. Kamu keliatan beda sama aku dulu, dan sama Agil sekarang. Aku seneng Klea, aku seneng liatnya,” jeda Leon

Leon menarik kertas yang terletak di meja, lalu ia mengambil pulpen. Ia menatap cukup lama kertas yang berada di genggamannya, apakah ini memang sudah akhir dari semuanya? Dengan rasa yang sangat ragu, secara perlahan Leon menandatangani surat tersebut. Leon meneteskan air matanya, tetapi dengan cepat ia langsung menghapusnya.

“Aku udah tanda tangan, sekarang giliran kamu,” ucap Leon sambil memberikan kertas tersebut ke Klea

Klea menghapus juga air matanya, lalu ia menatap tanda tangan Leon yang di sana terlihat sangat jelas. Kini, matanya langsung beralih ke sebuah tempat kosong yang berada di samping tanda tangan Leon. Sebuah tempat kosong yang di bawahnya tertera nama dirinya, Akleea Ayu Adine. Klea menatap Leon sejenak, lalu ia melihat Leon mengangguk menandakan bahwa ia harus menandatangani surat tersebut.

Leon menahan tangisnya mati-matian disaat Klea sudah berhasil menandatangani surat tersebut dengan cepat. Ia hanya tersenyum pahit saat Klea menatapnya sekarang.

“Udah,” ucap Klea

Leon menunjukkan senyum paksanya, ia sedikit memajukkan tubuhnya dan menatap Klea dengan lekat.

“Makasih udah tanda tanganin suratnya, hari ini aku langsung kirim ke pengadilan. Kita.... resmi cerai, Klea.... Sekarang kamu udah bebas ngelakuin apa aja, sesuka hati kamu. Aku udah ngga bisa ngelarang kamu ini itu, karena sekarang aku udah bukan suami kamu lagi.”

Klea menunduk.

“Klea,” panggil Leon

Klea mendongak menatap Leon yang kini menatapnya sangat lekat.

“Aku mohon sama kamu untuk bahagia terus, ya? Sekarang udah ada Agil, aku yakin Agil pasti akan selalu bahagiain kamu. Dia ngga akan biarin orang yang dia sayang menderita, dia bakal ngelakuin cara apapun buat ngebahagiain orang yang dia sayang. Sekali lagi aku mohon kamu bahagia terus, ya? Dan aku minta maaf atas kesalahan yang aku buat selama ini. Maafin aku.... Maafin aku yang ngga bisa ngebahagiain kamu....”

Di sisi lain, Agil termenung di dalam mobil menatap jalanan kota London yang pada kali ini turun salju kembali. Agil termenung, mengingat setiap kalimat yang diucapkan Leon beberapa hari yang lalu saat mereka bertemu secara tidak sengaja.

Flashback on.

Dua pria yang sedang duduk di kursi Cafe sambil terdiam kini saling menatap satu sama lain.

“Lo pikir Klea bahagia hidup sama gue selama ini? Lo pasti mikir gitu kan makanya lo ngga mau ngaku kalo lo itu Agil,” ucap Leon yang setelahnya langsung menyeruput kopinya kembali

Agil terdiam.

“Pikiran lo salah besar, gil. Klea ngga pernah bahagia hidup sama gue, Klea terpaksa ngejalanin semua ini. Hatinya, masih sepenuhnya buat lo. Gue seneng ternyata lo masih hidup. Gue ngelepas Klea sekarang, bukan berarti gue udah ngga cinta sama dia. Gue ngelepas dia, karena bahagianya dia bukan di gue, tapi di lo. Emang berat buat ngelepas orang yang gue sayang. Gue bahagia hidup sama Klea, tapi rasanya gue akan lebih jauh bahagia ketika gue liat dia bahagia sama orang yang dicintainya. Iya, orang itu lo, gil. Sampai kapanpun, lo akan tetep jadi pemeran utamanya di hati Klea.”

Flashback off.

Agil meneteskan air matanya. Apakah memang benar selepas dirinya pergi meninggalkan Klea, perempuan yang dicintainya itu benar-benar tidak hidup bahagia?

Agil menghapus air matanya dengan cepat saat ada yang mengetuk kaca jendela mobilnya. Ternyata itu kedua anaknya, Adam dan Ale.

“Baru sampe?” tanya Agil yang kini sudah ke luar dari dalam mobil

“Papah mau ajak kita berdua jalan-jalan lagi, ya? Asikkkk, kita jalan-jalan lagi....” ucap Alea girang

Agil dan Adam hanya menatap satu sama lain. Alea tidak tahu bahwa pada kali ini Agil akan mempertemukan dirinya dengan Leon untuk terakhir kalinya.

“Btw mamah mana? Kok ngga ada?” tanya Alea menatap Agil

Alea mengernyit saat Agil menatap lurus ke arah depan sana. Ternyata, di depan sana ada Klea dan orang yang sangat ia benci keluar dari sebuah Cafe.

Leon menghentikan langkahnya, saat manik matanya bertemu dengan manik mata Alea.

“Mas Agil yang nyuruh Adam sama Ale ke sini,” ucap Klea menatap Leon

“Emangnya Ale mau ketemu sama aku?”

Klea menunduk, lalu ia kembali menatap Leon. “Ayo, katanya kamu mau ketemu Ale kan?”

Leon terdiam sejenak, lalu ia mengikuti Klea yang melangkahkan kakinya.

“Ini maksudnya apa? Ngapain ada dia di sini?” tanya Alea menatap Agil, Klea, dan Adam secara bergantian

Agil menatap Alea yang terlihat sangat marah, lalu secara perlahan Agil memegang pundak sang anak. “Papah Leon mau ketemu sama kamu, untuk terakhir kalinya....”

Alea terkekeh. “Terakhir kalinya? Emangnya mau kemana? Mau pergi yang jauh? Ale ngga peduli.”

Leon tersenyum getir, lalu ia sedikit mendekat ke arah Alea. Tetapi dengan cepat, Alea langsung bersembunyi di belakang tubuh Agil.

“Jangan deket-deket sama saya,” ucap Alea yang di sana meneteskan air matanya

Leon menunduk, ia berusaha agar tidak meneteskan air matanya.

“Ale, papah Leon mau ngomong sama kamu, sayang....” ucap Klea

“Ale ngga mau, mah. Sampai kapanpun Ale ngga mau ngomong sama dia lagi, bahkan Ale ngga mau ketemu sama dia lagi,” ucap Alea sambil meremas erat coat milik Agil

“Papah, Ale mau pulang....” ucap Alea kepada Agil

Leon menghela napas beratnya, Lau ia beralih menatap Adam yang kini berada di hadapannya.

“Adam.... Semoga kelak jadi orang yang sukses, ya? Banggain papah kamu sama mamah kamu. Kamu juga harus inget kata kata papah, kalo capek istirahat, jangan dipaksa. Kamu hebat, dam. Papah bangga sama kamu yang udah berusaha sejauh ini,” ucap Leon sambil memegang lengan Adam

“Ale....” panggil Leon

“Ale papah minta maaf ya sama kamu? Maafin papah yang udah kasar sama kamu waktu itu. Ale juga ngga kalah hebat dari Mas Adam. Ale tuh tipikal yang mau sesuatu, harus Ale dapetin. Itu bagus Ale, tapi kamu juga harus inget ya kata-kata papah? Jangan berlebihan.... Sesuatu yang berlebihan itu ngga baik. Papah juga minta maaf sama kamu, papah udah rusakin tongkat baseball kesukaan kamu yang waktu itu papah beliin. Papah minta maaf, jadinya kamu ngga bisa pukul orang jahat deh pake tongkat itu,” ucap Leon diakhiri kekehan getir

“Papah Agil Ale mau pulang....” ucap Alea menangis memohon kepada Agil

Agil membalikkan tubuhnya, menatap putrinya yang menangis. “Kamu ngga mau ngomong apa-apa ke papah Leon?”

“Aku ngga mau, aku mau pulang....”

Leon mengangguk dengan cepat, lalu ia menoleh ke arah Klea yang berada di sampingnya. “Pulang, Ale minta pulang.”

Klea mengusap wajahnya, mengapa rasanya kali ini sangat sesak sekali?

“Pulang gil, gue gapapa....” ucap Leon menatap Agil sambil tersenyum

Agil menunduk, lalu ia menatap Klea. “Kamu sama Adam aja, biar aku yang sama Ale.”

Klea mengangguk.

Leon melihat Agil, Alea, Klea, dan Adam masing-masing langsung memasuki mobilnya. Lalu tak lama, ia melihat Adam yang keluar dari mobilnya dan kini menghampirinya.

“Kenapa?” tanya Leon menatap Adam yang kini menatapnya juga

Leon merasakan tangannya diraih oleh Adam, dan ia juga merasakan bahwa Adam mengecup punggung tangannya secara perlahan. Lalu, kini manik matanya saling beradu.

“Adam tau papah udah berusaha. Adam minta, papah juga jangan lupa untuk bahagia, ya? Adam pamit, Assalamualaikum.”

Leon sudah tak kuasa menahan tangisnya saat ia melihat dua mobil yang sudah pergi meninggalkan dirinya sendirian di sini. Leon melangkahkan kakinya menuju sebuah gang kecil di sana. Leon menangis, menangis sejadi-jadinya. Ia menjatuhkan tubuhnya lalu menyandarkan dirinya ke sebuah dinding yang dilapisi oleh salju. Leon menangis, mengeluarkan segala rasa sesak yang ia tahan sedari tadi. Ia memukul-mukuli dadanya dengan kencang, ia benar-benar menangis tiada henti.

“LEON!” teriak seseorang

Leon mendongak, menatap Felix yang kini berada di hadapannya.

