nankeyst

There's still another time

Klea terduduk di kasurnya menunggu Agil yang sedang mandi, ia sedari tadi selalu menggigit bibirnya sampai ia tak sadar bahwa bibirnya sedikit berdarah.

Agil telah keluar dari kamar mandi, ia hanya mengenakan handuk bewarna coklat yang melingkar di pinggangnya. Agil menghampiri Klea yang sedang duduk sambil menunduk di kasur, ia mengecup pucuk kepala Klea.

Klea mendongak menatap Agil, Agil kaget melihat bibir Klea yang berdarah.

“Ini bibirnya kenapa?” tanya Agil

Klea terdiam.

Agil berdecak, “Jangan dikelupasin, berdarah kayak gini kan,” ucap Agil sambil mengelap bibir Klea dengan ibu jarinya, lalu Agil mengecup bibir merah Klea

“Mas, Lea mau ngomong.”

Agil memakai pakaian yang sudah disiapkan oleh Klea sebelumnya, “Ngomong aja.”

Klea memperhatikan Agil yang sedang mengenakan bajunya, “Pake baju aja dulu.”

Setelah selesai memakai bajunya dan memakai parfume yang sangat Klea suka, Agil langsung duduk di samping istrinya, “Mau ngomong apa, dek?”

Klea menghela napasnya, ia memainkan jari jarinya sedari tadi. Agil yang melihat itu langsung menggenggam tangan Klea, dan ia mengecupnya.

“Mau ngomong apa, sih? Kayaknya penting banget sampe kamu gugup kayak gini.”

Klea takut, ia benar benar sangat takut. Ia takut, takut mengecewakan Agil.

Klea membuka laci yang berada di samping tempat tidurnya, lalu ia memberanikan diri untuk menghadap ke Agil.

“Mas,” panggil Klea

“Iya.”

“Mas mau punya anak?” tanya Klea

Agil tersenyum, “Kamu mau kasih tau sesuatu, ya?” tanya Agil girang

Klea tersenyum getir, lalu ia memberikan sebuah map kecil ke Agil. Agil membuka map itu dengan hati yang sangat tak karuan, pasti Klea akan memberikannya sebuah kejutan.

Lea.... hamil, ya? /batin Agil

Agil membuka secarik kertas yang terdapat tulisan Hasil USG. Senyumnya melebar, tapi tak lama pun senyumannya langsung memudar begitu saja.

Klea meneteskan air matanya, “Mas, maaf Lea ngga bisa kasih mas anak.”

Deg! Satu pernyataan itu berhasil membuat jantung Agil berhenti sedetik.

“Dokter bilang rahim Lea rusak, mas. Dokter juga bilang, kalo Lea ngga bisa punya anak,” ucap Klea yang sedetik kemudian ia langsung menangis

Agil terdiam, lalu ia memijat pelipisnya. Ia tak tahu harus berkata apa.

“Mas.... Lea minta maaf. Coba waktu itu Lea nurut sama omongan mas buat ngga ke luar rumah karena ujan, tapi Lea nekat mas. Lea waktu itu di jambret. Lea jatoh, perut Lea kebentur trotoar....”

Setetes air mata berhasil menetes di pipi Agil, ia mengepalkan tangannya.

“Ini dari kapan?” tanya Agil dingin

“Waktu itu Lea langsung di bawa ke rumah sakit, dan beberapa minggu kemudian Lea balik lagi ke rumah sakit karena Lea suka ngeluarin banyak darah padahal itu belum tanggal Lea haid. Perut Lea juga nyeri banget, dan dari situ dokter ngasih tau Lea,” ucap Klea menatap Agil dengan mata yang sembab

Agil mendengus kasar, pantas aja akhir-akhir ini setiap mereka berhubungan Klea selalu bilang nyeri. Dengan bodohnya Agil tidak sadar apa yang Klea alami.

Agil menatap Klea yang masih menangis, “Kamu kenapa bohongin mas? Selama ini loh, dek. Dari waktu mas sekolah, kan?”

“Lea minta maaf, mas....”

Jujur, Agil benar-benar sangat marah kali ini. Bukan marah karena Klea di vonis seperti itu, tapi ia marah karena Klea membohongi dirinya selama ini. Agil ingin sekali meluapkan emosinya kepada Klea, tapi ia menahannya karena rasanya percuma dan yang ada pasti akan membuat situasi kali ini benar-benar menjadi lebih tegang. Agil tau keadaan, ini bukan waktunya untuk marah marah.

“Mas, Lea bener-bener minta maaf mas. Lea ngga becus banget jadi istri, Lea ngga berguna banget. Lea ngga berguna, Lea ngga bisa kasih mas anak. Lea juga bohongin mas, Lea minta maaf mas.... Lea tau mas pasti kecewa banget sama Lea, Lea bener-bener minta maaf, mas....” ucap Klea di sela sela tangisannya

Agil sudah tidak kuat melihat Klea seperti ini, ia langsung membawa Klea ke dekapannya. Mereka berdua sama sama menangis, mengapa di rumah tangga mereka yang baru ini mereka mendapatkan cobaan seperti ini.

“Maafin Lea, mas....”

“Ssstt, sstt. Udah, udah jangan nangis lagi,” jeda Agil sambil melepaskan pelukannya dan menatap Klea

“Dek, jangan pernah bilang kalo kamu ngga becus atau bahkan ngga berguna jadi istri. Kamu itu penting buat mas, kamu berguna buat mas, kamu istri yang berbakti sama mas. Jujur, mas kecewa tapi mas bisa apa? Kamu juga jangan bilang kalo kita ngga bisa punya anak. Kita masih bisa punya anak dek, masih bisa. Kita cuma belum dikasih aja sekarang. There's still another time, kita masih bisa berusaha lagi.”

Klea kembali meneteskan air matanya dan ia langsung memeluk Agil kembali.

“Udah gapapa. Untuk sekarang kita belum bisa punya anak, tapi nanti mas yakin Allah pasti bakal ngasih kita anak, dek,” ucap Agil sambil mengelus punggung Klea

“Mas kemarin kemarin selalu bilang sama Lea kalo mas mau punya anak, tapi Lea ngga bisa kasih mas anak....”

Agil melepaskan pelukannya, ia menangkup wajah Klea, “Dek, bedain kata belum sama ngga. Kalo ngga ya mungkin emang ngga bisa, tapi kalo belum itu tandanya kita masih dikasih kesempatan buat berusaha lagi. Coba, dokter waktu itu ngomong apa sama kamu?”

Klea mengingat-ingat kembali perkataan dokter waktu itu, “Lea belum bisa punya anak untuk saat ini.”

“Tuh kan, ini kamu yang terlalu overthinking sampe kamu salah ngomong tadi. Mas yakin ini masih bisa disembuhin, dan pastinya kita masih bisa punya anak. Tapi ngga sekarang, Lea.”

“Tapi gimana kalo Lea bener-bener ngga bisa kasih mas anak?” tanya Klea menatap sendu Agil

Agil mengusap wajahnya dengan gusar, “Lea, mas udah berapa kali marah sama kamu gara-gara kamu overthinking terus? Coba sekarang ubah semuanya, kamu berpikiran positif. Kalo emang kamu masih aja overthinking, ayo besok ke dokter.”

Klea terdiam.

“Dek, apapun yang terjadi sama kamu, kamu harus kasih tau mas. Mas juga gitu kok, mas juga bakal terbuka sama kamu. Dan satu hal yang paling penting, jangan pernah bohongin mas. Mas ngga suka dibohongin, dek.”

Klea menatap Agil, lalu ia memeluknya, “Maafin Lea....”

“Udah sekarang tidur, udah malem. Besok kita ke dokter, periksa lagi.”

Klea mengangguk, lalu ia menidurkan dirinya di kasur.

Seperti biasanya, hal yang mereka berdua lakukan sebelum tidur adalah menatap langit-langit kamarnya sambil berpelukan.

“Mas,” panggil Klea

“Iya.”

“Jangan tinggalin Lea, mas. Lea takut.”

“Mas ngga akan pernah ninggalin kamu.”

“Jangan berpaling, ya?”

Agil menoleh menatap Klea yang masih saja menatap langit-langit kamarnya, ia mengecup dahi Klea cukup lama, “Mas ngga akan pernah berpaling, dek. Mas sayang banget sama kamu.”

Memulai Kembali

“Ke pantai, mas?” tanya Klea

Agil mengangguk, lalu ia memarkirkan motornya di depan sebuah supermarket.

“Mau beli makanan dulu?” tanya Agil

“Boleh, deh.”

Setelah membeli beberapa cemilan di supermarket, mereka berdua langsung menuju tempat yang Agil tuju.

Agil memberhentikan langkahnya, ia menatap Klea sebentar.

“Kenapa, mas?” tanya Klea

Agil tersenyum lalu menggeleng, ia merangkul pundak dan mencium pucuk kepala Klea.

Kini mereka berdua berjalan diatas bulir-bulir pasir di Pantai ini. Keadaannya sangat sepi, tidak ada orang sama sekali. Deru ombak yang begitu menenangkan membuat Agil dan Klea selalu tertuju pada Pantai tersebut.

“Ini mau kemana, mas? Dari tadi jalan terus ngga nyampe nyampe.”

Agil menoleh, ia masih menggenggam tangan Klea, “Kamu capek?”

Jujur, Klea sangat lelah karena perjalanannya cukup jauh dari rumahnya sampai ke Pantai ini. Klea tidak tahu mengapa Agil membawanya kesini.

“Capek mas, Lea pegel.”

Agil menghentikan langkahnya, lalu ia sedikit membungkuk di hadapan Klea.

Klea mengernyit, “Ngapain?”

“Naik, mas gendong.”

“Gausah,” ucap Klea menepuk punggung Agil

“Naik.”

“Nanti mas kecapekan lagi, tadi kan mas bawa motor,” ucap Klea khawatir

“Engga, ayo cepet naik.”

Tak mau menolak permintaan Agil, Klea langsung naik ke punggung Agil. Agil langsung membopong Klea dan langsung melangkahkan kakinya kembali.

“Berat ya?” tanya Klea

Agil mengangguk, “Iya, berat banget.”

“Udah deh, turunin Lea!!” ucap Klea menepuk-nepuk pundak Agil

Agil terkekeh, “Bercanda.”

Setelah melangkahkan kakinya sambil membopong Klea sekitar 7 menit, Agil langsung menuruni tubuh Klea ketika sudah sampai di sebuah pinggiran pantai yang disana terdapat banyak bebatuan besar.

Agil menggenggam tangan Klea, lalu ia mengajaknya ke sebuah bebatuan besar itu untuk duduk disana.

