“Nyalain cepetan!” pinta Alea yang sekarang sedang memegang sebuah kue ulang tahun bewarna putih tersebut
Adam berdecak, lalu ia langsung menyalakan lilin yang sudah tertancap di kue tersebut.
“Buka pintunya!” pinta Alea
“Lo ngeselin banget sumpah, le,” ucap Adam kesal
“Ya lo ngga liat ini gue kan megang kue.”
“Bacot.”
Adam terdiam sejenak sambil menatap gagang pintu kamar Agil dan Klea. Sekarang waktu sudah menunjukkan pukul dua belas malam, yang artinya bahwa pada hari ini Agil berulang tahun. Alea kebingungan mengapa Adam terdiam sedari tadi, akhirnya ia memanggil Adam dengan suara yang pelan.
“Mas! Lama banget, sih. Ngapain diem aja coba? Ini lilinnya nanti meleleh,” bisik Alea
“Ngapain coba daritadi kita bisik-bisik? Papah juga udah tau, kan? Lo sih bodoh jadi orang,” ucap Adam menatap Alea
Alea menghela napasnya, dirinya memang mengakui bahwa ia bodoh. Hal ini sudah direncanakan jauh-jauh hari, tapi akhirnya gagal karena Agil sudah tau rencananya.
“Udah lah gapapa, buka aja pintunya,” ucap Alea
“Ketok dulu ngga?” tanya Adam
Alea berpikir sejenak. Sepertinya memang harus ketuk pintunya terlebih dahulu, karena ia takut jika melihat sesuatu yang tak seharusnya ia lihat. “E-emm.... Ketok aja, deh. Nanti.... Takutnya papah sama mamah lagi ngapa-ngapain....”
Adam tersenyum kikuk, lalu ia menuruti perintah Alea.
Sedangkan di sisi lain, Agil dan Klea tengah terbaring di kasur sambil menutupi seluruh tubuhnya menggunakan selimut. Mereka belum tertidur, mereka sedang menunggu Adam dan Alea memberi kejutan kepada Agil.
Agil terkekeh kecil. “Anak-anak pada kenapa sih, dek? Ale juga, kenapa ngga nyadar ya kalo tadi yang bales grup itu mas.”
Klea tersenyum kecil. “Lagian mas sih kepo banget. Pasti anak-anak tuh udah rencanain ini semua tau, eh masnya yang kepo jadinya ngga surprise deh....”
“Emang anak-anak tau kalo chatnya mas yang bales?” tanya Agil
“Pasti tau, lah. Mereka tau ketikan Lea, apalagi Adam. Tadi kan mas bales chat mereka singkat banget.”
Agil kembali terkekeh kecil.
Klea hanya tersenyum melihat tingkah Agil sekarang. Agil tadi menyuruh dirinya untuk bersembunyi bersama di dalam selimut ini. Klea tahu, pasti Agil sangat pegal sekarang karena sedari tadi ia sedikit memegangi selimut ke arah atas, agar terdapat udara yang masuk ke dalam selimut ini. Jadi mereka berdua masih bisa bernapas.
“Mas ngga pegel?” tanya Klea menatap Agil
“Pegel sih, tapi kalo ngga mas pegangin kayak gini nanti Lea ngga bisa napas. Lagian mana sih anak-anak? Lama banget....”
Klea menarik tangan Agil dengan cepat sampai akhirnya membuat selimut tersebut jatuh menutupi wajah mereka berdua. Klea sedikit membenarkan selimutnya, mencari di mana keberadaan wajah Agil.
“Dek, bisa napas ngga kayak gini? Panas ngga?” tanya Agil yang kini wajahnya sudah berhadapan sangat dekat dengan Klea
Klea tersenyum, lalu— Cup! Ia mencium bibir Agil. “Happy Birthday, mas....”
Agil terdiam sejenak, jantungnya berdegup sangat kencang.
“Semoga panjang umur, ya? Sehat selalu, rezeki nya dilancarin.... Makasih, ya? Makasih udah mau nemenin Lea walaupun waktu itu mas cukup lama menghilang dari hidup Lea. Lea tau, mas ngelakuin itu semua ada alasannya. Lea paham, mas.... Sekarang Lea bersyukur banget, akhirnya mas ada di samping Lea lagi....”