“Gue ngelepas Klea sama anak-anak, lix....”

Felix meremas erat rambutnya, ia benar-benar tidak paham dengan Leon saat ini.

“Ya lo kenapa sih, anjing. Kan gue bilang jangan ngelakuin hal yang kayak gini, bangsat!”

“Terus gue harus ngelakuin cara apa kalo ujung-ujungnya juga Klea bakal ninggalin gue, lix....”

“Lo buat Klea benci sama lo, bahkan Ale juga benci sama lo. Gue tau lo nampar Ale ngga sengaja, Leon.... Lo mabok waktu itu. Dan juga kenapa lo segala ngerencanain dan pura-pura bilang ke Klea kalo lo selingkuh bahkan lo hamilin Sherin? Itu ngga bener, anjing. Itu namanya lo nyakitin diri lo sendiri.”

Leon terkekeh pahit. “Gue pantes dapetin ini semua, lix. Sakit gue ngga seberapa sama sakit yang Klea rasain dulu.”

everything that happened so far

Sedari tadi Klea tak melepaskan sama sekali genggaman tangan Agil. Ia benar-benar masih tak menyangka, bahwa pria yang kini duduk di sampingnya adalah Agil. Dipandang lekuk wajah yang sangat indah, wajah yang sangat persis dengan seseorang yang sangat Klea rindui selama ini. Klea meneteskan air matanya, kali ini ia tidak bermimpi, kan?

Agil menoleh, menatap perempuan yang setia melihatnya sedari tadi. Agil mengeratkan genggamannya, ia mendekatkan tangan Klea ke bibirnya dan mengecupnya secara perlahan.

“Mas Agil.... Mas beneran masih hidup?” tanya Klea dengan mata yang berkaca-kaca

Agil terdiam, ia memilih untuk menghapus air mata perempuan yang sangat ia cintai ini.

Di depan sana, Agil dan Klea melihat Adam dan Alea yang kini menghampirinya.

“Duduk aja....” ucap Agil sambil memperhatikan anak-anaknya yang terdiam di sana

Agil menoleh ke arah Klea, lalu ia melepaskan genggamannya secara perlahan. “Sebentar ya, dek.... Mas mau ke Ale dulu....” ucap Agil dengan nada yang sangat lembut

Klea mengangguk.

Alea melihat Agil yang kini menghampirinya. Alea merasakan bahwa Agil mengusap pipinya yang tadi ditampar oleh Leon. “Masih sakit, nak?”

Alea menatap Agil, lalu detik itu juga ia menangis dan langsung memeluk Agil. “Papah.... Sakit....”

Agil mendekap anak perempuannya dengan sangat erat. Jujur, hati Agil seperti tersayat-sayat ketika tadi ia melihat di depan matanya sendiri bahwa Leon menampar putrinya. Agil benar-benar tidak menyangka, mengapa Leon sekasar itu terhadap orang yang sangat ia sayangi?

“Papah maafin Ale.... Ini semua salah Ale.... Ale minta maaf, Ale yang udah buat semuanya kayak gini....” ucap Alea menangis tiada henti

Klea menangis di sana, dan dengan cepat Adam menghampirinya lalu menenangi sang ibu.

Agil melepaskan pelukannya, ia menatap anaknya dengan lekat. Alea, Manika Alea Adine, seorang perempuan cantik yang mirip persis dengan ibunya kini sudah tumbuh dengan baik. Dan di sana, Manggala Adam Lakeswara, anak lelakinya pun juga sudah tumbuh dengan baik selama ini. Agil benar-benar tidak menyangka bahwa Klea membesarkan anak-anaknya sendirian sampai sebesar ini. Terkadang, Agil merasa sangat bersalah.

Agil menghela napasnya, “Udah gapapa, gausah minta maaf....”

“Papah maafin Ale? Segampang ini? Ale yang udah buat mamah menderita selama ini, Ale bener-bener nyesel minta mamah nikah sama papah Leon....”

Agil tersenyum tipis, ia mengusap kepala Alea secara perlahan. “Kamu anak papah, anak kandung papah. Sebesar apapun kesalahan kamu, papah akan maafin kamu. Asal, kamu juga harus belajar dari kesalahan.”

Alea mengangguk, “Ale ngga akan ngulangin hal yang bodoh lagi, pah.... Ale juga ngga akan egois lagi....”

Agil tersenyum, lalu ia kembali mendekap anak perempuannya itu.

“Ale ngga nyangka, kalo ternyata papah masih hidup....” ucap Ale disela-sela dekapannya

Alea melepaskan pelukannya, lalu ia menatap Agil. “Papah ngga mau cerita? Kenapa semua ini bisa terjadi?” ucapnya dengan mata yang berkaca-kaca

Agil menghela napasnya, lalu ia membenarkan posisi duduknya. Ia menatap Alea, Adam, dan Klea secara bergantian. Lalu, ia memberanikan diri untuk menceritakan semuanya pada kali ini.

“Sebelumnya papah minta maaf, terutama sama kamu, dek....” ucap Agil menatap Klea yang tak berhenti meneteskan air matanya di depan sana

Agil menunduk. “Papah malsuin kematian. Dan ya.... Malam itu, papah ngga terbang ke Malaysia, karena tiba-tiba aja penyakit papah kambuh. Papah selama ini berjuang, buat sembuhin penyakit papah. Papah ngelakuin ini semua, karena....” jedanya cukup lama

Agil menghela napas beratnya, manik matanya dengan manik mata Klea bertemu. “Karena papah gagal jadi suami yang baik untuk mamah kalian.”

Klea menangis, ia menggeleng-gelengkan kepalanya. Lalu, ia beralih untuk berlutut di hadapan Agil. “Mas ngga gagal, mas.... Mas ngelakuin ini semua karena mas kecewa kan sama Lea? Mas ninggalin Lea karena mas kecewa sama ucapan Lea waktu itu.... Lea minta maaf mas, Lea minta maaf....”

Agil meneteskan air matanya, ia menarik tubuh Klea agar tidak berlutut dihadapannya lagi.

“Lea minta maaf, mas....” ucap Klea sambil memegang kedua lengan Agil

Klea beralih menatap kedua anaknya. “Adam, Ale, kalian salahin mamah aja, ya? Ini semua salah mamah. Mamah yang udah ngecewain papah kalian, mamah yang udah buat kalian ngga bisa ngerasain rasa kasih sayang papah Agil dulu. Ini semua salah mamah, salah mamah yang ngecewain papah kalian sampai papah kalian pergi. Papah kalian ini ngga mau jujur, alasan sebenernya papah kalian pergi juga karena papah kalian kecewa sama mamah, dan papah kalian ngga mau ngomong itu pasti karena takut kalo kalian berdua benci sama mamah. Sekarang, gapapa kalo kalian mau benci sama mamah, karena ini emang semuanya salah mamah....”

Adam menunduk sambil meneteskan air matanya di sana, sedangkan Alea pun juga tak berhenti menangis.

Klea menggoyang-goyangkan tubuh Agil. “Mas.... iya, kan? Mas pergi dan ngelakuin ini semua karena mas kecewa sama Lea? Mas bilang ke anak-anak biar anak-anak benci sama Lea.... Bilang mas, bilang....” ucapnya sambil menangis kencang

Agil membawa Klea ke dekapannya dengan cepat, ia memeluknya dengan sangat erat. “Ini bukan salah kamu, dek.... Maafin mas, ini semua salah mas....”

“Ini bukan salah Mas Agil.... Ini semua salah Lea....”

Agil dan Klea melepaskan pelukannya saat Alea menghampiri mereka berdua.

“Ale sebenernya masih bingung banget dengan apa yang terjadi selama ini, kayak.... semuanya ngga masuk akal. Tapi.... yang sekarang berdiri di hadapan Ale ini papah kandung Ale? Papah Agil?” tanya Alea menatap Agil

Agil tersenyum getir, lalu ia mengangguk. “Iya. Ini papah kandung Ale, papah kandung Mas Adam. Ini papah Agil.... Papah masih hidup dan sekarang papah bersama kalian....”

Alea kembali meneteskan air matanya, lalu dengan cepat ia kembali memeluk Agil. “Ale masih ngga percaya, pah.... Ale masih ngga percaya kalo papah masih hidup....”

Agil memeluk dengan erat putrinya. “Maafin papah, papah seharusnya ngga ngelakuin ini semua....”

Adam menghampiri Agil, Klea, dan Alea. Lalu, ia menatap ibu dan adiknya secara bergantian. “Adam minta maaf, Adam selama ini udah tau kalo papah masih hidup....”

Klea menutup mulutnya tak percaya, lalu ia menatap Agil yang menatapnya juga dengan tatapan sendu.

“Adam tau papah masih hidup waktu kita udah pindah ke negara ini. Adam beberapa kali ngeliat papah di sekitar London, bahkan juga papah sering ke Oxford waktu itu. Iya, sebenernya papah udah pantau kita dari dulu. Sampai akhirnya, waktu itu papah tiba-tiba datengin Adam, dan waktu itu papah ceritain semuanya ke Adam. Papah ngelakuin ini semua, karena emang papah bener-bener udah ngerasa gagal jadi suami untuk mamah. Papah ngerasa, kalo mamah waktu itu selalu menderita karena papah. Papah udah ngga punya keberanian, papah gatau mau gimana lagi, papah udah ngerasa putus asa dan nyerah karena mamah ucapin kata-kata itu. Dan sampai akhirnya, papah bener-bener mutusin untuk malsuin kematian. Dengan cara itu, papah berpikir kalo mamah akan hidup bahagia setelah papah pergi,” jeda Adam

Klea sudah tak bisa menahan semua ini, lalu ia kembali mendekap Agil.