Betapa kagetnya Klea melihat sebuah tulisan-tulisan yang berada di salah satu bebatuan tersebut.

“Mas. Agil dateng, Agil dateng sama adik ipar Mas,” ucap Agil yang ternyata sudah duduk di bebatuan tersebut

Hati Klea mencelos, ia mengerjapkan matanya berulang kali.

“Duduk, dek. Gabakal jatoh, tenang aja.”

Klea langsung menuruti perkataan Agil, ia duduk di samping Agil.

Agil menoleh kearah Klea yang sekarang duduk di sampingnya, ia menatap istrinya yang sangat cantik ketika rambutnya beterbangan karena tertiup angin.

“Mas, kita ngapain disini?”

“Ketemu Mas Galang, sama Mama.”

Hati Klea berdesir, ia menoleh ke Agil dan tersenyum getir.

Agil menghela napasnya, “Setiap Mas kacau, pasti Mas kesini temuin Mas Galang. Mas ngobrol sama dia, dan setelahnya pasti Mas bakal tenang karena Mas udah curhat ke Mas Galang.”

Klea terdiam, ia menatap bebatuan yang sekarang tepat berada di bawah kakinya.

Agil terkekeh, “Jangan dibaca, Mas malu.”

Klea berhasil meneteskan air matanya, ia langsung merangkul Agil begitu saja.

“Jangan nangis, Lea,” ucap Agil yang masih menatap deru ombak di depan sana

“Mas, maafin Lea mas. Lea waktu itu ngga ada buat mas, bahkan Lea ngga sadar kalo Mas selama ini—“

“Ssstt, udah gausah di bahas lagi. Sekarang mas cuma mau kasih tau aja dek, mas mau kasih tau mimpi mas waktu itu,” ucap Agil menatap manik mata Klea

Klea menatap sendu Agil, lalu ia menyenderkan kepalanya di pundak Agil sambil menggenggam erat tangannya.

“Dek, kalo Mas lanjut sekolah penerbangan gimana?”

Klea terdiam. Walaupun rasanya cukup berat tapi ini demi kebahagiaan Agil, demi masa depannya, demi cita-citanya yang kala itu sempat gugur begitu saja.

Klea tersenyum, ia mengusap secara perlahan tangan Agil, “Gapapa, mas. Mas harus kejar cita-cita Mas, Mas harus bikin bangga Mama sama Mas Galang. Dan tentunya sekarang juga ada bapak, Mas juga harus bikin bangga bapak. Mas, apapun yang mas lakuin kalo itu buat mas seneng, Lea bakal dukung mas.”

“1 tahun, Lea. Sekolah penerbangan 1 tahun, dan kita ngga bisa ketemu selama itu.”

Klea meneteskan air matanya, lalu ia menatap manik mata coklat Agil yang terkena pancaran cahaya matahari sore.

Klea mengusap rambut Agil, “Gapapa, kita kan masih bisa telpon sama video call kalo kangen.”

“Tapi kan kamu tau Mas ngga bisa tidur kalo ngga meluk kamu.”

“Iya dipaksa, dong. Nanti Lea temenin tidurnya di video call,” ucap Klea

Agil mendengus perlahan, lalu ia kembali menatap matahari sore yang sedikit lagi akan terbenam.

“Mas Galang bener bener dateng ke mimpi mas, Mas masih inget banget kalo dia ngomong suruh terima tawaran bapak. Mas Galang ganteng banget, dek. Putih, bersih, wangi, bercahaya,” jedanya

Agil menunduk, ia tak kuasa menahan tangisnya, “Mas, Agil kangen banget….”

Klea mengusap-usap punggung Agil untuk menenangkan dirinya.

“Udah, pasti Mas Galang juga kangen sama Mas Agil. Dan pastinya Mama juga kangen. Sekarang Mas ngga usah mikir apa-apa lagi, Mas terima aja tawaran Bapak. Bapak juga udah bayar mas, sayang duitnya kalo ditolak gitu aja.”

Agil menatap Klea, “Kamu yakin mau mas tinggal sekolah penerbangan 1 tahun?”

“Yakin, kalo mas pulang lagi,” ucap Klea di akhiri dengan kekehan

Agil terkekeh, lalu ia merangkul pundak Klea, “Iya Mas pulang lagi, lah. Tapi, abis itu Mas langsung nugas.”

Klea tersenyum, “Pasti Mas ganteng banget deh nanti kalo pake seragam Pilot, Lea ngga sabar liatnya.”

“Lea,” panggil Agil

“Hm,” ucapnya mendongak menatap Agil

Cup! Agil mengecup bibir Klea.

“Makasih, ya? Makasih udah ngertiin Mas, makasih udah selalu support Mas,” ucap Agil setelah itu ia langsung mencium-ciumi pucuk kepala Klea

“Iya mas, kan harus gitu. Kita harus saling ngertiin satu sama lain, harus saling support satu sama lain.”

Mereka sama sama terdiam menikmati pemandangan yang kini berada di depannya, angin dan deru ombak yang cukup kencang membuat mereka tidak mau pulang karena mereka berdua sangat menikmatinya.

“Mas janji, nanti Mas ajak kamu jalan-jalan kemana aja. Tapi nanti beda, bukan sama Timothee lagi. Tapi langsung sama pesawat, nanti mas yang nyetir.”

Klea terkekeh, “Bener, ya? Janji, ya? Lea mau banget ke London, nanti ajak Lea kesana ya?”

Agil mengecup dahi Klea, “Iya sayang, Mas janji. Doain aja, ya?”

Klea tersenyum lalu mengangguk.

“Katanya mau ucapin Mas Galang selamat ulang tahun? Coba ucapin sekarang.”

Klea menepuk jidatnya, “Oh iya, lupa.”

Klea membenarkan posisinya. Ia menatap keatas langit, lalu ia tersenyum manis, “Mas Galang, yang sekarang udah jadi kakak iparnya Lea. Happy late birthday, ya?”

Agil tersenyum, lalu ia langsung merangkul Klea begitu saja.

Sore hari ini, mereka berdua duduk di bebatuan saling merangkul satu sama lain. Dan tentunya ditemani oleh deru ombak, dan senja— untuk kedua kalinya. Tenang, nyaman, itu yang dirasakan Agil dulu ketika ia sendirian berada disini sambil mengobrol dengan Galang yang entah wujudnya tidak ada sama sekali.

Agil, ini sudah saatnya kamu bahagia. Sudah saatnya kamu mengejar apa yang kamu kejar. Untuk kalian semua jika ada sesuatu yang pernah gagal dulu, ayo bangkit lagi. Bangkit untuk memulai lagi, memulai hidup baru, mencari kebahagiaan. Sampai akhirnya nanti kalian tersadar akan keberhasilan kalian di masa depan.

You’re My End And My Beginning

Cw // Kissing.

Lantunan lagu All Of Me – John Legend menjadi lantunan lagu untuk pesta Dansa malam ini. Malam ini cuacanya sangat sejuk, lampu-lampu kecil menerangi seluruh orang yang berada di pesta resepsi Agil dan Klea.

Agil menatap seorang perempuan yang berhasil menarik perhatiannya dari jauh, ia sangat cantik mengenakan gaun bewarna Rose Gold dengan rambut yang dibiarkan terurai dan menggunakan sebuah mahkota kecil yang melingkar di rambutnya.

Agil menghampiri perempuan itu yang tersenyum menatap lampu-lampu yang berada diatasnya, lalu ia mengecup secara perlahan pipinya.

Perempuan itu terkejut karena ada seseorang yang mengecup dirinya, ternyata itu Agil– suaminya.

Tampan, sangat Tampan. /batin Klea

Klea sangat terpana melihat Agil yang mengenakan Tuxedo bewarna hitam, dan di saku jasnya terdapat satu tangkai bunga bewarna putih.

Klea menepuk pelan dada Agil, “Mas, kaget.”

Agil terkekeh lalu ia menarik pinggang ramping Klea agar menghadap dirinya.

“Mas….” ucap Klea cengengesan sambil menunduk

“Kamu masih aja salting sih, dek,” ucap Agil menatap Klea

Klea memberanikan dirinya untuk menatap Agil, dan ia langsung mengalungkan tangannya di leher Agil.

Klea tersenyum manis, sangat manis. Agil menatapnya cukup lekat.

“Kamu cantik banget,” ucap Agil menatap lekat Klea

“Mas juga, ganteng banget.”

Agil lebih mendekatkan tubuhnya dengan tubuh Klea, posisi mereka berdansa kali ini seperti pelukan.

Agil mencium pundak Klea, ia juga menyusuri lehernya. Harum, sangat harum.

“Mas,” panggil Klea

“Iya.”

“Lea masih ngga nyangka kalo kita nikah secepat ini. Lea juga masih ngga nyangka, kalo ternyata suami Lea itu tetangga Lea sendiri. Lucu ya, mas?” ucap Klea terkekeh

Agil menatap Klea, ia tersenyum lalu ia merapikan rambut Klea.

“Mas juga ngga nyangka kalo kamu istri mas,” jedanya

Agil mendekatkan wajahnya kearah telinga Klea, “Mas beruntung punya kamu, dek.”

Hati Klea menghangat saat mendengar perkataan Agil, ia meneteskan air matanya.

“Kok nangis?” tanya Agil yang melihat Klea meneteskan air matanya

Klea menggeleng.

Agil melepaskan tangannya yang berada di pinggang Klea, ia langsung menggenggam kedua tangan Klea.

“Dek, makasih ya? Makasih kamu udah jadi penyemangat mas akhir-akhir ini. Ya walaupun mas tau, mas kadang suka ngilang dan mas suka mendem sendirian. Tapi satu hal yang perlu kamu tau, selain diri mas sendiri yang berhasil buat mas bertahan sejauh ini itu adalah kamu. Kamu, Lea. Kamu salah satu orang yang berhasil buat mas bertahan sejauh ini. Dan mas makasih juga sama kamu, karena kamu mau jadi istri mas. Kamu mau nerima mas apa adanya. Mas janji sama kamu, setelah ini mas akan berusaha lebih keras lagi untuk cari nafkah buat kamu, untuk bahagiain kamu. Sabar ya, dek? Mas bener-bener janji sama kamu, mas bakal bahagiain kamu,” ucap Agil menatap lekat Klea

Klea kembali meneteskan air matanya.

Agil tersenyum lalu ia menghapus air mata perempuan yang ia cintai ini.

“Kamu nangis, kamu tetep aja cantik di mata mas, dek.”

Klea memukul dada Agil, “Apasih….”

Agil terkekeh, lalu ia kembali menarik pinggang Klea dan mendekatkan tubuhnya ke tubuh dirinya.