Agil meneteskan air matanya.
“Mas.... Mas Agil harus tau kalo Lea sampai kapanpun akan terus di samping mas. Mau mas sedang dalam keadaan terpuruk, atau mas sedang dalam keadaan yang sangat bahagia. Lea pastikan, Lea akan selalu di samping mas. Mas jangan khawatir, Lea ngga akan pernah pergi ninggalin mas. Lea terima bagaimana pun keadaan mas. Makasih, karena sampai detik ini mas masih mengucapkan kata cinta dan sayang kepada Lea. Mas.... Lea bener-bener beruntung dapetin suami kayak Mas Agil.... Sekali lagi, selamat ulang tahun, ya? Lea sangat berharap, jika salah satu dari kita lagi berulang tahun, masing-masing dari kita masih bisa mengucapkan selamat ulang tahun satu sama lain.... Yang artinya, kita masih sama sama di hari yang sangat spesial bagi hidup kita....” ucap Klea sambil mengelus perlahan pipi Agil
Klea tersenyum haru saat melihat Agil meneteskan air matanya, lalu ia secara perlahan menghapus air mata yang mengalir di wajah Agil. “Jangan nangis, mas....”
Ceklek! “SURPRISEEEEEEEE!”
Klea langsung membuka selimut yang menutupi tubuh Agil dan dirinya.
“Happy birthday papah! Happy birthday papah! Happy birthday, Happy birthday, Happy birthday papahhhhh!”
Klea tersenyum gembira, lalu ia menarik tubuh Agil yang masih saja terbaring di kasur.
Adam dan Alea saling menatap satu sama lain, mereka berdua terkejut melihat wajah Agil yang terlihat habis menangis.
“Papah nangis?” tanya Alea
“Iya, papah kamu nangis tadi,” ucap Klea menatap kedua anaknya
“Ah, udah lah. Papah, tiup dulu ini lilinnya. Sumpah, udah meleleh daritadi....” ucap Alea sambil menyodorkan sebuah kue ulang tahun ke hadapan Agil
Agil menghapus air matanya secara perlahan, lalu ia menghela napasnya.
“Baca doa dulu,” ucap Klea
Agil menoleh, menatap perempuan yang sangat ia cintai yang sekarang tersenyum manis ke arahnya. Agil kembali meneteskan air matanya, lalu ia menatap keluarga kecilnya secara bergantian.
“I hope we can all be together forever.”
Fuhhh! Agil telah berhasil meniup lilin kue ulang tahunnya, yang ia dengar sekarang adalah sorakan gembira dari keluarga kecilnya.
“Yeyyyy!!!! Selamat ulang tahun papah!” ucap Alea sambil mencium tangan dan kedua pipi Agil
Agil tersenyum.
“Papah, selamat ulang tahun ya....” ucap Adam yang mencium tangan Agil lalu memeluknya
“Makasih....” ucap Agil
Klea tersenyum, menatap kedua anaknya yang memberi ucapan selamat ulang tahun kepada Agil.
Setelah kedua anaknya memberi ucapan selamat ulang tahun kepadanya, kini Klea meraih tangan Agil, lalu ia kecupnya secara perlahan.
“Selamat ulang tahun, mas....” ucap Klea menatap manik mata Agil lalu detik itu juga ia mendekap Agil dengan sangat erat
Agil membalas pelukan Klea, ia kembali meneteskan air matanya. “M-makasih, dek....”
Klea mengusap perlahan punggung Agil. “Sama-sama. Jangan nangis, mas....”
Agil melepaskan pelukannya, ia menghapus air matanya.
“Papah kok nangis, sih? Ihhhhh.... Papah Agil ternyata bisa nangis....” ledek Alea
Agil berdecak. “Bisa, lah. Papah juga manusia kali....”
Klea, Alea, dan Adam terkekeh.
“Papah udah tau ya kalo Ale sama mas Adam mau kasih kejutan ke papah?” tanya Alea
Agil terdiam sejenak, lalu ia menatap anak perempuannya itu. “Ngga, papah ngga tau.”
Adam dan Alea saling menatap satu sama lain.