“Bertahun-tahun papah ngejalaninnya berat banget, sampai akhirnya papah udah ngga kuat lagi dengan semua ini. Papah ngerasa jahat sama mamah, dan papah mutusin untuk kembali dan ngejelasin semuanya ke mamah. Tapi.... Ternyata waktu itu mamah menikah sama papah Leon....”

“Ya Allah, mas.... Lea bener-bener minta maaf....” ucap Klea menangis sekencang-kencangnya di dalam pelukan Agil

“Papah udah.... Papah udah nyerah waktu itu, papah udah ngga punya keberanian lagi buat kembali ke mamah. Akhirnya papah mutusin pergi dari Indonesia, papah ngerasa udah ngga ada gunanya lagi tinggal di Indonesia. Papah pindah ke Inggris, dan milih menetap di Inggris, sendirian. Entah ada pikiran apa waktu itu, papah mutusin buat akhirin hidupnya karena ngerasa udah ngga ada gunanya lagi. Sampai akhirnya, papah ditolongin sama Grandma Elina. Mah.... Om Dierrel itu emang bener-bener ada. Dia cucu Grandma Elina yang menghilang beberapa tahun yang lalu. Cucunya memang model. Dan grandma itu liat papah Agil bener-bener mirip sama cucunya. Papah waktu itu ngejelasin semuanya kenapa papah mau akhiri hidupnya, dan ternyata Grandma Elina minta papah buat hidup bareng sama dia. Grandma Elina minta papah untuk hidup sebagai Dierrel kamaiel, cucunya dulu. Grandma mau papah hidup sebagai orang yang baru. Awalnya papah nolak, tapi akhirnya papah nerima. Dan ya, Grandma Elina kabarin ke publik kalo cucunya masih hidup dengan wujud papah. Publik langsung percaya karena wajah papah itu emang mirip sama om Dierrel. Dan setelah beberapa lama, papah kembali hidup lagi dengan nama dan identitas yang berbeda. Yaitu, Dierrel Kamaiel. Singkat ceritanya gitu, sampai akhirnya papah tau kalo kita ternyata pindah ke Oxford. Papah bener-bener kaget, dan setelah beberapa lama kita tinggal di negara ini, akhirnya papah mutusin buat selalu mantau kita. Papah bener-bener ngga punya keberanian mah, buat muncul lagi di hidup mamah....”

Klea melepaskan pelukannya, ia menatap Agil. “Jadi selama ini, mas udah pantau Lea sama anak-anak?”

Dengan berat hati, Agil mengangguk.

“Kenapa mas ngga langsung samperin Lea sama anak-anak, mas? Kenapa?!” ucap Klea yang menangis kencang

Agil terdiam.

“Lea bener-bener ngga paham, mas.... Berarti selama ini juga bang Sam, kak Cantika, Kenny, Abi, sama Deon udah tau kalo mas itu bukan Dierrel?” tanya Klea

“Mereka cuma tau kalo mas ini Dierrel, dek.... Mereka ngga tau sama sekali identitas asli mas.... Kalo Abi sama Deon juga baru mas kasih tau waktu itu yang mereka ke apart mas....” ucap Agil menatap Klea yang masih saja menangis

“Terus sekarang gimana, mas.... Lea ngga mau mas pergi lagi ninggalin Lea sama anak-anak....”

Agil menghela napasnya, lalu ia menyuruh Adam dan Alea mendekat ke arahnya.

Agil menatap Klea, Adam, dan Alea secara bergantian. “Papah tau, yang papah lakuin ini salah. Papah jahat sama kalian bertiga, papah minta maaf.... Sekali lagi papah bener-bener minta maaf.... Sekarang, papah ngga mau ngeliat orang yang papah sayang disakitin sama orang lain. Papah.... Papah ngga akan pergi ninggalin kalian lagi.... Tapi papah mohon, tolong maafin kesalahan papah, ya?”

Alea kembali menangis, dan langsung memeluk Agil. Lalu, detik itu juga Klea dan Adam pun juga berhambur ke pelukan Agil.

“Papah sayang kalian, papah minta maaf....”

“Ale udah ngga peduli lagi apa yang udah terjadi. Ale juga minta maaf karena ini awalnya juga kesalahan Ale.... Ale yang paksa mamah menikah sama papah Leon, sampai akhirnya papah Agil ngga mau kembali lagi.... Ini semua salah Ale, Ale minta maaf....” ucap Alea sambil menangis

“Udah gapapa. Sekarang yang terpenting papah udah di sini, papah ngga akan pergi lagi ninggalin kalian....” ucap Agil sambil meneteskan air matanya

Adam dan Alea melepaskan pelukannya, sedangkan Klea masih setia memeluk Agil.

“Mamah kalian ngga mau ngelepas pelukan papah nih....” ucap Agil menatap kedua anaknya

Adam dan Alea terkekeh. “Makasih ya pah? Papah udah mau kembali lagi....” ucap Adam menatap Agil

Agil tersenyum.

“Pah.... Apapun kesalahan yang papah buat, kita bertiga pasti bakal maafin papah. Sekarang Ale minta, papah janji ya sama kita bertiga untuk ngga ninggalin kita bertiga lagi....” ucap Alea menatap Agil yang masih memeluk Klea

“Papah janji. Papah ngga akan ninggalin Mamah, Mas Adam, dan Ale lagi.”

take you to london

Klea meletakan handphonenya dengan sembarang di Sofa ruang tengahnya. Kini, ia duduk termenung sambil menatap keadaan luar rumahnya melalui jendela, jalanan di sana sangat gelap dan tak ada satu orang pun yang berjalan di sana.

Klea menoleh saat ada seseorang yang menghampirinya, ternyata itu Alea yang membawa sebuah piring berisi cookies dan segelas susu coklat hangat.

Klea tersenyum tipis melihat anak perempuannya yang kini duduk di hadapannya, lalu ia mengulurkan tangannya secara perlahan untuk mengelus surai rambut Alea.

“Kenapa makanannya ngga di makan, mah?” tanya Alea sambil menatap ke arah meja yang di sana masih terdapat sebuah nasi yang masih utuh dengan lauknya

Klea menghela napasnya, lalu ia kembali menatap keadaan luar melalui jendela rumahnya. “Mamah ngga laper....”

Alea terdiam sejenak, ia menghela napasnya juga. “Coba mamah liat badan mamah, mamah kurus banget sekarang.... Mamah makan, ya? Mamah akhir-akhir ini jarang banget makan, nanti mamah sakit lagi....” ucap Alea yang menahan tangisnya mati-matian

Klea meneteskan air matanya, dan Alea pun juga melakukan hal yang sama.

Alea menghapus air matanya secara cepat, lalu ia mengambil piring yang berisi nasi di sana dan langsung ingin menyuapi Klea saat itu juga.

“Ayo, mamah harus makan,” paksa Alea sambil menyuapi Klea

Klea menjauhkan wajahnya, ia menolak suapan dari anaknya. “Mamah ngga laper, Ale....”

“Mamah harus makan, mah. Nanti mamah sakit....”

Klea terdiam.

Alea benar-benar sudah tidak tahan. Prak! Ia menaruh piring tersebut di meja dengan kasar, hal itu membuat Klea langsung menoleh. Kini Alea menangis, dan berlutut di bawah sana.

“Mamah maafin Ale.... Ini semua salah Ale, Ale yang udah bikin mamah kayak gini selama ini.... Ale yang siksa mamah, Ale yang hilangin kebahagiaan mamah.... Ale durhaka banget sama mamah.... Ale sadar mah kalo selama ini Ale egois, Ale cuma mentingin kebahagiaan Ale aja, Ale ngga mentingin kebahagiaan mamah, Ale minta maaf, mah.... Ale salah....” ucap Alea yang menangis sejadi-jadinya di bawah sana

Klea pun sama halnya dengan Alea, ia juga menangis sejadi-jadinya saat Alea melakukan hal itu kepadanya.

Alea meraih tangan Klea, ia genggamnya secara perlahan. “Ale minta maaf, mah.... Ale minta maaf.... Ale nyesel ngelakuin ini semua ke mamah....” ucapnya menatap Klea dengan air mata yang bergelinang di pipinya

Saat itu juga, Klea langsung membawa anaknya ke dalam dekapannya. Klea menangis, ia tidak pernah menyangka bahwa akhirnya Alea akan seperti ini. Klea mengusap rambut anaknya secara perlahan, lalu Klea pun juga mengecup dahi anak perempuannya itu.

“Marahin Ale, mah.... Ale bener-bener jahat banget sama mamah....” ucap Alea menatap Klea

Klea menggeleng lemah, “Ale jangan nangis, sayang.... Ale jangan nangis kayak gini.... Mamah ngga mau marahin Ale, Ale juga ngelakuin ini semua karena Ale mau tau rasa kasih sayang seorang papah, kan? Mamah paham, Ale....”

Alea menunduk, meremas erat kedua tangan ibunya. “T-tapi cara A-le salah, mah....” ucap Alea sesegukan

Klea menggigit bibir bawahnya, ia menahan rasa sesak di dadanya. Lalu, ia menangkup wajah Alea secara perlahan. “Udah, gapapa. Mamah udah maafin kamu, sayang.... Mamah bakal ngelakuin apapun yang buat anak-anak mamah seneng.... Sekarang, mamah cuma mau bilang sama kamu Ale....” jeda Klea cukup lama

“Papah kamu, papah Agil masih hidup....” lanjut Klea yang setelah itu langsung menangis kembali dan Alea pun langsung memeluk Klea saat itu juga


“Mas Adam kenapa belum pulang, mah?” tanya Alea

“Mamah ngga tau, apa mas kamu sama Alex?” tanya Klea

Alea menggeleng. “Kak Alex bilang dia daritadi ngga sama Mas Adam....”