“Mas,” panggil Klea

Agil menatap Klea lekat, Klea pun sama halnya dengan Agil. Mereka bedua saling menatap lekat satu sama lain, sampai akhirnya– Cup! Klea mengecup bibir Agil.

“Makasih juga ya, mas? Makasih untuk semuanya. Lea juga beruntung banget punya mas, bener-bener beruntung. Mas selama ini selalu ngetreat Lea dengan baik,” jedanya dengan mata yang berkaca-kaca

Klea teringat akan perlakuan mantan pacarnya yang selalu kasar terhadap dirinya. Iya, dia benar-benar sangat beruntung kali ini mendapatkan Agil yang memperlakukan dia jauh lebih baik dari lelaki sebelumnya.

“Makasih, mas….” lanjut Klea memeluk Agil

Agil juga meneteskan air matanya, ia mendekap Klea cukup erat. Sesekali Agil juga mengelus punggung dan menciumi pundak Klea.

“Udah jangan nangis, sayang,” ucap Agil mengelus punggung Klea

Klea melepaskan pelukannya, ia menatap Agil yang menatapnya juga.

Agil tersenyum. Lalu ia mendekatkan wajahnya ke wajah Klea, dan ia langsung mencium serta melumat lembut bibir Klea.

Di sela-sela ciuman mereka berdua, mereka saling meneteskan air mata satu sama lain. Mereka berdua sangat merasa beruntung karena sekarang status mereka sudah menjadi pasangan suami istri. Yang artinya sekarang hidup mereka akan mereka jalani secara bersama-sama, berdua. Dan tentunya dengan buih-buih cinta yang selama ini sudah mereka tanamkan sedari dulu.

Agil melepaskan pagutan bibirnya, “Dek,” panggilnya

Klea tersenyum, “Iya.”

Now, you’re mine. Mas cinta kamu, Lea,” ucap Agil

You’re mine too. Lea juga cinta Mas Agil.”

Agil tersenyum lalu ia mengecup dahi Klea.

“Dek,” panggil Agil lagi

“Iya.”

“Kamu mau punya anak?”

“Mas nanya lagi sih ke Lea,” ucap Klea

Agil menghela napasnya, “Iya kalo kamu mau langsung punya anak ya ayo, kita seringin aja.”

Klea mengernyit sambil cengengesan, “Seringin apa?”

“Iya…. Anu?” ucap Agil kikuk

Klea terkekeh, “Iya setelah Mas ngomong kayak gitu dipikir-pikir juga ya…. gapapa sih kalo kita mau nikmatin masa muda kita dulu. Lea ngga keberatan, kok. Lea juga mau habisin waktu Lea sama mas dulu.”

“Serius?” tanya Agil

Klea tersenyum, lalu ia mengangguk, “Iya, mas. Udah, gapapa kok. Kita nikmatin masa muda kita dulu aja, abis itu kita punya baby deh. Oke?”

Agil terkekeh, lalu ia kembali mengecup bibir merah Klea, “Gemes banget istri mas.”

Agil menatap Klea cukup lekat, “Lea, you’re my end and my beginning.”

Klea tersenyum haru, lalu ia memeluk Agil.

“Jangan pernah tinggalin mas, ya?” ucap Agil

Klea tersenyum dalam pelukan Agil, “Mas juga jangan pernah tinggalin Lea, ya?”

Agil mengangguk, lalu ia mengecup pundak Klea.

“Love you,” ucap Agil

“Love you too.”

Sebuah Alasan Agil Bertahan

Tw // Kekerasan

Setelah mendapat telpon dari Bella, Agil langsung bergegas untuk pulang. Dia juga baru melihat ada beberapa chat dari Ola yang tidak ia balas sama sekali.

Setelah mengantarkan Klea pulang, Agil langsung masuk kerumahnya. Dan benar saja, saat membuka pintu Agil langsung disambut dengan tamparan Ola.

“Ini apa?!” tanya Ola dengan nada yang terdengar sangat marah

Agil melihat apa yang digenggam oleh Ola, lalu mata Agil menatap manik mata Bella yang sedang menatapnya sekarang. Bella terlihat sangat ketakutan, ia mengumpat jauh dari Agil dan Ola.

“Masuk kamar,” ucap Agil pelan menatap Bella

Bella meneteskan air matanya, ia benar-benar sangat takut jikalau Agil akan dipukuli lagi oleh mamanya.

“Bella, masuk kamar….” ucap Agil sekali lagi dengan nada yang hampir tidak terdengar sama sama sekali

Bruk! Agil terhempas menubruk meja ruang tamunya karena Ola dengan tiba-tiba saja mendorong Agil.

Bella menutup mulutnya, ia menangis sejadi-jadinya.

“BELLA MASUK KAMAR!” teriak Agil

Agil meneteskan air matanya melihat Bella yang menangis dan langsung berlari kearah kamarnya.

Ola kembali memukuli Agil secara abis-abisan, Agil hanya terdiam di bawah sana sambil meneteskan air matanya. Ia menahan rasa sakitnya karena luka lamanya belum sembuh sama sekali.

“Ma….”

“INI APAAN, AGIL?! APA KAMU TIDAK PERNAH MENDENGARKAN OMONGAN SAYA, HAH?! SAYA NGGA AKAN PERNAH IZININ KAMU JADI PILOT! KAMU BERANI BERANINYA YA MENENTANG SAYA?!”

Agil menangis sejadi-jadinya, ia tidak tahu harus berbuat apa. Agil tidak peduli jika ia lelaki, lelaki yang menangis. Agil sudah tidak kuat menahan rasa sakitnya, maka dari itu ia menangis.

Ola memukuli Agil lagi, “NANGIS TERUS, NANGIS TERUS. KAMU BANCI, HAH?! BISANYA NANGIS, NANGIS. BISA-BISANYA YA SAYA PUNYA ANAK LEMAH SEPERTI KAMU!”

Jujur, Agil sudah benar-benar tidak kuat kali ini. Ia menggigit bibir bawahnya dan mencengkram lengannya sendiri.

“Ma…. sakit, ma….” rintih Agil

Ola menghentikan aktivitasnya, lalu ia mengeluarkan sesuatu dari dalam saku celananya.

Agil kaget, ia sangat kaget melihat apa yang dipegang oleh Ola.

Agil menggeleng kecil, “Ma… jangan…”

“Buat apa kamu masih nyimpen hp masmu, gil? Ini udah ngga ada apa-apanya!”

Agil menggeleng, ia masih saja mengeluarkan air matanya.

“Itu penting buat Agil, ma….”

Ola terkekeh, “Penting?”

Sedetik kemudian— Prakk! Ola membanting handphone Galang.

Agil yang melihat itu langsung mengerahkan seluruh tenaganya untuk mengambil handphone Galang, karena Agil tahu betul pasti yang akan Ola lakukan selanjutnya adalah menghancurkan handphonenya Galang.

Benar saja, sebelum Agil berhasil mengambil handphone itu, Ola sudah berhasil menginjak-injaknya dengan keras. Agil langsung menarik paksa kaki Ola dan langsung melindungi handphone Galang dengan kedua tangannya.

“MINGGIR!”

Agil menghiraukan ucapan Ola, ia sangat meringis kesakitan karena Ola tetap saja menginjak-injaknya. Iya, Ola menginjak-injak tangan Agil karena Agil melindungi handphone Galang dengan tangannya.

Brak! Suara pintu rumah terbuka, menampakkan Tiff, Klea, dan— Ajeng.

“MAMA!” teriak Ajeng

Ajeng langsung berlari kearah Agil yang tersungkur di bawah sana dengan tangan yang berdarah darah karena Ola menginjak-injak tangannya Agil.

Klea menutup mulutnya, ia langsung meneteskan air matanya melihat Agil dengan kondisi yang sangat mengenaskan. Tanpa Agil sadari, baju putihnya terkena sedikit darahnya yang keluar dari pelipisnya dan belakang tubuhnya.

Agil tersenyum getir kearah Klea, Klea bisa melihat Agil mengatakan sesuatu kepadanya.

“Mas gapapa…” ucap Agil dengan suara yang tidak terdengar sama sekali

“SEHARUSNYA TUH KAMU SADAR DARI DULU! MAS GALANG UDAH NGGA ADA! MAS GALANG UDAH NINGGALIN KITA SEMUA! DAN KAMU DENGAN ENAKNYA NABUNG BUAT JADI PILOT, APA KAMU LUPA GIL APA YANG BUAT MAS GALANG MENINGGAL, HAH?! MAS GALANG MENINGGAL KARENA KECELAKAN PESAWAT! KAMU LUPA? KAMU LUPA, HAH?!” ucap Ola dengan nada yang sangat keras

Agil dan Ajeng menangis sejadi-jadinya di bawah sana.

Perkataan Ola benar, Galang sudah meninggal 1 tahun yang lalu karena kecelakaan pesawat. Tepat 1 tahun di hari ulang tahunnya kemarin.

Ola menghampiri Agil, lalu ia menendangnya.

“Ma…” ucap Ajeng menangis menatap Ola dan langsung memeluk Agil

“Kamu tahu kesalahan terbesar yang saya buat selama hidup saya apa? KESALAHAN TERBESAR SAYA SELAMA HIDUP SAYA ADALAH PUNYA ANAK SEPERTI KAMU, AGIL!”

Plak! Ola langsung terdiam setelah berteriak. Iya, Tiff menamparnya.

“Bisa ya kamu ngomong kaya gitu ke anak kamu, Ola. Agil anak kamu. Kamu kenapa jadi kayak gini, sih? Kamu kasar sama Agil. Kamu liat dong, liat apa yang udah kamu perbuat tuh. Agil berdarah-darah, la. Kamu dengan teganya mukulin darah daging kamu sendiri sampe kayak gitu, otak kamu dimana?! Apa Agil pernah marah sama kamu? Apa Agil pernah bentak kamu? Ngga, kan? Agil kayak gini aja masih tetep sabar ngehadapin orang tua macam kamu. Semua ini karena apa? Karena Agil sayang sama kamu. Kamu sampe sekarang belum bisa nerima takdir, la. Inget la, inget. Galang udah tenang diatas sana. Dan itu semua udah takdir, udah takdir yang Tuhan susun buat Galang. Kamu takut kehilangan Agil karena dia mau nerusin pekerjaan masnya? Kamu takut Agil akan sama seperti Galang nasibnya? Aku tekanin ke kamu, la. Takdir ngga ada yang tau.”

Ajeng berdiri dari posisinya, ia menatap Ola, “Mama keterlaluan, mama tega sama Agil. Kalo kayak gini terus aku bisa aja bawa Agil pergi dari rumah ini, Bella juga bakal aku bawa. Mama jahat, Ajeng benci sama mama.”