“Gatau mas katanya....” ucap Alea menatap Adam
“Itu mamah yang bales, papah kamu emang udah tidur. Tadi iya emang mood mamah swing lagi, jadi ya gitu deh....” ucap Klea yang diakhiri kekehan
Adam dan Alea menghela napasnya lega.
“Syukur, deh.... Kan jadinya ngga seru kalo papah udah tau.”
Klea dan Agil tersenyum satu sama lain, ternyata anak-anaknya mudah dibohongi.
“Ini, pah.... Kado dari Adam sama Ale....” ucap Adam sambil memberikan sebuah kotak kecil ke Agil
“Kita berdua ngga tau apa yang papah mau, jadi kita cuma beliin itu. Kita berdua juga.... Patungan....” ucap Adam
Agil menatap kedua anaknya dengan tatapan sendu, lalu ia langsung segera membuka hadiah pemberian kedua anaknya itu. Agil terkejut saat melihat apa yang diberi oleh kedua anaknya.
“Ini? Serius?” tanya Agil menatap kedua anaknya dengan tatapan tak percaya
Adam dan Alea mengangguk.
“Ini beli yang harganya berapa?” tanya Agil
“Y-yaa.... Rahasia, lah? Masa di kasih tau....” ucap Alea menatap Agil
Agil menghela napasnya, lalu ia kembali menatap hadiah pemberian kedua anaknya. Sebuah jam tangan dengan merk TAG Heuer ini menjadi salah satu kado yang Agil terima pada ulang tahun nya kali ini. Sebuah kado yang terbilang cukup mahal sepertinya?
“Ini serius kalian patungan beliin papah jam tangan ini? Pasti ini mahal banget, loh....” ucap Agil
“Iya gapapa, pah.... Kita masih punya duit kok tenang aja. Lagian kita berdua kan juga nabung, terus patungan.... Ya.... Mamah juga ikut patungan buat beli jam itu.”
Agil melongo, lalu ia menatap Klea yang cengengesan di sampingnya. “Serius ini? Beliin mas jam lagi?” tanya Agil
Klea mengangguk. “Tapi Lea nambahin sedikit doang, anak-anak yang banyak.”
Agil mengusap wajahnya dengan gusar. “Aduh.... Lain kali jangan kadoin papah barang semahal ini....”
“Itu murah, kok....” ucap Alea
“Berapa coba?” tanya Agil
Alea menatap Adam sekilas. “E-em.... tiga puluh juta....”
Agil menghela napasnya. “Astaghfirullah....”
“Terima aja mas, kasian kan anak-anak juga udah nabung. Lagian juga itu kan ngga seberapa, coba mas inget kalo kasih uang bulanan ke kita bertiga berapa.... Lagian kan kata mas banyak duit, ya yaudah.... Terus juga kali-kali kita senengin mas, kasih barang yang mewah. Kan selama ini mas selalu kasih barang yang mewah terus ke Lea sama anak-anak. Jadi ya gantian....” ucap Klea menatap Agil
Agil terdiam sejenak.
“Papah ngga suka ya sama kadonya?” tanya Alea menatap Agil dengan tatapan sedih
Agil tersenyum. “Suka, suka banget....”
“Bohong, ya?” tanya Alea sekali lagi
Agil menghela napasnya, lalu ia meletakkan jam tersebut di kasur. “Sini, sini,” ucap Agil menyuruh kedua anaknya agar mendekat ke dirinya
Agil menatap Klea, Adam, dan Alea secara bergantian. Lalu, ia langsung membawa mereka semua ke dalam pelukannya.
“Makasih, ya? Papah ucapin makasih banyak banget ke kalian....” ucap Agil yang berhasil meneteskan kembali air matanya
“Papah seneng kok, papah suka kadonya. Tapi papah minta lain kali jangan beliin papah hadiah semahal ini.... Papah kerja, kasih kalian duit itu ya buat kalian pake seneng-seneng sendiri, jangan buat papah.... Papah juga ngga keberatan kok beliin kalian barang mewah setiap hari kalo papah banyak duit.... Karena papah kerja untuk bahagiain kalian bertiga, untuk keluarga kecil kita, dan itu semua udah kewajiban papah sebagai kepala rumah tangga. Sebenernya dengan adanya kalian di sini tuh udah jadi kado terindah buat papah, kok. Papah ngga minta macem-macem sama kalian.... Tapi makasih banyak, ya? Papah suka kok kadonya.... Kado ini jadi kado berharga banget buat papah, karena yang ngasih orang-orang yang papah sayangi....”