Klea terdiam sambil menatap langit-langit kamar Alea. Iya, setelah tadi menangis bersama di ruang tengah, Alea mengajak Klea untuk tidur bersamanya. Dan sekarang, mereka berdua sangat khawatir mengapa Adam sedari tadi belum pulang juga.

Bruk! Klea dan Alea dikagetkan dengan sebuah suara di luar sana. Seperti.... suara dobrakan pintu?

“Mamah, itu suara apa?” tanya Alea ketakutan dan kini ia mendekat ke arah Klea yang terbaring di samping tubuhnya

Klea terdiam, jantungnya sangat berdebar. Apakah itu Adam? Leon? Atau.... maling?

“Mamah.... suara apa tadiiiii? Ale takut, mah.... ini udah malem....”

Klea bangkit dari posisinya, Alea pun juga. “Kamu tunggu di sini, ya? Mamah cek dulu.”

Alea menggeleng. “No. Aku ikut.”

Klea mengangguk. Lalu, mereka berdua langsung melangkahkan kakinya secara perlahan untuk keluar dari kamar. Saat ingin meraih knop pintu kamar Alea, Klea dan Alea dikejutkan dengan suara panggilan yang cukup keras.

“ALE! DI MANA KAMU!”

Jantung Klea berdegup sangat kencang, ia menoleh menatap Alea yang terdiam dengan keringat yang mengucur di wajahnya.

“Ale....” panggil Klea

Alea menatap Klea. “Mah, Ale takut....”

“ALE DI MANA KAMU! PAPAH MAU NGOMONG!” teriak Leon di luar sana

Klea mengambil handphonenya dengan cepat yang berada di meja belajar Alea, ia langsung menelepon Adam saat itu juga.

“ALE!”

keadaan menjadi sangat tegang, Klea dan Alea pun benar-benar sangat panik.

“Adam angkat, Adam....” gumam Klea

“Halo, mah. Kenapa?”

“Mas kamu di mana? Mas, tolong pulang sekarang....”

“ALEA!!!”

“Mah? Itu suara siapa?”

“Papah Leon, Mas.... Dia kayaknya mabuk.... Mamah mohon sekarang kamu pulang....”

“Adam pulang sekarang.”

Klea mematikan handphonenya, lalu ia meraih tangan Alea dengan cepat. “Ale tunggu di sini, ya? Mamah yang ke luar, mamah temuin papah kamu....”

Alea menggeleng dengan cepat. “Ngga, Ale ikut. Ale takut mamah dipukulin lagi.... kayak dulu....”

Deg! Klea terdiam sambil menatap Alea, apakah Alea tahu bahwa dulu Klea pernah diperlakukan secara kasar oleh Leon?

“Ale mamah mohon, biarin mamah aja ya yang nemuin papah Leon....” mohon Klea menatap sang anak

Alea menggeleng sambil menangis. “Ale ngga mau.... Ale takut nanti mamah di apa-apain sama orang itu....”

“Ngga, sayang. Kamu tenang aja. Sekarang Ale tunggu di kamar dulu, ya? Jangan ke mana-mana.”

Kini, Klea melangkahkan kakinya secara perlahan menuju ruang tengah. Ia melihat ke arah sekeliling ruangan, ia tak melihat ada benda-benda berantakan di sana. Klea bingung, sebenarnya Leon mabuk atau tidak? Tetapi mengapa tadi Leon memanggil Alea dengan nada yang terdengar cukup menyeramkan?

Klea menghentikan langkahnya saat ia melihat Leon terduduk di sofa sana. Ia mengerjapkan matanya berulangkali, jantungnya pun sedari tadi masih berdegup dengan kencang. Klea takut, sangat takut sekarang melihat Leon yang menatapnya.

Leon bangkit dari duduknya. “Mana Ale?” tanya Leon dengan nada yang sangat dingin

Klea terdiam sejenak. “K-kamu, pulang....?” tanya Klea terbata-bata

“Aku nanya, Ale mana?”

Klea menunduk. “Ale, Ale nginep di rumah temennya.”

“Kamu pikir aku percaya?” tanya Leon yang kini menghampiri Klea secara perlahan

“Ale mana, Klea?”

Klea menutup hidungnya saat Leon sekarang sudah berada di hadapannya. “Leon, kamu mabuk lagi?”

“Kalo iya emang kenapa?”

Klea mendorong tubuh Leon, ia benar-benar tidak kuat mencium aroma alkohol yang keluar dari mulut Leon.

“Ale di kamar, kan?”

“Ngga, kan aku bilang Ale nginep.”

“Minggir,” ucap Leon

Klea menghalangi Leon yang ingin beranjak ke kamar Alea.

“MINGGIR!”

“NGGA!” ucap Klea sambil mendorong tubuh Leon

“Minggir, ngga,” ucap Leon yang kini sambil dorong-dorongan bersama Klea

Klea menahan tubuh Leon dengan kuat agar Leon tidak pergi ke kamar Alea.

“AKU BILANG MINGGIR, KLEA! ATAU AKU DORONG KAMU!” bentak Leon

Klea masih saja terus menghalangi Leon, sampai akhirnya— Bruk! Klea tersungkur di bawah sana karena benar saja Leon mendorongnya cukup kencang.

“Ahh!” rintih Klea sambil memegang punggungnya

Leon mengacuhkan Klea yang merintih kesakitan di bawah sana, lalu ia langsung melangkahkan kakinya untuk menuju ke kamar Alea. Tapi baru saja melangkahkan kakinya satu langkah, Leon sudah di kejutkan dengan Alea yang kini menodongnya dengan tongkat baseball yang dulu Leon belikan untuknya.

“Mundur, atau aku pukul pake tongkat ini,” ucap Alea dengan suara yang gemetar

Leon meraih paksa tongkat tersebut dari tangan Alea, lalu ia melemparkannya ke sebuah lampu yang berada di samping sofa sampai lampu itu pecah.

Alea menelan ludahnya dengan susah payah, napasnya benar-benar sangat tidak teratur sedari tadi. Ia benar-benar sangat ketakutan. Tetapi, kali ini ia harus berani.

“Udah berani kamu sama saya, Ale?” tanya Leon

“Kenapa saya harus takut, sama orang seperti anda?”

Leon terkekeh, lalu ia bertepuk tangan gembira. “Wah, wah, wah.... Makin besar makin hebat ya ternyata?”

Alea terdiam.

Leon sedikit mendekat ke arah Alea. “Kenapa kamu bohongin papah? Kenapa kamu ngecewain papah?” tanya Leon menatap Alea

Alea mengerjapkan matanya, ia sangat tahu arah pembicaraan ini.

“Kenapa diem Ale? Kamu ngerasa ya kalo kamu udah hebat sampai sampai kamu bolos kuliah selama seminggu?”

Di bawah sana, Klea menutup mulutnya tak percaya.

“JAWAB PAPAH, ALE!” bentak Leon

“IYA TERUS KENAPA?! Apa masalahnya sama anda?” tanya Alea menatap Leon sambil meneteskan air matanya

“Kamu bilang apa masalahnya sama saya? Kamu udah saya biayain selama ini, saya banting tulang pagi siang malem cuma buat kuliahin kamu! Terus dengan gampangnya kamu bilang apa masalahnya sama saya? IYA, ALE?!” bentak Leon sekali lagi

Klea bangkit secara perlahan dari posisinya, lalu menarik lengan Leon agar menjauh dari Alea. “Leon, jangan pernah berani bentak anak aku,” ucap Klea sambil meneteskan air matanya

“Kamu diem aja, ngga usah ikut campur,” ucap Leon menatap Klea yang sedari tadi memegangi punggungnya secara terus menerus

Klea sudah benar-benar tidak kuat, punggungnya sangat sakit sekali. Ia kembali memutuskan untuk duduk di bawah sana. “Leon, aku mohon jangan marahin anak aku....”

Leon kembali menatap Alea yang terdiam di hadapannya. “Jawab saya, kenapa kamu ngelakuin ini?”

“Kalo saya jawab juga ngga penting kan buat anda?” ucap Alea yang memberanikan diri menatap Leon

“Maksud kamu?” tanya Leon

Alea meneteskan air matanya. “Orang yang paling aku percaya selama ini, ternyata ngekhianatin aku dan ngecewain aku. Papah selingkuh, kan? Papah ngehamilin perempuan lain? Aku denger, aku denger semua pembicaraan papah sama mamah waktu itu.”

Leon meneteskan air matanya, sedangkan Klea di bawah sana kembali menutup mulutnya tak percaya.

“Dan papah tau apa yang aku lakuin selama seminggu kemarin? Aku, selalu, ngikutin, ke manapun, papah pergi. Dan ya.... Papah selalu ke Apartment perempuan itu. Iya, kan?” ucap Alea menatap Leon sambil meneteskan air matanya

Leon terdiam.

Alea menghela napasnya secara perlahan, lalu ia menghapus air matanya juga secara perlahan. “Huh.... Percuma banget ngeluarin air mata buat orang yang ngga guna buat di tangisin.”

“Jaga mulut kamu, Ale,” ucap Leon

“Why? Bener, kan?” ucap Alea

Alea melangkahkan kakinya mendekat ke arah Leon. “Buat apa aku nangisin orang yang udah nyiksa mamah aku dulu? Yang udah kasar sama mamah aku dulu? Bahkan sampai sekarang pun papah juga masih suka kasarin mamah. Dan ternyata, emang bener papah yang ngehancurin rumah tangga mamah sama papah Agil dulu. Sekarang, dengan hebatnya papah ngehamilin perempuan lain? Wow....” ucap Alea sambil bertepuk tangan

Alea menatap Leon cukup lekat. “Hal terbesar yang sangat amat aku sesalin dalam hidup aku adalah minta mamah menikah sama orang brengsek kayak papah.”