“Agil ayo bangun, kita ke kamar,” ucap Ajeng menarik pelan lengan Agil

Agil menatap sendu Ajeng, “Sakit, mba….”

Ajeng benar-benar tak kuasa menahan tangisnya, ia berlutut menyetarai Agil yang terkulai lemas duduk di bawah sana.

“Klea, tolong bantuin mba,” ucap Ajeng menatap Klea

Detik itu juga Klea langsung menghampiri Ajeng dan Agil, lalu mereka berdua langsung menuntun Agil secara perlahan menuju kamarnya.

Tiff menghela napasnya, “Jujur la, kemarin aku nampar Klea juga. Tapi demi apapun, aku nyesel ngelakuin itu. Dan aku juga masih punya hati la, aku ngga akan pernah pukulin anak-anak aku sampe berdarah-darah. Kamu emang udah bener-bener keterlaluan, la. Aku tau kamu sayang sama Agil, tapi caranya ngga kayak gini. Ini sama aja kayak kamu bunuh Agil secara perlahan, kamu nyiksa dia, dan itu bukan sayang namanya. Agil ngga pernah cerita kan la sama kamu apa yang dia pikirin, apa yang dia rasain? Ya karena semua ini sumbernya dari kamu. Tapi dengan hebatnya dia ngga pernah nyalahin kamu, malah dia bilang kalo kamu lagi nyayangin dia. Kemarin aku hampir kehilangan Agam, dan Agil yang berhasil bawa anak aku kembali lagi, la. Aku gamau hal itu terjadi lagi, aku takut kehilangan anak-anakku. Kamu jangan pernah nyesel la kalo kamu nanti bakal kehilangan anak kamu satu persatu, liat aja kelakuan ibunya sendiri kayak gimana sama anak-anaknya. Aku harap kamu ngga nyesel ngelakuin ini sama Agil. Aku kecewa la sama kamu,” ucap Tiff yang detik itu juga langsung pergi keluar dari rumah Agil

Di sisi lain, Ajeng, Klea, dan Bella sedang mengobati luka Agil.

Sedari tadi pandangan Agil kosong entah menatap apa. Klea yang menyadarinya sedari tadi langsung memanggil Agil.

“Mas?” panggil Klea

Agil meneteskan air matanya, “Hp Mas Galang rusak diancurin mama.”

Ajeng menatap nanar adiknya, ia mengelus rambut adiknya secara perlahan.

“Mba tau kan alasan Agil ngelakuin itu? Karena itu satu-satunya alasan Agil bertahan sampe sekarang, mba. Agil kalo ngelakuin itu Agil ngerasa Mas Galang masih ada di samping Agil,” jedanya

Klea tak kuat menahan tangisnya, dadanya terasa sangat sesak.

“Tapi semuanya udah hilang…. udah lenyap…. gaada lagi yang bisa Agil lakuin. Mba…. Agil kangen Mas Galang….” ucap Agil yang langsung menangis detik itu juga

Ajeng langsung memeluk Agil, ia mengusap secara perlahan punggung adiknya.

“Sakit, mba…”

“Mas coba buka bajunya,” ucap Bella

Agil menggeleng, “Ngga mau.”

Bella menatap Ajeng, “Mas Agil juga waktu itu dipukulin ayah, mba.”

“Bella…” panggil Agil

“Mamah juga mukulin Mas Agil waktu itu,” lanjut Bella dengan suara yang agak bergetar

Agil menghela napasnya secara kasar.

“Gil, buka bajunya.”

“Ngga mau. Agil belum sah jadi suami Lea, belum muhrim.”

“Lo masih aja bisa bercanda lagi kaya gini, gil,” ucap Ajeng kesal

“Gue ngga bercanda.”

“Lo berdua sebentar lagi nikah, udah buka cepetan.”

Agil tidak membalas perkataan Ajeng, lalu ia langsung membuka bajunya. Betapa kagetnya Ajeng dan Klea saat melihat banyak memar memar di punggung Agil.

“Udah gue buka, jangan pada nangis.”

Tentang Agil dan Lukanya

Klea melangkahkan kakinya tergontai-gontai di lorong rumah sakit. Sudah lebih dari seminggu Agam tidak sadarkan diri, darahnya juga belum ketemu karena golongan darah Agam cukup langka dan jarang ada di beberapa rumah sakit.

Keadaan Klea sekarang sangat berantakan, wajahnya terlihat sangat lesu karena dari kemarin belum ada nasi sama sekali yang masuk ke tubuhnya. Mata ia berkunang-kunang, pandangannya sedikit menggelap. Ia memegangi kepalanya, ia merasa ia tidak bisa mengimbangi tubuhnya dan— Bruk! Klea terjatuh, tapi untungnya ada seseorang yang berhasil menangkap dirinya.

“Dek?” ucap seseorang itu

Klea tau panggilan itu. Ia melihat wajahnya, wajah seseorang yang sangat ia butuhkan saat ini.

“Mas Agil….” ucap Klea yang sedetik kemudian langsung kehilangan kesadarannya

Klea membuka matanya, ia terbaring di kasur rumah sakit dengan selang yang menancap di punggung tangannya. Ia memijit pelipisnya, ia merasakan kepalanya sangat pusing.

Klea menoleh kearah pintu ruangannya karena ada seseorang yang masuk, ternyata itu Saka.

“Klea, udah sadar?” tanya Saka

“Agam gimana?”

Saka terdiam sejenak, “Masih sama Klea, belum sadar.”

Hati Klea terasa begitu sakit. Klea rindu Agam, sangat rindu.

“Tapi gue punya kabar baik buat lo,” ucap Saka

“Apa?”

“Darah buat Agam udah ketemu, Klea. Dokter bilang juga Agam udah sedikit membaik, walaupun belum sadar.”

Klea meneteskan air matanya, “Dapet darimana?”

Saka tersenyum, “Ada orang yang dateng donorin darah buat Agam, lo kenal orang itu.”

Klea mengernyit, “Siapa?”

Klea menoleh kearah jendela setelah Saka menunjuknya kearah sana, ia kaget melihat Agil yang berbaring di Sofa putih dekat jendela.

“Agil yang donorin darahnya buat Agam. Agil punya darah AB-, sama kayak Agam. Tadi juga waktu lo pingsan Agil yang bopong lo, terus abis ambil darah dia bilang mau temenin lo disini. Lo ngga sadar ya kalo daritadi Agil nemenin lo disini?” ucap Saka

Klea menggeleng kecil dan kembali meneteskan air matanya, ia menatap Agil yang tidur terlelap disana.

Mas, kenapa Mas Agil sebaik ini sama Lea? /batin Klea

Saka menghela napasnya, “Lo berdua tuh sama sama beruntung. Lo berdua tanpa status, tapi komitmennya kenceng banget. Lo tau ngga sih, setiap Agil ketemu sama gue sama Dito, dia ceritain semua hal tentang lo. Hal kecil banget aja dia ceritain,” jedanya

Klea tersenyum.

“Dia sesayang itu Klea sama lo. Agil berubah total semenjak dia deket sama lo. Agil lebih banyak senyum, beda dari sebelum-sebelumnya,” lanjut Saka

“Maksudnya beda dari sebelum-sebelumnya, apa?” tanya Klea kebingungan

Saka terdiam, ia tersenyum getir, “Asal lo tau, sebelum hadirnya lo di hidup Agil, Agil hancur banget Klea. Lo pasti tau kan maksud gue?”

Klea mengangguk kecil.

“Tapi Agil jago nyembunyiin semuanya, dia terlihat baik-baik aja di depan semua orang. Padahal aslinya lemah, butuh sandaran,” jedanya

Saka menghela napasnya, “Agil udah mendem semuanya dari lama. Gue kasian sama Agil, dia pasti butuh lo banget, Klea.”

Klea terheran-heran dengan ucapan Saka, ia tidak mengerti apa yang Saka maksud.

“Apa Agil pernah cerita tentang keluarganya ke lo?” tanya Saka

Klea berpikir sejenak, lalu ia menggeleng.

Saka terkekeh, “Udah gue tebak, Agil pasti gaakan cerita ke lo. Karena dia tau, kalo dia terlihat lemah di depan lo, yang bakal nguatin lo siapa?”

Klea meneteskan air matanya, hatinya mencelos mendengar perkataan Saka.

“Waktu itu, Agil ngabarin gue sama Dito kalo Agam kecelakaan. Tapi pas Agil mau berangkat liat keadaan lo sama Agam, Bella nelpon Agil. Bella bilang, Ayahnya pulang, mukulin tante Ola. Abis itu Agil bilang ke gue sama Dito, dia nyuruh gue sama Dito buat jagain lo sama Agam. Klea…. Agil dipukulin abis-abisan sama Ayahnya. Ditambah lagi, kalo setiap Ayahnya pulang, penyakit tante Ola bakal kambuh. Tante Ola juga bakal mukul Agil terus terusan, karena dia suka halusinasi kalo Agil itu suaminya. Jadi segala emosi tante Ola yang dipendam itu dilampiasin semua ke Agil, karena tante Ola ngga berani lawan suaminya.”

Klea menutup mulutnya dengan tangan kirinya, ia menahan isak tangisnya.

Jadi selama ini, selama ini dia nguatin gue sedangkan dia sendiri juga butuh dikuatin? /batin Klea

“Lo kaget? Gue udah ngga bisa nahan semua ini dari lo. Agil butuh lo Klea, Agil butuh lo. Sekarang balik lagi ke ucapan gue tadi, Agil jago nyembunyiin semuanya, nyembunyiin perasaannya.”

Klea menangis dalam diam, hatinya seperti ditusuk ribuan jarum. Ternyata hidup Agil lebih berat dari dirinya, tapi Agil selalu terlihat baik-baik saja.

“Agil itu sabar banget orangnya, dia juga pinter nguatin dirinya sendiri. Keliatannya gitu, tapi sebenernya gue juga gatau, apa dia kuat nguatin dirinya sendiri. Gue pernah nangis saking sakitnya ngeliat permasalahan hidup Agil. Agil selalu bilang sama gue sama Dito, tante Ola itu ngga mukulin Agil. Tapi tante Ola lagi nyayangin Agil, lagi elus elus Agil, padahal Agil digebukin abis-abisan. Gue gatau kenapa Agil sekuat itu,” jeda Saka dengan mata yang berkaca-kaca

Klea menatap Agil yang terlihat sangat damai dalam tidurnya, Klea memukul-mukul dadanya karena terasa sangat sakit.