Klea, Adam, dan Alea saling menangis di dalam dekapan Agil.
“Udah, jangan nangis....” ucap Agil yang kini telah melepaskan pelukannya dan menatap keluarga kecilnya itu
“Ale sama mas Adam minta maaf, kalo emang itu berlebihan,” ucap Alea menatap Agil
Agil tersenyum. “Ngga, ngga berlebihan. Asal udah, sekali ini aja.”
Adam dan Alea mengangguk.
“Mas,” panggil Klea
Agil menoleh menatap Klea. “Apa, dek....”
Klea menghela napasnya. “Maaf, Lea ngga kasih kado apa-apa. Lea juga patungan sama anak-anak cuma sedikit....” ucapnya sambil menunduk
Agil tersenyum, lalu ia mengecup dahi Klea. Dan setelahnya, Agil beralih mengusap perut Klea.
“Ini apa? Anak yang Lea kandung udah jadi kado terindah juga kok buat mas....” ucapnya menatap Klea dan tangannya pun tak lepas mengusap perutnya
Klea tersenyum kecil, lalu ia merasakan perutnya dicium oleh Agil.
“Cepet besar, ya? Papah sayang kamu....” ucap Agil sambil menatap perut Klea
Alea berdehem. “Ini anaknya dua yang udah di luar, yang berdiri di sini, segede ini, ngga dianggep? Papah ngga sayang ya sama aku sama mas Adam? Papah sayangnya cuma sama adek?” tanyanya
Agil terkekeh, lalu ia menatap kedua anaknya. “Iya ngga gitu, lah.... Papah sayang sama kalian berdua, papah sayang sama adek, papah juga sayang sama mamah. Papah ngga akan pilih kasih....”
“Kayaknya papah lebih sayang sama mamah, deh,” ucap Adam
Agil kembali terkekeh. “Wah, iya lah. Papah lebih sayang sama mamah kalian. Iya ngga, sayang?” ucap Agil sambil menggoda Klea
Klea, Adam, dan Alea hanya mengeluarkan tatapan jijiknya.
“Tolong ya bapak-bapak dan ibu-ibu. Ini aku sama mas Adam ada di sini, loh.... Tolong jangan mesra-mesraan di depan kita berdua,” ucap Alea kesal
Agil dan Klea terkekeh. “Yaudah sini, sini. Kita berempat bermesraan bareng aja,” ucap Agil
Adam dan Alea tersenyum, lalu mereka berdua langsung beralih ke kasur Agil dan Klea. Setelah memberi kejutan kepada Agil, kini keluarga kecil ini menghabiskan waktunya hanya di tempat tidur sambil berbincang kecil bersama-sama.
“Nanti kita rayain ulang tahun papah ke Edinburgh aja, deh. Besok papah pesen tiket terus abis itu kita langsung berangkat deh. Kita stay di Edinburgh beberapa hari, terus nanti main ski di sana,” ucap Agil
“SERIUS?!” ucap Alea excited
Agil tersenyum. “Iya. Nanti ajak juga Adeline sama Alex, ya?”
“AAAAA OKAY, OKAY!!!!!”
Perbincangan keluarga kecil ini menjadi hal yang terindah bagi hidup Klea. Ia menatap keadaan di luar sana yang masih saja dituruni oleh salju. Klea masih saja tak menyangka, bahwa wishlistnya dulu sekarang telah terwujudkan. Ditambah lagi, sekarang ia mempunyai orang-orang yang sangat ia cintai. Klea bahagia sekarang, ia sangat bersyukur atas apa yang diberikan oleh Tuhannya. Klea percaya dengan ucapan Agil. Klea percaya akan ada masa di mana kita terpuruk, dan suatu saat kita juga akan merasakan kebahagiaan yang tak terduga-duga. Tuhan baik, kita hanya perlu bersabar dalam menjalani hidup. Nikmati segala lika-liku hidup ini, jalani apa yang seharusnya kamu jalani. Jangan pernah menyerah, Tuhan akan selalu berada di sampingmu.