Leon terkejut dengan ucapan Alea. “What? Say it again,” ucap Leon

“Aku nyesel, minta mamah nikah dan hidup sama orang brengsek kayak papah!” ucap Alea penuh penekanan

Leon terkekeh, ia benar-benar tak menyangka Alea mengucapkan kalimat itu kepadanya.

“I'm an asshole?” tanya Leon

“Ya, itu anda bilang sendiri,” ucap Alea diakhiri kekehan sinis

Leon kembali terkekeh, dan tak lama— Plak! Bruk! Leon menampar Alea cukup kencang sampai Alea terjatuh di bawah sana.

“ALE!” teriak Klea

“ALE!” teriak seseorang yang membuat Klea, Alea, dan Leon terkejut saat itu juga

Alea menangis sambil memegang pipinya, ia benar-benar tidak menyangka bahwa Leon akan menamparnya seperti ini. Alea melihat di arah pintu sana ada Adam dan.... seorang pria yang kini berdiri menatapnya.

“Papah Agil....” ucap Alea sambil menangis

Klea menoleh ke arah tatapan Alea, ia melihat di sana seorang pria yang sangat ingin ia temui berdiri menatap dirinya dan juga Alea. Klea tidak sadar, bahwa Adam kini sudah berada di samping Alea sambil memeluk sang adik.

“Mas Adam.... Sakit....” ucap Alea menangis sambil memegangi pipinya

Klea bangkit dari posisinya secara perlahan, ia menghampiri pria tersebut. Ia meraih lengan pria tersebut secara perlahan, “Mas.... Mas pulang?” tanya Klea

Pria tersebut meneteskan air matanya, ia mengusap perlahan wajah Klea. Lalu, matanya beralih menatap seorang pria yang berdiri terdiam di depan sana. Iya, yang dimaksud adalah Leon.

Pria tersebut menghampiri Leon, ia berdiri di hadapannya. “Gue kira lo ngga berani, ternyata lo sampe kelewat batas gini, ya.”

Leon terdiam, dan— Bugh!

“ANJING LO BAJINGAN!”

Bugh! Bugh! Bugh! Pria tersebut memukuli Leon secara habis-habisan.

Klea, Adam, dan Alea sangat terkejut.

“PAPAH, STOP!” ucap Adam sambil meleraikan perkelahian tersebut

“Stop! Adam mohon, stop....”

Pria tersebut bangkit setelah memukuli Leon. “Beresin semua pakaian, kita pindah ke London,” ucap pria tersebut menatap Adam

Setelah menyuruh Adam membereskan pakaian, pria tersebut kembali menatap Leon yang terkulai lemas di bawah sana.

“Bangun lo, Leon.”

Leon bangkit dari posisinya secara perlahan.

Pria tersebut menarik kerah Leon cukup kuat, ia menatap Leon dengan tatapan yang sangat marah. “Jangan pernah berani, sakitin istri dan anak-anak gue. Lo inget itu, anjing,” ucapnya setelah itu ia langsung mendorong tubuh Leon cukup kencang sampai Leon terjatuh kembali

“Mas Agil....” panggil Klea di belakang sana

Agil membalikkan tubuhnya secara perlahan, menatap sang istri yang sangat amat ia rindui. Lalu, ia menghampirinya.

Tangan Klea beralih mengusap wajah Agil, Klea kembali meneteskan air matanya. “Mas.... Mas Agil....”

Agil meraih tangan Klea, dan ia kecupnya secara perlahan. Lalu, Agil beralih menatap putrinya yang masih menangis di bawah sana sambil memegangi pipinya.

“Ale....” panggil Agil

“Papah....” ucap Alea menangis

“Sakit, nak....?” tanya Agil sambil memegang pipi Alea

Alea mengangguk lemah.

“Pah, udah aku rapihin semua,” ucap Adam yang kini sudah membawa beberapa koper berisi pakaian dirinya, Alea, dan Klea.

Agil kembali menatap Alea, “Ayo bangun....”

Alea bangun secara perlahan dari posisinya, dibantu oleh sang ayah.

“Kita mau ke mana, mas?” tanya Klea menatap Agil

Agil menghela napasnya, lalu ia meraih tangan Klea dan Alea. “Ayo kita pergi dari sini, kita ke London.”

Tw // Mentioning of kill & Fight.

Klea, Adam, dan Alea melangkahkan kakinya mengikuti staff pribadi yang katanya tadi diperintahkan oleh Dierrel untuk mengantarkannya ke ruangan vip di Restaurant ini. Interior Restaurant yang terletak di London ini cukup mewah dan elegan, hal itu membuat Klea dan anak-anaknya tak berhenti menatap setiap sudut di Restaurant ini.

Klea, Adam, dan Alea menghentikan langkahnya di depan sebuah ruangan yang mempunyai pintu yang sangat besar ini.

“Mr. Dierrel is inside, please come in....” ucap staff tersebut lalu ia membukakan pintunya

Dierrel menatap ke arah pintu yang terbuka, ternyata di sana sudah ada Klea dan anak-anaknya yang memakai pakaian cukup rapih.

Mata Dierrel tak berhenti menatap Klea yang memakai dress hitam panjang dengan tangan yang menggenggam tas kecil miliknya.

“Hi?” ucap Klea menatap Dierrel yang terdiam

“O-oh, hi....” jawabnya lalu Dierrel bangkit dari duduknya

“Maaf ya lama, jalanan macet banget tadi,” ucap Klea dengan nada yang sangat lembut

Dierrel mengerjapkan matanya berulangkali, ia menenangkan jantungnya yang sedari tadi berdegup kencang. “I-iya, gapapa.”

Klea menoleh ke arah belakang, menatap kedua anaknya. “Adam, Ale, salim gih sama om Dierrel.”

Adam dan Alea saling menatap satu sama lain, sampai akhirnya mereka berdua melangkahkan kakinya untuk mendekat ke arah Dierrel.

Dierrel tersenyum, lalu ia merasakan tangannya diraih oleh Adam. Adam mengecupnya, dan Alea pun melakukan hal yang sama.

“Hai om, om Dierrel....” ucap Adam menatap Dierrel

Lagi-lagi Dierrel tersenyum. “Hai. Lama ngga bertemu kalian lagi. Gapapa kan kalo om ajak kalian Dinner gini?”

“It’s okay....” ucap Alea dengan cepat

“Yaudah, langsung duduk aja abis itu pesan makanan yang kalian mau ya,” ucap Dierrel


Suara denting garpu dan pisau yang diletakkan di piring menandakan bahwa mereka berempat telah menyelesaikan menyantap makanannya pada malam ini. Masing-masing dari mereka ada yang minum terlebih dahulu, dan ada yang membersihkan bibirnya menggunakan tisu terlebih dahulu.

Eugh! Alea melotot, ia langsung menutup mulutnya. Dierrel, Klea, dan Adam yang sedang sibuk dengan aktivitasnya masing-masing menoleh ke arah sumber suara. Iya, baru saja Alea bersendawa.

“Ale, lo kebiasaan banget,” bisik Adam

“Maaf, mas.... Sumpah, gue ngga sengaja....” bisik Alea sambil menatap Adam dengan tatapan yang sangat panik

“Ale, kamu sendawa barusan?” bisik Klea sambil memegang tangan Alea

Alea menunduk, lalu ia mengangguk kecil. “Maaf, mah.... Ale ngga sengaja....”

Dierrel terkekeh, hal itu membuat Klea dan anak-anaknya menatap Dierrel detik itu juga.

“Dierrel, i’m sorry....” ucap Klea menatap Dierrel

“It’s okay, it’s okay.... Ale, kenapa nunduk terus daritadi?” tanya Dierrel yang kini menatap Alea yang sedang menunduk di depan sana

“Ale malu, om.... Maaf, Ale ngga sopan....”

Lagi-lagi Dierrel terkekeh, lalu ia menggeleng-gelengkan kepalanya. “Gapapa, gausah minta maaf kayak gitu.... om santai-santai aja, kok.”

Klea menunduk, ia benar-benar sangat malu sekali dengan apa yang baru saja Alea lakukan.

“Kebiasaannya Ale, om. Dia kalo kekenyangan pasti langsung sendawa. Terus juga di sini dia keliatan anggun, kalo di rumah dia kalo makan kakinya di angkat satu kayak makan di warteg,” ucap Adam

Bugh! Alea memukul lengan Adam. “Lo apa-apaan sih gila.”

“I'm just speaking the facts.”

Alea mendengus kasar, ia benar-benar sangat kesal dengan Adam yang membuka aibnya. Ia memilih untuk melihat pemandangan kota London dari jendela kaca di ruangan ini.

“Udah, udah.... kok berantem sih kalian,” ucap Dierrel menatap Adam dan Alea secara bergantian

Klea benar-benar tak menyangka jikalau kondisinya akan seperti ini sekarang. Ia menatap Dierrel dengan tatapan minta maaf sebesar-besarnya, Dierrel yang paham dengan tatapan Klea hanya mengangguk sambil tersenyum.

“Nih, untuk kalian....” ucap Dierrel sambil memberi sebuah paperbag yang ukurannya cukup besar

Adam dan Alea menoleh menatap apa yang diberikan oleh Dierrel, lalu mereka berdua langsung meraih paperbag tersebut. Mereka terkejut saat melihat apa yang berada di dalam paperbag tersebut, ternyata di dalam sana ada beberapa pakaian untuk musim dingin. Dan tentunya, ada sepasang sepatu boots.

“Woah.... sepatu boots nya bagus banget om....” ucap Alea saat melihat sepatu boots bewarna cokelat muda yang kini ia pegang

Dierrel tersenyum. “Ale suka?” tanya Dierrel

Alea mengangguk girang. “Suka, suka banget....”