“Agil bilang ke lo ya kalo seminggu yang lalu dia nyusun skripsi? Dia ngga nyusun skripsi Klea, dia kerja. Dia kerja nabung buat sekolah penerbangannya nanti, Agil mau jadi Pilot katanya. Dia juga bilang ke gue, uang tunjangan tiap bulan dapet terus, padahal Om Danendra udah meninggal 7 tahun yang lalu. Agil gapernah mau pake duit tunjangan buat sekolah penerbangannya nanti, dia bilang ke gue itu juga buat masa depannya Bella. Agil hebat ya? Hebat banget, gue baru nemuin orang sehebat dia dan sekuat dia,” ucap Saka yang meneteskan air matanya

“Cillo…” ucap Klea sesegukan

Saka menatap Klea yang sedang menangis, “Kucing yang Agil beliin buat lo itu pake duit tabungan dia Klea, itu juga hasil kerja keras dia sendiri. Dia rela ngga nabung, demi bikin lo seneng.”

Klea lagi lagi menangis dalam diam.

Saka melihat handphonenya sekilas, lalu ia langsung bangkit dari duduknya, “Klea, gue harus pulang. Lo tenang ya, disini aja tunggu Agil bangun. Agam udah ada yang jagain. Ada papah lo, mamah lo, Kala, Wawa, sama Dito.”

Klea menghapus air matanya, ia mengangguk, “Makasih ya, kak? Kalo lo ngga ngasih tau gue semuanya mungkin Mas Agil bakal seterusnya bersikap baik-baik aja di depan gue.”

Saka tersenyum kecil, “Iya, sama-sama. Sekarang gue minta sama lo, ya? Jangan pernah tinggalin Agil, lo juga harus tetep di samping dia, ya? Agil butuh lo, sangat butuh lo.”

Klea mengangguk.

“Yaudah gue balik dulu, Assalamualaikum.”

“Waalaikumsalam.”

Setelah melihat Saka melenggang pergi, Klea langsung menatap Agil yang masih tidur terlelap disana.

“Mas…. maafin Lea…. Lea ngga pernah sadar selama ini. Lea janji, Lea bakal ada di samping mas terus. Mas… Lea sayang banget sama Mas Agil.”

Secondly

“Mas?” panggil Klea

Agil menoleh setelah ia menutup tasnya, “Cepet banget, terbang ya ke bawah?”

Klea mengangguk, “Iya, terbang tadi tuh dari jendela,” ucapnya menunjuk jendela kamarnya

Agil tersenyum, ia mengacak acak rambut Klea.

“Gimana, mas? Barangnya udah di bawa semua? Gaada yang kelupaan, kan?” tanya Klea

“Ada, ada yang kelupaan.”

Klea mengernyit, “Apa?”

Agil menarik tangan kanan Klea, lalu ia memasangkan sebuah cincin bewarna silver di jari manisnya.

Klea mengerjapkan matanya, ia menatap Agil, “Ini apa?”

“Cincin. Mas lupa, waktu itu kayak ada bazar gitu di deket kampus. Terus mas liat ada yang jual pernak pernik. Mas liat ada cincin, dan bisa diukir gitu. Mas kepikiran kamu, yaudah mas beli,” jedanya

Agil menunjukkan tangan kanannya, tepatnya ia memperlihatkan sebuah cincin yang melingkar juga di jari manisnya, “Nih, mas juga punya. Di belakang cincinnya ada ukiran nama Lea sama mas. Yang Lea pake ada ukiran nama mas, kalo yang mas pake ada ukiran nama kamu.”

Klea memperhatikan cincin yang Agil beri, ia sangat terharu. Lalu ia menatap lekat Agil, dan menatapnya dengan tatapan sendu.

“Mas… makasih, ya?” ucap Klea

Agil tersenyum manis, “Sama-sama. Nanti kalo Lea kangen sama mas, liat cincin itu aja, ya? Mas juga gabisa janji sama kamu kalo nanti kita bakal telponan terus, pasti mas bakal sibuk banget Lea. Maaf, ya?”

Klea tersenyum, ia mengusap lengan Agil, “Iya gapapa, mas. Lea ngerti, kok. Tapi kalo ada apa-apa bilang ya sama Lea?”

Agil mengangguk, “Iya, sayang.”

Klea cengengesan, mukanya memerah seketika.

“Yaudah, mas berangkat ya?”

“Iya.”

“Mau peluk ngga?” tanya Agil

Klea menggaruk tengkuk lehernya yang tidak gatal, “Ya… ya mau.”

Agil terkekeh, lalu ia langsung membawa Klea ke dekapannya.

Sesekali Agil mengecup pucuk kepala Klea, Klea yang merasakan itu tersenyum bahagia.

“Jangan lupa jaga kesehatan juga, ya. Mas sayang banget sama kamu, Lea.”

Klea mengangguk dalam dekapan Agil, “Mas semangat yaaa…”

“Iya, harus. Makasih, ya?”

Klea lagi lagi menganggukan kepalanya.

Mereka berdua melepaskan pelukannya, lalu Agil langsung pamit untuk berangkat. Tapi sebelum Agil berangkat, ia mengatakan sesuatu kepada Klea.

“Oh iya, Cincin aslinya nanti kalo kita udah nikah, ya? Nanti mas beliin yang lebih bagus dari itu, yang lebih mahal, oke?” ucap Agil

Klea terkekeh, “Iyaiyaaa, massss.”

Klea tersenyum melihat Agil yang sudah berada di atas motornya dan siap untuk berangkat, “Hati-Hati.”

Agil mengangguk, “Udah ya? Dadahhhhh.”

Klea tersenyum getir melihat Agil yang sudah jauh melenggang pergi, ia merasa sangat sedih ditinggal seperti ini. Padahal hanya ditinggal ke kosan saja, tapi entah rasanya sesedih ini. Ia baru ingat kalau ia pernah mengatakan sayang kepada Agil waktu mati lampu pas itu. Klea sayang sama Agil, sangat sayang. Ia menatap Cincin yang Agil beri untuknya, lalu ia mengecupnya perlahan.

“Lea juga sayang banget sama Mas Agil.”

Ola dan Tiffany melihat semua itu dari jendela rumahnya masing-masing, mereka tersenyum senang melihat kedua anaknya ternyata saling mencintai dan menyayangi satu sama lain.

Mas, Selamat Ulang Tahun

Malam ini, pukul 23.30 malam. Agil, Ola, Ajeng, dan Bella sudah terduduk manis di kursi meja makan. Hal yang biasanya keluarga pak Danendra lakukan ketika salah satu anggota keluarganya sedang berulang tahun adalah, merayakannya di meja makan pada malam hari sebelum tanggal ulang tahun itu tiba. Iya, tiup lilin akan dilakukan tepat pada pukul 12 malam. Bersama-sama, di meja makan. Di meja tersebut sudah tersedia kue ulang tahun bewarna putih yang bertuliskan, Selamat Ulang Tahun Mas Galang.

Ola tersenyum melihat ketiga anaknya yang sedang bercanda gurau di depan sana.

“Mama ih, Mas Agil ngeselin banget!” ucap Bella kesal

“Emang gua apain lu sih, bel?”

“Ya mas ngeledekin bias aku mulu, udah tau dia ganteng, dibilang jelek mulu,” ucapnya ketus

Ajeng terkekeh, ia menggeleng-gelengkan kepalanya, “Mana coba mba liat, seganteng apa kesukaan Bella itu.”

“Ih mba… kan udah liat di kamar aku. Bella kan nempelin poster tuh di kamar.”

“Ngga boleh nempelin poster tau di kamar,” ucap Agil

Bella menatap Agil, “Kenapa gitu? Mas gausah ngelarang-larang, deh.”

“Dih, ngga percaya. Nanti kalo tengah malem dia bakal muncul, terus ngeliatin lu gitu,” ucap Agil menakuti Bella

“Mas…” panggil Ola

Agil menoleh kearah Ola, ia terkekeh pelan.

Bella terdiam, ia masih terlihat mencerna perkataan Agil. Ia tiba-tiba merinding, bagaimana jika yang dikatakan Agil benar?

“Udah ngga usah dengerin mas Agil, dia mau nakut-nakutin Bella doang,” ucap Ajeng menatap Bella

Bella langsung menatap Agil yang terkekeh di sana dengan tatapan sinis.

Tapi kayaknya emang bener sih. /batin Bella

“Udah, udah. Ini udah jam berapa? Kok mas Galang belum pulang juga ya?” ucap Ola menatap kearah pintu rumahnya

Suasana hening seketika, Agil menatap Ajeng dan Bella secara bergantian.

“Kalian udah ngabarin mas Galang, kan?” tanya Ola

Ajeng menatap Agil cukup lama, Agil hanya terdiam menunduk.

Mas… Agil harap mas dateng ya, mas pulang. /batin Agil

Suasana kali ini benar-benar hening, hanya terdengar suara jarum jam yang berdenting. Mereka berempat sama-sama terdiam sedari tadi sambil menatap kue ulang tahun yang berada di tengah-tengah meja makan.

Setelah menunggu beberapa menit, terdengar suara ketukan pintu dan terlihatlah Galang diambang pintu sana.

“Assalamualaikum….”

Agil, Ajeng, dan Bella menatap Ola yang menoleh kearah pintu.

Di sana, Galang masih lengkap mengenakan pakaian Pilotnya dan menenteng sebuah koper yang cukup besar. Ia menatap keluarganya yang menatapnya juga. Ia rindu, sangat rindu dengan keluarganya.

“Waalaikumsalam, mas….” ucap Ola

Galang menghampiri Ola, ia langsung berlutut di hadapannya.

“Ma, maafin mas…” ucap Galang mencium kedua kaki Ola

Ola tak kuat menahan tangisnya, tangannya terulur begitu saja mengelus pucuk kepala dan punggung sang anak yang sudah lama tidak menginjakkan kakinya di rumah ini.

Agil meneteskan air matanya. Sama halnya dengan Ajeng dan Bella, mereka juga tak kuasa menahan tangisnya.

“Mas… gapapa mas, gapapa. Mama seneng banget mas pulang sekarang, mas masih punya waktu buat ngerayain ulang tahun mas di sini sama mama sama adik-adik mas,” ucap Ola mengusap wajah anak pertamanya

Galang tidak tahu harus berkata apa, ia hanya menangis terus-terusan.

“Liat, adik-adik mas di sana nungguin kamu pulang. Mereka selalu kangen sama kamu, mas…” ucap Ola

Galang menatap ketiga adiknya dengan tatapan sendu. Mulai dari Ajeng, Bella, dan— Agil, sang adik kesayangannya.

Galang tersenyum getir, “Maafin mas, ya? Ini mas pulang, sesuai permintaan kalian….” ucap Galang menatap ketiga adiknya

Ajeng, Agil, dan Bella hanya terdiam. Mereka tidak membalas ucapan Galang sama sekali.

“Udah ya, sekarang mas duduk. Sebentar lagi udah mau jam 12,” ucap Ola mengelus lengan Galang

Galang menghapus air matanya, ia menghela napas sebentar lalu ia langsung duduk di kursi meja makan. Galang menatap kue ulang tahun yang sekarang tepat berada di hadapannya, ia terkekeh lalu ia menatap Agil.

Agil selalu inget apa yang gue suka. /batin Galang

“Udah?” tanya Agil

“Udah, ayo Bella nyalain lilinnya,” ucap Ola

Bella menghapus air matanya yang sedari tadi turun begitu saja, ia mengambil korek lalu menyalakan lilin tersebut.

“Makasih, dek,” ucap Galang

Ola tersenyum, “Ayo, kita nyanyi dulu.”

Mereka semua tersenyum lalu menyanyikan lagu Selamat Ulang Tahun.

Happy Birthday To You, Happy Birthday To You, Happy Birthday Happy Birthday, Happy Birthday To You…

Tiup lilinnya, Tiup lilinnya, Tiup lilinnya sekarang juga, sekarang juga, sekarang juga…..

Ajeng menghela napas beratnya, “Mas…. Make a wish dulu ya sebelum tiup lilin.”

Galang tersenyum, lalu ia langsung berdoa dalam hati untuk dirinya sendiri. Setelah berdoa cukup lama, Galang terdiam menatap lilin yang menyala di atas kuenya.

Galang menghela napasnya, “Mas berdoa juga, semoga keluarga mas selalu sehat terus, selalu bahagia terus, dan selalu dalam lindungan Allah,”jedanya

Galang menatap Ola, “Ma, mama sehat sehat terus ya ma? Galang sayang banget sama mama. Dan satu hal yang perlu mama tau, mama masih punya Ajeng, Agil, dan Bella.”

“Ajeng… peran kamu sangat penting sekarang. Mas harap kamu bisa ngedidik adik-adik kamu dengan baik, ya?”

“Bella, nurut ya sama Mama, Mba Ajeng, sama Mas Agil? Mas Agil bilang ke mas kalo kamu main hp mulu, nonton sampe lupa waktu, dan jajan album terus. Bella boleh kok minta apapun, ngelakuin apapun itu, tapi tolong tau waktu dan tau batas ya, bel? Bella juga jangan lupa sholat, jangan ditinggalin.”

“Agil….” panggil Galang

Agil menatap lilin kue yang sedari tadi sudah meleleh, ia kembali meneteskan air matanya.

Galang menatap lekat adik kesayangannya ini,“Agil, Agil harus kuat ya? Agil harus semangat. Agil boleh ngeluh capek, tapi jangan terus-terusan ya, gil? Kalo ada pikiran yang buat Agil kacau, Agil bisa cerita ke mas. Mas selalu ada buat Agil. Gil, buat masa depan kamu mas yakin nanti mama bakal izinin kamu buat jadi pilot. Agil jangan pusing pusing mikirin yang lain ya, gil? Agil fokus aja jalanin hari-hari Agil, Agil juga harus kuatin tekad buat ngeraih masa depan dan cita-cita Agil. Mas yakin, kamu pasti bakal jadi pilot nanti.”

Galang kembali meneteskan air matanya. Setelah dirasa sudah cukup memberikan kata-kata untuk orang-orang yang ia sayang, Galang menghela napasnya secara perlahan lalu ia langsung meniup lilinnya.

Jantung Agil berdetak sangat cepat. Lagi lagi Agil meneteskan air matanya, ia masih terus menatap kue dari lilin yang masih menyala sampai lilin mati tertiup.

“Aamiin,” ucap mereka serentak Agil masih saja terdiam.

“Mas! Bengong mulu kerjaannya,” ucap Bella memukul lengan Agil

“Tau nih, kalian juga. Mas nya pulang bukannya di sambut terus di peluk. Ngapain gitu, malah pada bengong aja dari tadi,” ucap Galang kesal menatap ketiga adiknya

Mereka semua terkekeh.

“Ihhhh, mas Galang ngambekkk masa…” ledek Bella

Galang memasang muka acuhnya, “Huh! Iya, mas ngambek.”

Agil berdecih, “Udah gede juga, gatau malu banget.”

“Kok songong?! Udah ah mas males,” jeda Galang

Galang mengambil sesuatu yang berada di kolong meja, lalu ia memberikan sebuah paperbag yang entah isinya apa ke Ajeng.

“Karena cuma Ajeng yang ngga ngeledekin mas, mas kasih hadiah cuma buat Ajeng aja,” lanjutnya

“KOK CURANG?!” teriak Bella dan Agil

“Sstttt, udah lo berdua diem ya,” ucap Ajeng

Ajeng membuka paperbag tersebut, dan betapa kagetnya ia melihat isinya, “Mas?! Astaga, sumpah ini lo beliin gue Skincare?!”

Galang mengangguk, “Iya, katanya lo mau Skincare itu.”

“Tapi ini kan, yaallah massss, ini mahal banget.”

Bella dan Agil penasaran, ia menghampiri Ajeng dan melihat apa itu isinya. Iya benar saja, itu adalah Skincare yang sangat diinginkan oleh Ajeng. Dan ya, harganya terbilang cukup mahal karena dari Brand ternama.

“Yang bener aja, mas? Masa cuma mba Ajeng doang yang dibeliin, Bella manaaaaa?” ucap Bella menatap Galang

Galang terkekeh, ia sangat gemas melihat tingkah laku adik kecilnya ini, “Sini, sini. Mas bercanda, mas ngga cuma beliin buat mba Ajeng doang, kok.”

Bella langsung menghampiri Galang, ia melihat Galang mengeluarkan sesuatu dari paperbag. Bella melongo, matanya sangat berbinar melihat sesuatu yang Galang beri untuknya.

“MASSSS!!!!!!” teriak Bella

Agil menoyor kepala Bella, “Berisik, bocah!”

Bella hanya menatap Agil dengan tatapan sinis.

“Mass yaallah, sumpah dibeliin album?! AAAAAA, MAS GALANG MAKASIHHHH,” ucap Bella girang dan langsung memeluk Galang

“Iyaiya, dek, sama sama. Ini mas beliin langsung di Korea pas mas Landing di sana.”

Bella tersenyum, ia sangat senang akhirnya album yang sangat ia inginkan dibelikan juga oleh Galang.

Agil menghela napasnya dengan kasar. Ia kesal, sangat kesal. Dirinya tidak diberikan apapun oleh Galang.

Galang menatap Agil yang memasang muka masamnya, “Gil, kenapa?”

“Pake nanya lagi?” jawab Agil ketus

“Mama aja ngga gue kasih apa-apa biasa aja, tuh.”

“Iya itu mama, beda sama gue.”

Galang terkekeh, ia menyeruput tehnya lalu ia mengeluarkan sebuah box yang cukup besar.

Agil melongo, melihat apa yang baru saja dikeluarkan oleh Galang, “Mas?”

“Ini, mas beliin buat Agil. Mas ngga lupa kok sama Agil.”

Mata Agil berbinar, ia tidak menyangka bahwa Galang akan membelikannya sebuah Ps4 yang sedari lama ia inginkan.

“Mas? Ini serius?” tanya Agil tak percaya

“Iya serius, lah. Itu buktinya ada di depan lo, kan?”

Agil benar-benar tidak menyangka kali ini, keinginannya benar-benar dituruti oleh Galang.

Galang tersenyum, “Mas harap kalian bertiga seneng ya sama apa yang mas kasih, mas ngerasa kerja keras mas ngga sia-sia kalo kalian seneng.”

Agil, Ajeng, dan Bella tersenyum bahagia.

“Iya, mas. Makasih banyak ya?”

Galang lagi lagi mengeluarkan senyum khasnya. Ia sangat senang bisa berkumpul dengan keluarganya saat ini, ya walaupun tanpa bapak. Tapi baginya, setiap momen di hari perayaan ulang tahun ini tidak akan bisa terlupakan.

“Ma,” panggil Galang

Agil, Ajeng, dan Bella menoleh saat Galang memanggil Ola.

“Iya, mas. Kenapa?”

Galang menghela napas, “Galang ngga bawain mama apa-apa, Galang sengaja. Galang udah rencanain buat ajak mama pergi, jalan-jalan. Mama mau?”

Ola terdiam sejenak.

“Kita ngga diajak, mas?” tanya Adik-adiknya

Galang menggeleng, “Engga. Kalian kan udah mas kasih kemauan kalian, mama belum mas kasih apa-apa. Tapi, mas udah ngatur semuanya kok, mas bakal ajak kalian satu-satu pergi jalan-jalan. Tapi nanti, itu juga kalo mas udah dapet rezeki yang banyak ya….”

Mereka semua mengangguk paham.

“Ma, gimana? Mau?” tanya Galang sekali lagi

Ola tersenyum, lalu ia mengangguk, “Mau, mas.”

“Yaudah. Nanti kalo udah waktunya, Galang kabarin mama, ya?”

Ola mengangguk dan tersenyum kembali.

Malam ini, keluarga pak Danendra berhasil berkumpul bersama lagi. Mereka saling menukar rasa rindu yang terpendam cukup lama. Walaupun sudah tengah malam, mereka masih saja berbincang bincang dan bercerita tentang hal-hal yang lucu. Betapa bahagianya keluarga ini, lebih bahagia lagi jika anggota keluarga ini lengkap seperti sedia kala.

Agil tersenyum getir, ia tersadar melihat Bella yang tiba-tiba saja menangis.

“Bella, kenapa?” tanya Ajeng

Bella menangis sesegukan, “Mas G-galang, Mas Galang pulang….”

Ajeng juga tak kuasa menahan tangisnya, ia langsung membawa Bella ke dekapannya, “Iya, bell. Mas Galang pulang…. jangan nangis, mas Galang kan ada di sini sama kita.”

Perasaan Agil sangat campur aduk sekarang, antara senang dan sedih bercampur menjadi satu.

Mas, makasih udah nyempetin pulang ya? /batin Agil

“Mas, selamat ulang tahun.”

Malam ini, pukul 1.30 malam Agil menuju kerumahnya untuk pulang. Iya, tepat pada hari ini Agil telah lulus dari sekolah penerbangannya setelah 1 tahun lamanya.

Agil tersenyum, ia menatap jalanan yang sepi dari kaca mobil yang melaju dengan kecepatan sedang.

Ma, Mas, Agil berhasil.... /batin Agil

Agil tersadar, ia mendengar bahwa handphonenya berdering. Ternyata itu Ajeng.

Halo,

Iya mba, kenapa?” tanya Agil

Klea panas gil badannya, dia juga lemes. Barusan gue kompres, lo kapan pulang?