“Adam, kamu suka?”

Adam menatap Dierrel, lalu ia mengangguk.

“Syukurlah, om seneng kalo kalian suka. Itu harus kalian pake ya kalo nanti musim dingin udah tiba....” ucap Dierrel

Adam dan Alea pun mengangguk.

“Makasih, ya? Tapi ngerepotin banget, deh.... Waktu itu kan kamu juga udah kasih coat sama syal ke anak-anak,” ucap Klea menatap Dierrel

“Iya sama sama. Gapapa kok, aku seneng ngasih itu buat anak-anak kamu. Kamu belum aku beliin, nanti belinya langsung sama kamu aja, ya?” ucap Dierrel

“Btw, kamu tau ukuran sepatu boots anak-anak dari mana?” tanya Klea yang sedari tadi sangat penasaran

Dierrel terdiam sejenak, lalu ia kembali menatap Adam dan Alea yang masih sibuk melihat lihat isi di dalam paperbag tersebut.

“Adam, Ale. Nanti kalo musim dingin udah tiba mau nikmatin salju sama om, ngga?” tanya Dierrel

“Ma—“ ucap Adam terpotong

“Tapi kan kita masih punya papah Leon, om. Jadi nanti paling kita nikmatin first snow ya sama papah Leon,” ucap Alea yang membuat Dierrel langsung terdiam saat itu juga

“Ale....” ucap Klea yang sangat terkejut dengan apa yang baru saja anaknya ucapkan

“Loh, bener kan mah? Kita masih punya papah. Ya masa mau nikmatin salju pertama sama om Dierrel, kan om Dierrel bukan siapa-siapa nya kita.”

Adam menoleh ke arah Alea, “Bisa ngga sih jaga ucapan lo? Maksud om Dierrel itu salju selanjutnya, bukan first snow.”

“Oh.... kirain.... Maaf ya, om?” ucap Alea menatap Dierrel yang masih saja terdiam

Dierrel tersenyum getir, lalu ia mengangguk.

“Emm.... Terus kalian kuliahnya selama ini gimana? Lancar, kan?” tanya Dierrel memecahkan keheningan

“Alhamdulillah lancar, kadang juga dibantuin papah Leon. Jadinya ya.... Lancar lancar aja sih, om....” jawab Alea

Lagi-lagi Dierrel mengangguk. Ia menghela napasnya, lalu ia menatap Klea, Adam, dan Alea secara bergantian.

“Om seneng banget bisa ajak kalian Dinner kayak gini.... Maaf ya bukannya om mau gimana-gimana, cuma ya om bener-bener pengen aja ajak kalian Dinner.”

“Seharusnya sih om tau ya.... Mamah itu udah punya suami, dan ngga sepantasnya om ngajak kita Dinner kayak gini,” ucap Alea

“Ale!” ucap Adam dan Klea secara serentak

Dierrel membenarkan posisinya, lalu ia mengangguk. “Iya.... om tau. Berarti om terlalu berlebihan, ya?”

“Rel....” ucap Klea menatap Dierrel dengan tatapan yang sangat tidak bisa diartikan

Alea memajukan tubuhnya sedikit, “Iya kalo om tau kenapa om lakuin?”

Lagi-lagi, Dierrel tersenyum getir.

Klea berdehem. “Kayaknya udah seharusnya deh aku sama anak-anak pulang sekarang. Errel, ini billnya gimana?” ucap Klea yang sekarang sudah bangkit dari posisi duduknya

Dierrel pun juga bangkit dari posisinya. “Aku yang ajak kalian Dinner, aku yang bayar.”

Klea mengangguk. “Yaudah. Makasih banyak, ya? Kalo gitu aku sama anak-anak pulang dulu.”

“Mau aku anter?”

“Ngga usah, gapapa kok.”

“Yaudah aku anter sampe bawah, ya?” ucap Dierrel

“Iya.”

Setelah itu, Dierrel melangkahkan kakinya terlebih dahulu. Entah mengapa, air matanya langsung mencelos begitu saja, dan dengan cepat Dierrel menghapusnya.

Dierrel meraih knop pintu ruangan ini, lalu ia langsung membukanya. Dan betapa terkejutnya ia, saat melihat dua orang yang sangat ia kenal terkulai lemas dengan wajah yang berdarah-darah di bawah sana.

“Hai, Agil?” ucap Leon

Klea menutup mulutnya, ia sangat kaget bukan main. “L-leon?”

Leon tersenyum. “Kaget, ya? Ternyata kalian baru aja Dinner berempat.”

Dierrel mengepalkan tangannya cukup kuat, rahangnya pun mengeras. Lalu, ia menatap Leon yang kini berada di hadapannya. “Anda apakan teman-teman saya?”

Leon menoleh, menatap Dierrel yang kini terlihat sangat marah. “Lo ngga liat itu temen-temen lo berdarah? Untungnya masih hidup. Tadinya mau gue abisin, tapi kayaknya lebih enak kalo gue abisin di depan lo. Sekarang pilihan lo ada dua,” jeda Leon

Leon mendekatkan tubuhnya ke arah Dierrel. “Lo ngaku kalo lo itu Agil, atau lo mau gue bunuh temen-temen lo sekarang juga.”

“Oh! Apa lo mau biarinin temen-temen lo aja yang ngaku kalo mereka berdua waktu itu abis di ceritain sama lo tentang siapa lo sebenarnya?” lanjut Leon

“Bajingan,” ucap Dierrel

Leon terkekeh. “Ya, it’s me, Leonadio Aksara. Lo nunggu apa lagi, gil? Lo mau gue abisin temen-temen lo sekarang juga? Atau gue biarin mereka yang ngomong? Yah.... tapi daritadi mereka ngga mau ngomong sih, sama aja berarti harus gue habisin lagi baru mau ngomong....”

Klea menarik lengan Leon. “Maksudnya apaan, sih?! Leon, kok kamu jadi kayak gini?”

Leon menepis kasar tangan Klea sampai Klea sedikit terhuyung ke belakang, untungnya saja Adam dan Alea dengan cepat menahannya.

Dierrel memajukan tubuhnya dengan cepat dan menarik kerah Leon. “Lo kasar sama Akleea, gue bunuh lo sekarang juga,” ucap Dierrel dengan tatapan yang sangat marah

Leon terkekeh sinis, lalu ia mendorong tubuh Dierrel sampai terjatuh ke bawah.

“ERREL!” teriak Klea

“Sekarang lo ngaku aja apa susahnya?! Lo Agil, kan?!” ucap Leon dengan nada yang cukup keras

“Mas.... Ale takut....” ucap Alea sambil memegang erat lengan Adam

“Ada mas di sini.”

Dierrel bangkit dari posisinya, ia merapihkan pakaiannya. “Urusan lo apaan, sih? Kenapa masih aja kekeh maksa gue buat ngaku kalo gue itu Agil?”

Leon berdecak kesal. “Gue beneran ngga suka basa-basi! Lo ngaku sekarang juga, atau gue bunuh temen-temen lo!”

Dierrel menghela napasnya, lalu ia menatap Klea, Adam dan Alea yang terlihat sangat ketakutan di sana.

“Munduran,” pinta Dierrel ke Klea, Adam, dan Alea.

Mereka bertiga langsung menuruti perintah Dierrel.

“Gue bakal ngaku, asalkan lo biarinin Abi sama Deon pergi,” ucap Dierrel menatap Leon

Leon terdiam sejenak, lalu ia menatap kedua anak buahnya di sana. “Lepasin.”

Dierrel menatap Abi dan Deon secara bergantian, ia seperti memberikan suatu kode kepada teman-temannya. Lalu, Abi dan Deon langsung kabur saat itu juga.

“Ayo, ngaku kalo lo itu Agil.”

Dierrel mendekatkan tubuhnya ke arah Leon, ia membersihkan kotoran yang berada di jas Leon. Lalu tak lama, Dierrel pun melayangkan tinjuannya ke pipi Leon sampai Leon tersungkur jatuh ke bawah.

“ANJING!” teriak Leon

Dierrel langsung kabur, namun ia menghadapi kedua anak buah Leon terlebih dahulu. Bugh! Bugh! Bugh! Banyak tinjuan yang dilayangkan oleh Dierrel.

Klea, Adam, dan Alea benar-benar sangat ketakutan menyaksikan perkelahian di depan sana. Alea menangis, dan Klea pun tersadar. Lalu Klea segera membawa anak-anaknya ke dalam dekapannya.

“ANJING! AH!” teriak Dierrel kesakitan karena Leon menendang punggungnya cukup keras

Leon menarik tubuh Dierrel, dan menghempaskannya ke hadapan Klea dan anak-anaknya.

Klea terkejut di saat ada sebuah benda yang menggelinding di bawah kakinya, lalu ia berjongkok dan mengambil benda tersebut.

No.... /batin Dierrel

Klea menutup mulutnya tak percaya saat ia mengambil sebuah benda yang berada di bawah kakinya tadi. Ia meneteskan air matanya, lalu menatap Dierrel yang masih tersungkur di bawah sana. Iya, benda itu adalah sebuah cincin yang sama seperti miliknya. Dan yang membuat Klea terkejut adalah, di sana terdapat sebuah ukiran nama yang bertuliskan ’Lea’.

Dierrel bangkit dari posisinya, lalu ia mengambil secara paksa cincin yang berada di tangan Klea. Dierrel menatap Klea yang menatapnya juga cukup lama, lalu ia langsung membalikkan tubuhnya dan melenggang pergi dengan cepat saat itu juga.

“MAS AGILLLLL!” teriak Klea sambil menangis

Klea menghentikan langkahnya setelah ia berhasil keluar dari gedung ini. Ia melihat di depan sana, di dalam sebuah mobil Bugatti hitam, Dierrel sedang sibuk memainkan handphonenya. Lalu tak lama, manik mata mereka saling bertemu. Saat itu juga Dierrel langsung menyuruh Klea untuk masuk ke dalam mobilnya.

“Mau ke mana?” tanya Klea yang sudah duduk di kursi mobil Dierrel

Dierrel menyalakan mesin mobilnya, lalu saat itu juga ia langsung melajukan mobilnya untuk keluar dari gedung ini.

“Apartment.”

Klea melongo, “What?”

“Mau ke Apartment aku. Tenang, aku ngga macem macem. Aku cuma mau ajak kamu main aja,” ucap Dierrel sambil menyetir mobilnya

Suara deru mobil khas milik Dierrel berderu di kota London, hal itu membuat banyak perhatian orang-orang di sana.

Dierrel yang masih saja fokus menyetir mobilnya menoleh ke arah Klea yang sedang memainkan handphonenya. “Kamu masih mules terus?” tanyanya

“Iya masih.”

“Kamu chatan sama siapa?” tanya Dierrel

Klea memperlihatkan handphonenya ke Dierrel, “Chatan sama Ale. Dia pusing katanya tugas banyak banget,” ucap Klea sambil terkekeh

Dierrel tersenyum sekilas. “Oh iya, kamu ngga ada kegiatan kan hari ini? Aku ajak kamu main ke apart aku gapapa, kan?”

“Ngga ada. Adam sama Ale kayaknya juga pulang kuliah agak maleman, deh,” ucap Klea menatap ke arah depan sana

“Leon?”

Klea terdiam cukup lama, sampai akhirnya ia kembali bersuara. “Leon.... Leon udah jarang di rumah. Ya dia bilang ke anak-anak kalo dia sekarang sering ke luar kota, padahal dia kayaknya di Apartnya Sherin terus....”

Dierrel menghela napasnya secara kasar, lalu ia kembali fokus menyetir.

Setelah melakukan perjalanan sekitar 15 menit dari tempat pemotretan mereka berdua tadi, kini Dierrel dan Klea telah sampai di tempat tujuannya yaitu Apartment Dierrel yang letaknya tak jauh dari London Eye.

“Jelly, i’m homeee....” ucap Dierrel sembari melangkahkan kakinya melesat masuk ke apartmentnya

“Meowww.”

Mata Klea berbinar saat melihat kucing milik Dierrel, ia juga tersenyum melihat Dierrel yang langsung membopong dan mengecup kucingnya itu.

“Just left for a while i already miss you,” ucap Dierrel sambil mengelus kucingnya

“Cute,” ucap Klea

Dierrel menoleh. “Who? Aku?”

“Nope. Your cat....” ucap Klea menatap Dierrel

Dierrel menghela napasnya, lalu ia menurunkan kucingnya ke bawah lantai. “Kirain aku,” ucapnya setelah itu ia melangkahkan kakinya ke arah dapur

“Duduk sana, aku mau buatin minuman,” ucap Dierrel

Tak menuruti ucapan Dierrel, kini Klea malah bermain dengan Jelly di bawah lantai sana.

“Hey.... Kamu lucu banget, sih? Kamu gendut banget, gemes.... Pasti majikan kamu kasih kamu makanan yang mahal banget ya harganya,” ucap Klea sambil bermain dengan Jelly

“Iya lah, yang mahal. Yakali aku kasih makan kucing kesayangan aku yang murah,” ucap Dierrel yang kini menatap Klea yang masih bermain bersama kucingnya di bawah sana

Sangat asik melihat Klea bermain dengan kucingnya, Dierrel pun ikut duduk di lantai Apartmentnya bersama Klea.

“Dia umur berapa?” tanya Klea tanpa menatap Dierrel, tangannya pun masih setia mengelus kucing tersebut

“1 year,” jawab Dierrel menatap Klea

“She’s beautiful....”

“Just like you,” ucap Dierrel yang matanya tak henti menatap Klea

Tangan Klea terhenti begitu saja mengelus Jelly saat Dierrel mengucapkan sesuatu. Saat itu juga, Klea menatap Dierrel yang kini menatapnya juga.

Klea mengernyit, “Whatt?”

“She’s beautiful,” ucap Dierrel menatap Jelly. “Sama seperti kamu,” lanjutnya lalu menatap Klea

Deg! Jantung Klea benar-benar berdebar kali ini. Ia tak berani menatap mata Dierrel, sama sekali tak berani.

Dierrel tersenyum tipis, lalu ia bangkit dari duduknya. “Aku mau bersih-bersih dulu. Tunggu sebentar, ya? Duduk aja di sofa, jangan di lantai.”

Gue jadi kangen sama Cillo.... /batin Klea


Cukup lama menunggu Dierrel mandi, Klea memutuskan untuk melangkahkan kakinya untuk melihat sekeliling ruangan di Apartment Dierrel. Saat pertama kali ia tiba di Apartment Dierrel, mata Klea langsung tertuju pada studio kecil yang terletak di ujung ruangan. Benda benda di sini sangat tersusun dengan rapih, hal itu membuat Klea tersenyum melihatnya.

Klea melangkahkan kakinya untuk melihat sebuah foto yang terpajang di sebuah rak di depan sana. Ia meraihnya, lalu ia menatap foto tersebut cukup lama. Dierrel, benar-benar sangat mirip dengan Agil. Bagaimana bisa ada seseorang di dunia ini yang sangat mirip satu sama lain? Hal itu sangat aneh bagi Klea.

Setelah melihat foto Dierrel yang terpajang di sebuah bingkai, manik mata Klea tertuju pada sebuah kotak yang terletak di bawah rak ini. Saat Klea ingin melihatnya dengan dekat, tiba-tiba saja Dierrel memanggilnya.

“Kamu ngapain?” tanya Dierrel

Klea gelagapan. “E-em.... Ini, tadi aku abis liat foto kamu, hehe,” ucap Klea sambil tersenyum kikuk

“Ganteng kan foto aku makanya kamu liatin terus daritadi.”

Klea bingung harus menjawab apa, tingkat kepercayaan diri Dierrel sangatlah tinggi. Klea hanya memilih terdiam saja.

Kini, hari sudah semakin larut, langit pun sudah semakin gelap. Cahaya lampu-lampu di kota London mulai bermunculan. Tak jauh di depan sana, manik mata Klea menatap London Eye dan Big Ben yang terlihat sangat indah dilihat dari ketinggian. Iya, kini Dierrel dan Klea memutuskan untuk berbincang kecil di balkon sambil menatap pemandangan kota London dengan jelas. Apartment Dierrel terletak pada lantai 50, jadi jangan heran jika mereka berdua bisa melihat kota London secara jelas.

“Pengen naik ke London Eye, deh,” ucap Klea yang matanya tak lepas menatap London Eye di depan sana

“Ngapain naik London Eye, kalo di balkon Apart aku aja kamu bisa liat kota London secara jelas.”

Klea berdecak. “Ya tapi kan beda. Dia kan muter, jadi kayak lebih kerasa aja gitu....”

“Lebih kerasa gimana?”

“Rel, kamu ngga pernah naik bianglala gitu? Apa kamu juga ngga pernah naik London Eye selama tinggal di sini?” tanya Klea kesal

Dierrel terkekeh saat ia melihat raut wajah Klea yang terlihat sangat kesal, lalu ia mengulurkan tangannya untuk mengacak-acak rambut Klea. “Aku sengaja aja.”

“Sengaja apa?”

“Bikin kamu kesel.”

Bugh! Klea memukul lengan Dierrel. Hal itu membuat Dierrel meringis kesakitan.

“Iya iya, aku paham maksud kamu,” ucap Dierrel menatap Klea

Mereka sama sama terdiam satu sama lain, menatap indahnya pemandangan kota London ini di malam hari.

Klea menaruh dagunya di lipatan tangannya, ia benar-benar tak berhenti menatap London Eye yang mengeluarkan lampu bewarna ungu itu.

“Dulu, waktu aku bilang ke Mas Agil pengen banget ke London, aku pengen ajak dia naik London Eye. Pengennnnn bangettttt.... Kayak romantis aja ngga sih berdua ke London, nyusurin semua tempat di kota ini, terus salah satu wishlistnya ya naik London Eye. Tapi ternyata takdir malah berkata lain, keinginan aku ngga kesampaian....” jeda Klea cukup lama

“Iya sebenernya bakal kesampaian, sih.... Kalo aja malam itu ngga terjadi. Malam di mana aku sama Mas Agil berantem, dan waktu itu adalah pertemuan terakhir kita.... Mas Agil peluk aku erat banget, tapi bodohnya aku ngga bales pelukan dia sama sekali,” ucap Klea yang kemudian ia meneteskan air matanya

Dierrel terdiam, masih fokus menatap ke arah depan sana.

“Rel,” panggil Klea

“Iya.”

“Aku cuma mau bilang ke kamu, untuk hargai seseorang selagi masih ada. Kamu bakal nyesel banget, kalo orang itu pergi dari hidup kamu, apalagi orang itu penting banget di hidup kamu.”

Dierrel menghela napasnya, lalu ia merentangkan kedua tangannya dan menghadap ke arah Klea. Klea yang melihat Dierrel seperti itu hanya kebingungan.

“Want me to hug you? I know, now you feel that pain again,” ucap Dierrel menatap Klea

Klea meneteskan air matanya. Iya, memang benar perkataan Dierrel. Klea merasakan sakit itu lagi, ditambah juga masalah rumah tangganya dengan Leon.

“Come on.”