Gue lagi dijalan kok, tapi lo jangan bilang bilang dia kalo gue pulang sekarang,” ucap Agil

Iya.

Kini, Agil telah sampai di rumahnya. Setelah bertukar rindu dengan Bapak, Ajeng, dan Bella, Agil langsung menuju kamarnya.

Ceklek! Agil membuka pintu kamarnya. Ia rindu kamar ini, sangat rindu. Terutama pada seseorang perempuan cantik yang sekarang tengah berbaring di kasur menghadap jendela sana.

Agil menaruh sesuatu di rak meja samping tempat tidurnya. Agil menaiki kasur dan melihat wajah perempuan yang sangat ia rindui. Agil mengecup pipinya secara perlahan, dan ia juga mengelus rambutnya.

Klea yang merasa bahwa ada yang mengelus-elus rambutnya ia langsung membuka matanya. Ia sangat kaget melihat wajah Agil yang tepat berada diatas wajahnya.

Agil tersenyum, “Assalamualaikum, dek.”

Klea terdiam, ia mengerjapkan matanya berulang kali untuk memastikan siapa yang ia lihat sekarang.

Cup! Agil mengecup bibir Klea, “Ini mas, dek. Mas udah pulang.”

Klea tersenyum singkat, lalu ia langsung memeluk Agil begitu saja, “Waalaikumsalam, mas.”

Klea memeluk Agil dalam posisi tiduran, mereka berdua saling menukar rindu satu sama lain.

Agil melepaskan pelukannya. Ia menatap lekat istrinya dan mengelus kembali rambutnya secara perlahan. Sesekali Agil juga membenarkan kompresan yang berada di dahi Klea.

“Kamu kenapa? Sakit?” tanya Agil dengan nada yang sangat lembut

Klea tersenyum sekilas, lalu ia membenarkan posisinya menjadi duduk.

“Ke dokter ya besok, atau mau sekarang? Mas anterin, dek,” ucap Agil menatap Klea dengan tatapan khawatir

Klea menggeleng lemah, “Ngga, paling besok udah sehat.”

“Kalo besok masih aja ngga enak badannya, kita ke dokter,” ucap Agil

Klea mengangguk.

Klea melihat Agil mengambil sesuatu disana. Seperti biasa, itu adalah sebuah bouquet bunga mawar dan sebuah kotak kecil yang entah isinya apa.

Agil tersenyum manis lalu ia membuka sebuah kotak kecil terlebih dahulu. Klea kaget melihat isi kotak kecil tersebut. Iya, isi kotak kecil itu adalah sebuah kalung emas putih dengan liontin yang berinisial huruf L. Tanpa mengeluarkan kata kata apapun, Agil langsung mengalungkan kalung tersebut di leher jenjang Klea.

Setelah selesai memasangkan kalung tersebut, Klea memperhatikan dengan jelas liontin kalung tersebut.

“Lea. L itu Lea, nama kamu,” ucap Agil

Klea menatap Agil dengan tatapan sendu, ia kembali menatap liontin tersebut. Cantik, sangat cantik.

Agil tersenyum, lalu ia memberikan bouquet bunga mawar itu kepada Klea. Agil mengecup dahi klea dan ia mengatakan sesuatu.

Happy late birthday, and Happy late Anniversary.

Setetes air mata berhasil jatuh di pipi Klea. Agil ingat, ternyata Agil ingat hari ulang tahunnya dan hari pernikahannya walaupun ia telat mengucapkannya.

“Maaf ya mas telat ngucapinnya, mas sengaja. Mas inget kok, inget banget tentang semua hal yang berhubungan sama kamu, dek.”

Klea sudah tak kuasa menahan tangisnya, ia langsung memeluk Agil. Klea menangis, menangis sejadi jadinya.

“M-mas, makasih....” ucap Klea di sela-sela tangisannya

Agil mengusap kepala Klea, “Sama-sama, sayang.”

Klea melepaskan pelukannya, “Mas jahat banget, Lea udah kode-kodein mas tapi masnya ngga sadar sadar.”

Agil terkekeh, “Kamu tuh kalo ngode ke mas gampang ketebak. Mas tau, mas tau kalo kamu lagi ngode. Cuma ya mas pura-pura gatau aja, biar kamu kesel. Dan sekarang, mas mau kasih surprise aja gitu.”

Bugh! Klea memukul lengan Agil sampai Agil meringis kesakitan, “Ngeselin banget.”

“Lain kali ngga usah kode-kodean, langsung ngomong aja.”

Klea menghapus air matanya, ia masih sangat kesal dengan Agil.

“Gemes banget,” jeda Agil sambil mencubit perlahan pipi Klea, “Mas kangen banget sama kamu, dek,” lanjutnya sambil membawa Klea ke dekapannya

Klea membalas pelukan Agil, “Lea juga kangen banget sama mas. Mas, Lea minta maaf ya waktu itu marah marah atau bahkan cuek sama mas.”

Agil melepaskan pelukannya, “Kapan?”

Klea menunduk, “Yang kata Lea bilang kalo mas gamau pulang karena banyak cewek cantik disana.”

Agil terkekeh, lalu ia tersenyum jahil, “Ohh, itu. Tapi emang angkatan mas banyak sih ceweknya yang mau jadi Pilot, cantik cantik lagi.”

Klea melotot, ia tak menyangka Agil mengucapkan kata-kata itu. Sedetik kemudian, Klea melemparkan bantal dan guling ke lantai.

“Tidur di luar! Lea ngga mau tidur sama mas! Sana!!!” ucap Klea sambil mendorong dorong tubuh Agil

“Lah?” ucap Agil kebingungan

Klea langsung menutup wajahnya, ia menangis.

“Mas Agil jahat banget....” rengek Klea sambil menangis

Agil melongo, ia masih kebingungan mengapa Klea seperti ini.

Lea kenapa sih.... /batin Agil

“Sana! Jangan deket deket Lea!”

Agil tak menuruti perkataan Klea, ia malah mendekat kearah Klea dan langsung memeluknya.

“Mas bercanda doang, dek.”

Klea melepas paksa pelukannya, “Keluar ngga?! Atau Lea yang keluar, nih.”

Agil menghela napasnya lalu ia turun dari kasur dan mengganti pakaiannya dengan kaus biasa dan boxer bewarna hitam.

Beneran mau keluar? /batin Klea

Klea yang melihat Agil disana telah selesai mengganti bajunya langsung menidurkan dirinya kembali di kasur dan membelakangi Agil.

“Mas tidur di luar, nih?” tanya Agil

Klea terdiam, ia tak menjawab pertanyaan Agil. Tapi betapa kagetnya ia tiba-tiba ada sebuah tangan yang melingkar di perutnya. Ternyata itu tangan Agil, Agil sekarang sudah menidurkan dirinya di kasur, di belakang dirinya. Agil memeluk Klea dari belakang karena Klea membelakangi dirinya.

Klea menoleh ke belakang menatap Agil yang sudah memejamkan matanya, “Ngapain, sih?! Kan Lea suruh mas tidur di luar, ngapain malah tidur disini?!”

Agil tak membalas ucapan Klea, ia malah lebih mengeratkan pelukannya.

“Iya, angkatan mas banyak cewek cewek yang mau jadi Pilot, cantik cantik juga. Tapi tetep aja cantikan istri mas. Mas gamau berpaling, dan gaakan pernah mau berpaling dari istri mas yang paling cantik ini.”

Semburat merah muncul di pipi Klea, ia menahan rasa saltingnya mati-matian.

“Salting mah salting aja,” ledek Agil

Klea berdecak, “Apasih.”

Agil sedikit bangun dari posisinya, ia mencium pipi Klea, “Dek, mau ngga?”

Klea menoleh, ia menatap Agil yang sekarang wajahnya tepat berada diatas wajahnya, “Mau apa?”

“Itu.”

“Itu apa?”

Agil mendekatkan wajahnya ke telinga Klea, “Make love,” bisiknya

Klea menahan senyumnya mati-matian, jantungnya berdegup sangat kencang.

“Oh iya lupa, ngga jadi deh,” ucap Agil yang langsung kembali menidurkan dirinya

“Kenapa?” tanya Klea

“Kamu lagi sakit.”

“Ngga, udah sembuh kok.”

“So?”

“Iya.... ayo.”

Klea melangkahkan kakinya menuju rumah Agil— rumah yang sekarang milik Klea juga. Ia membuka pintu rumahnya, disana ia melihat Bella yang sedang memainkan iPadnya.

“Assalamualaikum,” ucap Klea

“Waalaikumsalam. Mba lama banget ke rumah, katanya ambil makanan Cillo,” jedanya

“Eh bentar, mba nangis?” tanya Bella yang melihat mata Klea sembab

Klea memalingkan wajahnya kearah lain, “Ngga, mba ngga nangis.”

Bella menyipitkan matanya, lalu ia terkekeh, “Di tungguin Mas Agil dari tadi tuh di kamar, sana gih mba ke kamar.”

Klea tersenyum singkat, lalu ia melangkahkan kakinya menuju kamarnya.

Ceklek! Klea membuka pintu kamarnya, ia melihat disana Agil terduduk diatas kasur sambil menatap kearahnya sekarang.

“Dek, dari mana aja?” tanya Agil menghampiri Klea lalu mengecup dahinya

Agil menutup pintu kamarnya, lalu ia menuntun Klea kearah kasur dan duduk di atas sana.

“Udah mau berangkat, ya?” tanya Klea

Agil mengelus rambut Klea, “Iya, sayang.”

Klea tersenyum getir, ia menghela napas beratnya.

Agil menghela napasnya, “Jangan bikin mas sedih juga, Lea. Katanya gapapa, tapi kamu akhir akhir ini murung terus. Nanti mas disana ngga bakal tenang kalo kamu kayak gini.”

Klea menahan tangisnya mati-matian, ia mengambil tangan Agil lalu ia menggenggamnya.

Mereka berdua sama-sama terdiam, sampai akhirnya Klea sudah tak kuasa menahan tangisnya dan langsung memeluk Agil begitu saja.

Klea menangis, menangis dalam dekapan Agil.

“Dek, jangan kayak gini dong. Mas ngga bisa denger kamu nangis kayak gini,” ucap Agil

“K-kabarin Lea ya nanti? Kabarin Lea terus pokoknya. Kalo ada apa-apa juga bilang, kalo kangen langsung bilang,” ucap Klea sesegukan melepas pelukannya dan menatap Agil

Cup! Cup! Cup! Cup! Agil mengecup dahi, kedua pipi, dan bibir Klea secara berurutan.

“Iya, dek, pasti. Tapi mas juga ngga bisa janji kalo bakal kabarin kamu terus terusan, pasti sibuk banget dek.”

Klea kembali menangis, ia memeluk Agil lagi.