Klea melangkahkan kakinya mendekat ke arah Dierrel, lalu secara perlahan Klea masuk ke dalam dekapan Dierrel.

“Nangis aja, keluarin semuanya.”

Saat Dierrel mengucapkan kalimat itu, Klea langsung meremas erat baju yang dipakai oleh Dierrel. Klea menangis, menangis sekencang-kencangnya dalam dekapan Dierrel. Ia kembali mengeluarkan semua rasa sesaknya di dekapan Dierrel.

Dierrel merasakan cengkraman yang sangat kuat pada punggungnya, hal itu membuat Dierrel juga semakin mengeratkan pelukannya. Ia membiarkan Klea mengeluarkan segala rasa sesaknya yang kini muncul kembali.

Klea melepaskan pelukannya. Pipinya bergelinang air mata, wajahnya juga sedikit memerah. Klea menatap Dierrel, memegang kedua tangan Dierrel yang kini berada di kedua pipinya.

“Sakit, rel.... Rasa ini ngga akan pernah bisa hilang, sebelum aku ketemu Mas Agil dan ucapin kata maaf sebanyak-banyaknya ke dia....” ucap Klea menatap Dierrel dengan mata yang berkaca-kaca

“Kamu udah bertahan sejauh ini, aku bangga sama kamu.”

Klea kembali memeluk Dierrel, memeluknya dengan sangat erat. Rasanya benar-benar sangat nyaman sekali. Cara Dierrel memeluknya benar-benar sangat persis dengan Agil. Dierrel mengusap perlahan rambut Klea, dan juga mengusap punggungnya.

“Akleea, kamu harus bahagia. Aku janji, sekarang aku akan di samping kamu terus....”

🤍

Agil memarkirkan motornya di depan sebuah rumah yang Klea tak tahu itu rumah siapa. Klea mengernyit, ia mengalihkan pandangannya ke arah lain. Agil membawanya ke sebuah tempat yang jaraknya cukup jauh dari rumah mereka berdua. Agil membawanya ke sebuah taman dan tak jauh dari taman terdapat danau yang cukup luas dan besar.

Klea melihat bahwa Agil sedang mengobrol dengan pemilik rumah di sini, ia benar-benar tidak tahu apa yang ingin Agil lakukan sekarang.

“Ayo,” ucap Agil menghampiri Klea

“Ayo ke mana?”

Agil mengulurkan tangannya kepada Klea agar Klea mengikuti dirinya, dan akhirnya pun Klea menerima uluran tangan Agil.

Klea benar-benar bingung sekarang. Agil membawanya ke sebuah tempat yang jalanannya setapak dan banyak bebatuan.

“Panas, ya?” tanya Agil yang masih fokus menuntun Klea jalan

“Lumayan. Kita mau ke mana, sih?” tanya Klea

“Pelan-pelan jalannya, takut kesandung.”

Setelah menuruni beberapa anak tangga yang terbuat dari bebatuan, kini Klea ditakjubkan dengan pemandangan yang ia lihat di depan sana. Cuacanya yang cukup terik membuat bukit besar dan sebuah danau di depan sana terlihat sangat indah sekali.

Klea tersenyum, ia memejamkan matanya sambil menghirup udara di sini.

“Dek, sini…. panas tau,” ucap Agil yang sudah terduduk di sana, di atas bebatuan kerikil dan di bawah pohon rindang

Kini Agil dan Klea sudah sama sama terduduk sambil menatap pemandangan di depan sana. Mereka sama sama terdiam sedari tadi, tidak ada yang memulai percakapan sama sekali. Mereka hanya sibuk menikmati pemandangannya.

“Mas lagi capek banget, ya?” tanya Klea tanpa menatap Agil

Agil menoleh, menatap Klea dari samping. Cantik, sangat Cantik. Agil menghela napasnya, lalu ia bangkit dari duduknya dan mengambil satu batu di bawah sana.

“Iya lumayan,” balas Agil sambil melemparkan batu tersebut ke danau

Agil kembali duduk di samping Klea. “Tapi sekarang udah ada kamu, ya capek mas ilang.”

Klea tersenyum malu-malu.

“Dek,” panggil Agil

“Iya.”

“Kamu ada keinginan buat ke suatu tempat, ngga?”

“Ke mana?”

“Ya kamu, kamu maunya ke mana?”

Klea terdiam sejenak. “Ngga ada, sih.”

“Masa ngga ada. Ke luar kota, atau ke luar negeri gitu?” ucap Agil menatap Klea

“Ohhh…. Iya ada. Tapi ke luar negeri, sih. Kalo ke luar kota gatau mau ke mana, soalnya Jakarta udah jadi tempat ternyaman bagi Lea.”

Agil terkekeh, “Nyaman karena tetangga kamu mas kan, dek?” ledek Agil

“Dihhh…. N-ngga gitu,” ucap Klea terbata-bata, padahal mah sebenarnya memang iya.

Agil tersenyum tipis, lalu ia mengacak-acak rambut Klea secara perlahan.

“Lea pengen banget ke London, mas,” ucap Klea sambil melihat ke arah depan sana

“Inggris?” tanya Agil

“Iya.”

“Ada lagi?”

Klea tampak berpikir sejenak. “Ngga ada, sih. Lea juga mikir pengen ke London cuma iseng aja, hehehe,” ucapnya diakhiri kekehan

Agil menyodorkan sebuah kertas ke Klea. Klea mengernyit, ia tak mengerti apa yang ingin Agil lakukan sekarang.

“Tulis di sini, apa yang kamu mau. Kali aja, suatu saat bakalan terwujud.”

Klea terdiam sejenak. “Kayak di film-film aja, sih. Tapi gapapa deh, ya semoga aja terwujud,” ucap Klea setelah itu ia mengambil kertasnya dan menuliskan wishlistnya di sana

Agil mengernyit saat ia melihat apa yang Klea tulis di kertas ini. “Ini cuma satu? Mau ke London aja, gitu?”

“Yaiya, terus apa lagi?”

Kirain ada gitu salah satu wishlistnya mau nikah sama gue. /batin Agil

Wishlist Lea sebenernya banyak, Mas. Dan yang paling utama, Lea berharap kalo suatu saat Lea beneran nikah dan hidup bahagia sama Mas Agil selamanya. /batin Klea

Agil menghela napasnya, ia hanya menggeleng-gelengkan kepalanya. Lalu, setelah Klea berhasil menuliskan satu wishlistnya, Agil pun juga menulis wishlistnya di kertas tersebut.

“Apa tuh wishlistnya?” tanya Klea sambil mengintip apa yang Agil tulis

Agil menoleh ke arah Klea yang sedang mengintipnya, tapi dengan cepat Agil sedikit menjauh dari Klea.

“Rahasia,” ucap Agil yang sekarang menyandar di batang pohon

“DIH, KOK CURANG?!” ucap Klea tak terima

Agil hanya terkekeh. Ia masih saja sibuk menuliskan beberapa wishlist di kertas tersebut. Iya, beberapa yang artinya sama saja ada banyak wishlist yang Agil tulis di kertas tersebut. Agil masih sibuk dengan aktivitasnya, sedangkan Klea masih mencari cara untuk mengintip apa yang Agil tulis.

Setelah selesai menuliskan wishlistnya di kertas tersebut, Agil langsung menggulung kertas tersebut dan memasukannya ke dalam sebuah botol. Setelah itu, ia mencari sebuah kayu dan menggali tanah yang berada di bawah bebatuan kerikil ini.

“Mas, ngapain sih? Kok Lea bingung, ya?” ucap Klea kebingungan sambil menatap Agil yang mengubur botol tersebut di bawah sana

Agil menepuk-nepuk secara perlahan tangannya untuk membersihkan debu yang menempel pada tangannya. Ia menghela napas leganya, lalu ia menatap Klea yang masih saja kebingungan.

“Ayo pergi, panas banget di sini.”

“Dihhhhh? Apaan, sih. Sumpah, Mas ngga jelas banget. Mas ajak Lea ke sini cuma mau ngubur gituan doang?” ucap Klea

“Ngga sih. Lagian Mas iseng aja, kali aja suatu saat wishlist kita tercapai. Terus nanti kita ke sini lagi buat coret wishlist kita yang udah tercapai. Kalo ada yang belum tercapai ya…. Nanti kita coba lagi.”

Klea benar-benar tak paham dengan Agil sekarang.

“Udah ayo, Mas mau ajak kamu ke suatu tempat lagi,” ucap Agil

Klea menghela napasnya, lalu ia bangkit dari duduknya. “Sumpah, sakit…. Batunya tajem-tajem banget….”

Agil hanya terkekeh.

“Mas,” panggil Klea

“Apa?”

Klea mengeluarkan handphonenya yang berada di saku celananya, lalu ia memberikannya ke Agil saat itu juga.

“Mau foto?” tanya Agil

Klea mengangguk girang. “Iya, tolong yaaaa…. Pemandangannya nih di belakang, bukit sama danau,” ucap Klea sambil menunjuk bukit dan danau yang berada di belakang dirinya

Agil tersenyum tipis, lalu ia menuruti permintaan Klea dan langsung memfotonya saat itu juga.

Setelah berhasil memfoto Klea, Agil menatap foto tersebut cukup lama. Lalu, ia tersenyum manis.

“Udah, Mas?” tanya Klea yang menghampiri Agil

Agil mengangguk, lalu ia berikan handphonenya ke pemiliknya.

Klea tersenyum manis saat melihat foto yang diambil oleh Agil, hal itu pun membuat Agil tersenyum manis juga.

“Makasih ya, Mas?” ucap Klea tersenyum sambil menatap Agil

Agil mengangguk kecil.

Senyumannya, tidak pernah membosankan. /batin Agil

Happy 30k AgiLea au!! Thank you so much, guys <3