Agil mengelus punggung Klea. Jujur, ia juga merasa sangat berat meninggalkan Lea dengan kurun waktu 1 tahun lamanya. Tapi ini demi masa depan Agil sendiri, demi bahagiain Lea nanti.

Agil melepaskan pelukannya, lalu ia mengambil sesuatu yang ia taruh di bawah kasur.

“Nih,” ucap Agil menyodorkan sebuah bouquet yang berisikan beberapa tangkai bunga mawar dan bunga putih kecil

Klea menghapus air matanya, lalu ia mengambil bouquet tersebut.

“Udah jangan nangis lagi,” jeda Agil

Agil meraih tangan Klea, “Nih, masih kamu pake kan cincin dari mas, ini mas juga masih pake cincinnya. Kalo kangen, tinggal liat cincinnya aja.”

“Cincinnya ngga bisa dipeluk,” ucap Klea menangis kembali

“Astaga....” ucap Agil sambil terkekeh lalu ia kembali memeluk Klea lagi

“Jangan gemesin gini, dek. Yaampun....”

Tok! Tok! Tok! “Mas, udah di tungguin Bapak di bawah,” ucap Bella dari luar sana

Agil dan Klea saling melepaskan pelukannya, “Iya sebentar nanti mas langsung ke bawah,” teriak Agil

Klea berdiri dari posisinya, lalu ia menaruh bouquet yang ia genggam di kasur. Agil juga ikut berdiri dari posisinya, ia menghadap Klea sekarang.

Klea tersenyum, ia merapihkan baju Agil dan membenarkan topi Agil yang sedikit miring.

“Udah, udah ganteng.”

Agil mendengus pelan, lalu ia menarik pinggang Klea dan langsung memeluknya begitu saja.

“Udah mau berangkat, mas....” ucap Klea

“Sebentar.”

Klea membalas pelukan Agil, ia meneteskan air matanya.

Setelah berpelukan cukup lama, Agil dan Klea langsung menuju ke bawah. Mereka berdua melangkahkan kakinya ke luar rumah, ternyata di luar sudah ada Bapak, Ajeng, Bella, Tiff, dan Agam.

“Udah, mas?” tanya Bapak

Agil mengangguk.

“Yaudah pamit dulu,” ucap Bapak

Agil langsung berpamitan satu persatu. Mulai dari Tiff, Ajeng, Agam, dan Bella. Terakhir, Agil kembali menatap sang istri yang akan ia tinggalkan.

“Jaga kesehatan, ya? Jangan telat makan. Kalo mau apa-apa izin sama mas, kalo mas ngga bisa dihubungin izin Bapak atau ngga Mba Ajeng,” jeda Agil

Cup! Agil mengecup dahi Klea, “Mas sayang sama kamu, dek.”

Klea meneteskan air matanya. Ia menyalimi tangan Agil, lalu ia memeluk Agil kembali.

“Semangat, ya? Lea disini nungguin Mas sampe Mas udah jadi Pilot nanti. Mas pulang, Lea udah wisuda.”

Agil terkekeh, lalu ia melepaskan pelukannya, “Iya, makasih ya? Kamu juga semangat kuliahnya, jangan males-malesan.”

Klea mengangguk dan tersenyum getir.

Meong! Meong!

Klea dan Agil menoleh ke bawah, ternyata itu Cillo yang mengusel-usel kaki Agil.

Agil tersenyum, ia membopong Cillo, “Cillo, papah pergi sekolah dulu ya? Jagain ini mamahnya, jangan sampe nangis mulu. Pokoknya jagain ya, jagain istri aku. Kalo ada yang nakalin istri aku kamu cakar aja, oke?”

Meongg!

Agil dan Klea terkekeh.

“Udah yuk, mas,” ucap Bapak

Agil menghela napasnya, lalu ia kembali mencium Dahi Klea. Tapi, kali ini ia menciumnya cukup lama, “Mas berangkat, ya? Mas sayang kamu, dadahhhhh.”

Rumah Agil kini sudah berdatangan banyak orang, mereka semua memakai baju putih dengan motif yang berbeda-beda. Di depan rumahnya terdapat bendera kuning yang bertuliskan nama seseorang, Putri Ayu Olandra binti Naraja Kanandra.

Kini Agil duduk di kasur milik Ola, ia tidak sadar bahwa ia sudah 1 jam berada di kamar Ola hanya termenung.

“Mas,” panggil Klea— Klea yang sekarang sudah sah menjadi istrinya Agil

Klea duduk di samping Agil. Ia menyenderkan kepalanya di pundak Agil, sesekali ia mengelus punggung dan lengan Agil.

“Mas, jangan ngelamun terus.”

Agil menoleh kearah Klea, ia menatap Klea cukup lama.

Cup! Agil mengecup dahi Klea.

“Di depan udah rame?” tanya Agil

Klea mengangguk, “Lagi pada bacain Yasin buat mama. Kak Dito, Kak Saka, sama Kak Abeng nanyain Mas Agil.”

Agil menghela napasnya, “Mas ngga kuat ngeliat mama, dek.”

Klea meraih tangan Agil, ia genggamnya secara perlahan, “Keluar, ya? Bacain lagi Yasin buat mama.”

Agil terdiam sejenak.

“Ayo, mas....”

Agil langsung bangkit, dan mereka berdua langsung keluar dari kamar Ola.

Agil sangat senang melihat semua orang yang berada disini. Syukurlah, ternyata banyak orang yang mendoakan mama.

Baru saja Agil ingin duduk untuk membacakan surat Yasin di samping Ajeng dan Bella, Agil di kagetkan dengan suara seseorang yang sangat ia kenal suaranya.

“Assalamualaikum,” ucap seseorang itu

Ajeng dan Bella yang sedang membaca Yasin seketika menghentikan aktivitasnya, mereka berdua menoleh kearah sumber suara.

Betapa kagetnya Agil, Ajeng, dan Bella melihat seseorang yang berdiri di depan pintu sekarang.

Itu pak Danendra, bu?

Hah? Pak Danendra masih hidup?

Bisik-bisik ibu-ibu makin membuat Agil yakin bahwa ini bukanlah mimpi.

“Ajeng, Agil, Bella,” panggil seseorang itu

“Bapak....” ucap Bella yang setelahnya langsung berlari menghampiri dan memeluk Danendra— Bapak kandung Galang, Ajeng, Agil, dan Bella

Agil mengerjapkan matanya berulang kali, ia meneteskan air matanya. Sama hal nya denga Ajeng, ia melakukan hal yang sama dengan Agil. Mereka berdua masih tidak percaya dengan apa yang mereka lihat sekarang. 7 tahun lamanya? Bapak kembali?

Danendra melangkahkan kakinya menghampiri kedua anaknya yang masih saja terdiam.

“Ajeng, Agil. Ini bapak, nak....”

“Bapak?” ucap Ajeng

Danendra tersenyum, “Bapak.”

Detik itu juga Ajeng langsung memeluk Danendra. Ia menangis, menangis sejadi-jadinya.

“Bapak.... bapak masih hidup?” tanya Ajeng sambil menangis?

Danendra mengangguk.

Ajeng kembali memeluk Danendra, “Bapak kemana aja pak.... kita disini kangen sama bapak....”

“Maafin bapak, ya?”

Setelah bertukar rindu dengan Ajeng dan Bella, Danendra langsung menghampiri Agil yang masih saja terdiam di posisinya.

“Kamu masih inget bapak, gil?” tanya Danendra menatap anak lelakinya ini

Agil meneteskan air matanya, “Bapak?”

Danendra tersenyum getir. Lalu ia memukul dada Agil sebanyak 3 kali, hal itu yang biasa ia lakukan dulu ketika anak lelakinya berbuat salah.

Agil ingat pukulan ini, Agil ingat. Agil menatap lekat lelaki yang berada di hadapannya ini, lalu ia langsung memeluknya dengan erat.

“Bapak....” ucap Agil

Danendra membalas pelukan Agil, “Iya, nak. Ini bapak, bapak kamu.”

“Bapak....” ucap Agil kembali sambil menangis dalam dekapan Danendra

Agil melepaskan pelukannya, ia masih tak menyangka bahwa seseorang yang ia peluk adalah seseorang yang sangat ia rindui.

Agil melihat Danendra dari atas sampai bawah, “Bapak masih hidup?” tanya Agil yang masih saja tidak percaya

“Masih, gil. Bapak masih hidup.”

Agil masih tak menyangka, ia kembali memeluk Danendra.

“Pak, Agil seneng banget b-bapak masih hidup.”

Danendra juga ikut menangis saat melihat Agil menangis seperti ini, dadanya terasa sangat sakit. Danendra meremas erat rambut dan tubuh Agil, itu menandai bahwa Danendra sangat rindu dengan anak-anaknya.

Danendra melepaskan pelukannya.

“Pak.... Mama udah ngga ada, pak...” ucap Agil menatap Danendra

Danendra menatap sendu anaknya, lalu ia memegang pundak Agil, “Kenapa kamu bisa sekuat dan setegar ini, gil?”

Agil meneteskan air matanya, “Kan dulu Bapak yang selalu ngajarin Agil buat jadi orang yang kuat, Bapak selalu marahin Agil disaat Agil terlihat lemah. Sekarang Agil kuat pak, walaupun Agil sering ngeluh capek dan bahkan mau nyerah.”

Danendra tersenyum getir, “Maafin bapak, ya? Bapak bangga banget gil sama kamu. Dan pasti Mama sama Mas Galang juga bangga banget sama kamu. Nanti Bapak ceritakan semuanya, ya? Sekarang bapak mau ketemu sama Mamamu dulu untuk terakhir kalinya,” ucap Danendra menatap Agil

Agil mengangguk lalu ia berdiri di samping Klea.

Danendra mendudukkan dirinya di lantai, ia membuka kain yang menutupi wajah istrinya. Betapa sakit hatinya ia melihat wanita yang sangat ia cintai terbujur kaku sekarang.

“La, maafin mas, maafin mas la. Sekarang mas pulang cuma buat anterin kamu ke peristirahatan terakhir ya, la?” jedanya

“Tenang ya, la. Mas sekarang udah disini, Mas yang bakal jagain anak-anak kita sekarang. Mas janji, Mas akan bahagiain anak-anak kita. Bahagia ya la sama Galang diatas sana, Mas titip salam buat Galang, Mas juga minta maaf sama Galang. Makasih ya, la? Makasih udah besarin anak-anak kita sampai sebesar ini. Hal terbesar yang Mas sesalkan adalah membiarkan kamu menikah dengan lelaki yang tak sepatutnya kamu nikahi, dan seharusnya waktu itu Mas pulang. La, mas sayang sama kamu sampai kapanpun.”